Kapal Perang Prancis Pimpin Patroli Teluk Arab Tahun Depan
A
A
A
PARIS - Militer Prancis memastikan pengiriman kapal perang untuk memimpin patroli Eropa di wilayah Teluk Persia atau Teluk Arab dimulai tahun depan. Operasi itu untuk menjamin keamanan kapal-kapal tanker minyak dan kargo di wilayah yang marak terjadi serangan pada tahun ini.
Keputusan pengiriman kapal perang itu disampaikan pihak angkatan bersenjata Prancis pada hari Kamis.
Pemerintah Prancis telah mendorong untuk membuat alternatif patroli keamanan Eropa di Selat Hormuz, Teluk Persia, setelah enggan mengambil bagian dalam patroli koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Prancis dan negara-negara lain termasuk Jerman telah khawatir bahwa bergabung dengan misi AS akan mengirim pesan yang salah pada saat meningkatnya gesekan antara Washington dan Teheran. Beberapa negara Eropa yang terlibat perjanjian nuklir dengan Iran tahun 2015 sedang berusaha menyelamatkan perjanjian itu setelah Amerika Serikat menarik diri pada tahun 2018.
"Fregat Courbet akan mengambil bagian dalam prakarsa keamanan maritim Eropa mulai awal tahun depan," kata Wakil Juru Bicara Angkatan Bersenjata Prancis, Brigadir Jenderal Anne-Cecile Ortemann, seperti dikutip Reuters, Jumat (20/12/2019).
Tahun ini situasi di Teluk semakin akut ketika Amerika Serikat memindahkan lebih banyak aset tempurnya di sana untuk melawan ancaman Iran.
Pada bulan Mei dan Juni, beberapa serangan terjadi terhadap kapal-kapal tanker minyak internasional, termasuk kapal tanker minyak Arab Saudi, di perairan Teluk Arab. AS menuduh Iran terlibat dalam serangkaian serangan itu, namun Teheran membantahnya.
Pada bulan Juli, pasukan Iran menangkap sebuah kapal tanker minyak Inggris di perairan Teluk Persia setelah marinir Inggris menangkap sebuah kapal tanker minyak Iran di Selat Gibraltar. Kedua kapal kemudian dibebaskan.
Prancis mengatakan bahwa sekitar 10 negara Eropa dan non-Eropa akan bergabung dengan misinya, sambil menunggu persetujuan parlemen. Prancis akan menggunakan pangkalan Angkatan Laut-nya di Uni Emirat Arab sebagai pusat komando.
Sejauh ini hanya Belanda dan Denmark yang mengonfirmasi partisipasi. Ortemann mengatakan fregat Belanda dan helikopter akan mulai beroperasi di perairan itu mulai Februari tahun depan. Sebuah kapal Denmark akan ikut membantu pada musim gugur nanti.
Iran telah menolak langkah patroli maritim Eropa dan AS dengan mengatakan bahwa kekuatan asing harus menyerahkan keamanan jalur pelayaran itu kepada Teheran dan negara lainnya di wilayah tersebut. Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak mengekspor sebagian besar minyak mentah mereka melalui Selat Hormuz.
Tidak jelas berapa banyak negara yang telah bergabung dengan misi AS, yang dimulai pada bulan November, meskipun Australia dan Inggris telah melakukan pengiriman aset tempurnya. Pemerintah Inggris memilih menghindar dari misi patroli Eropa.
Di bawah rencana Washington, Amerika Serikat akan menyediakan kapal koordinasi dan memimpin upaya pengawasan ketika sekutu-sekutunya berpatroli di perairan terdekat dan mengawal kapal komersial dengan bendera negara mereka.
Keputusan pengiriman kapal perang itu disampaikan pihak angkatan bersenjata Prancis pada hari Kamis.
Pemerintah Prancis telah mendorong untuk membuat alternatif patroli keamanan Eropa di Selat Hormuz, Teluk Persia, setelah enggan mengambil bagian dalam patroli koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Prancis dan negara-negara lain termasuk Jerman telah khawatir bahwa bergabung dengan misi AS akan mengirim pesan yang salah pada saat meningkatnya gesekan antara Washington dan Teheran. Beberapa negara Eropa yang terlibat perjanjian nuklir dengan Iran tahun 2015 sedang berusaha menyelamatkan perjanjian itu setelah Amerika Serikat menarik diri pada tahun 2018.
"Fregat Courbet akan mengambil bagian dalam prakarsa keamanan maritim Eropa mulai awal tahun depan," kata Wakil Juru Bicara Angkatan Bersenjata Prancis, Brigadir Jenderal Anne-Cecile Ortemann, seperti dikutip Reuters, Jumat (20/12/2019).
Tahun ini situasi di Teluk semakin akut ketika Amerika Serikat memindahkan lebih banyak aset tempurnya di sana untuk melawan ancaman Iran.
Pada bulan Mei dan Juni, beberapa serangan terjadi terhadap kapal-kapal tanker minyak internasional, termasuk kapal tanker minyak Arab Saudi, di perairan Teluk Arab. AS menuduh Iran terlibat dalam serangkaian serangan itu, namun Teheran membantahnya.
Pada bulan Juli, pasukan Iran menangkap sebuah kapal tanker minyak Inggris di perairan Teluk Persia setelah marinir Inggris menangkap sebuah kapal tanker minyak Iran di Selat Gibraltar. Kedua kapal kemudian dibebaskan.
Prancis mengatakan bahwa sekitar 10 negara Eropa dan non-Eropa akan bergabung dengan misinya, sambil menunggu persetujuan parlemen. Prancis akan menggunakan pangkalan Angkatan Laut-nya di Uni Emirat Arab sebagai pusat komando.
Sejauh ini hanya Belanda dan Denmark yang mengonfirmasi partisipasi. Ortemann mengatakan fregat Belanda dan helikopter akan mulai beroperasi di perairan itu mulai Februari tahun depan. Sebuah kapal Denmark akan ikut membantu pada musim gugur nanti.
Iran telah menolak langkah patroli maritim Eropa dan AS dengan mengatakan bahwa kekuatan asing harus menyerahkan keamanan jalur pelayaran itu kepada Teheran dan negara lainnya di wilayah tersebut. Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak mengekspor sebagian besar minyak mentah mereka melalui Selat Hormuz.
Tidak jelas berapa banyak negara yang telah bergabung dengan misi AS, yang dimulai pada bulan November, meskipun Australia dan Inggris telah melakukan pengiriman aset tempurnya. Pemerintah Inggris memilih menghindar dari misi patroli Eropa.
Di bawah rencana Washington, Amerika Serikat akan menyediakan kapal koordinasi dan memimpin upaya pengawasan ketika sekutu-sekutunya berpatroli di perairan terdekat dan mengawal kapal komersial dengan bendera negara mereka.
(mas)