Usai Demo Tolak UU Anti Muslim, Mahasiswa India Bersihkan Jalanan
A
A
A
NEW DELHI - Mahasiswa Universitas Jamia Millia Islamia mengabadikan aksi membersihkan jalanan di sekitar kampus mereka yang menjadi ajang "pertempuran" saat melakukan aksi menolak undang-undang kewarganegaraan yang kontroversial. Undang-undang kewarganegaraan India yang baru dianggap diskriminatif terhadap umat Muslim.
Aksi protes menentang undang-undang Anti-Muslim itu dilakukan selama berhari-hari. Karenanya tidak mengherankan jika sisa-sisa poster, plakat, makanan dan sampah lainnya berserakan usai aksi protes.
Sebagai bentuk pertanggung jawaban sosial, beberapa mahasiswa yang terkepung memberanikan diri untuk membersihkan sampah yang tertinggal seperti dilansir dari Russia Today, Rabu (18/12/2019).
Para demonstran sendiri terus melanjutkan aksi mereka terhadap Amandemen Undang-undang Kewarganegaraan yang kontroversial selama akhir pekan lalu, meskipun banyak dari mereka yang ditangkap dan menderita cedera.
Bentrokan terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa di seluruh negeri, dan pihak berwenang menembakkan gas air mata serta pentungan untuk membubarkan kerumunan.
Sebelah tenggara New Delhi menjadi medan perang di tengah serangan balik terhadap undang-undang baru yang memberikan kewarganegaraan kepada pengungsi non-Muslim dari Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh.
Selama berlangsungnya aksi protes, lebih dari 100 demonstran, polisi, dan petugas pemadam kebakaran terluka sementara beberapa aksi penangkapan juga dilakukan sehubungan dengan tindak kekerasan, termasuk penangkapan terhadap 10 orang non-siswa pada 17 Desember lalu karena menghasut tindak kekerasan.
Pemerintah India mengatakan undang-undang kewarganegaraan yang baru akan melindungi kelompok minoritas yang teraniaya, karena menyederhanakan perolehan kewarganegaraan untuk enam kelompok agama.
Perdana Menteri Narendra Modi mengutuk aksi protes, dan menekankan bahwa undang-undang tersebut mencerminkan budaya belas kasih serta tidak akan merugikan orang India.
Aksi protes menentang undang-undang Anti-Muslim itu dilakukan selama berhari-hari. Karenanya tidak mengherankan jika sisa-sisa poster, plakat, makanan dan sampah lainnya berserakan usai aksi protes.
Sebagai bentuk pertanggung jawaban sosial, beberapa mahasiswa yang terkepung memberanikan diri untuk membersihkan sampah yang tertinggal seperti dilansir dari Russia Today, Rabu (18/12/2019).
Para demonstran sendiri terus melanjutkan aksi mereka terhadap Amandemen Undang-undang Kewarganegaraan yang kontroversial selama akhir pekan lalu, meskipun banyak dari mereka yang ditangkap dan menderita cedera.
Bentrokan terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa di seluruh negeri, dan pihak berwenang menembakkan gas air mata serta pentungan untuk membubarkan kerumunan.
Sebelah tenggara New Delhi menjadi medan perang di tengah serangan balik terhadap undang-undang baru yang memberikan kewarganegaraan kepada pengungsi non-Muslim dari Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh.
Selama berlangsungnya aksi protes, lebih dari 100 demonstran, polisi, dan petugas pemadam kebakaran terluka sementara beberapa aksi penangkapan juga dilakukan sehubungan dengan tindak kekerasan, termasuk penangkapan terhadap 10 orang non-siswa pada 17 Desember lalu karena menghasut tindak kekerasan.
Pemerintah India mengatakan undang-undang kewarganegaraan yang baru akan melindungi kelompok minoritas yang teraniaya, karena menyederhanakan perolehan kewarganegaraan untuk enam kelompok agama.
Perdana Menteri Narendra Modi mengutuk aksi protes, dan menekankan bahwa undang-undang tersebut mencerminkan budaya belas kasih serta tidak akan merugikan orang India.
(ian)