Israel pada UE: Pengakuan Sepihak Terhadap Palestina Perumit Masalah
A
A
A
TEL AVIV -
Mantan Duta Besar Israel untuk Italia, Gideon Meir mengatakan, pengakuan sepihak dari Uni Eropa (UE) atas kedaulatan Palestina tidak akan menyelesaikan masalah. Meir menyebut, hal ini justru akan memperumit situasi.
Menteri Luar Negeri Luksemburg, Jean Asselborn beberapa waktu lalu mengajukan sebuah inisiatif yang menyerukan agar UE mengakui kedaulatan Palestina. Asselborn dilaporkan telah mengirim surat kepada 27 Menteri Luar Negeri UE, yang mendesak mereka untuk mengadakan diskusi tentang konflik Israel-Palestina dan resolusi secepatnya.
Meir mengatakan, langkah itu bukanlah hal baru dan inisiatif serupa terjadi di masa lalu. Dia mencotohkan, pada 2014 Parlemen Eropa memilih mendukung resolusi yang tidak mengikat yang menyerukan negara UE untuk mengakui Palestina.
Dia menuturkan, Israel tidak khawatir akan seruan terbaru. Meir menyebut, agar keputusan UE mengikat, pertama-tama harus diterima oleh para Menteri Luar Negeri UE dan kemudian oleh kepala negara dan menyebut keputusan bulat akan terhambat oleh adanya perpecahan di dalam blok.
"Sejumlah negara Eropa Timur, yang memiliki beberapa pemerintahan paling nasionalistis, telah mendukung Israel. Benjamin Netanyahu menggunakan kartu ini untuk memecah suara UE, sehingga menyulitkan blok tersebut untuk mengeluarkan resolusi anti-Israel," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (15/12/2019).
Namun demikian, Meir mengatakan dia tidak akan terkejut jika suatu hari UE mengakui kedaulatan Palestina. Tetapi, papar diplomat senior Israel itu, hal tersebut tidak akan membawa Palestina, bahkan satu inci lebih dekat ke tujuan akhir kemerdekaan mereka.
"Pengakuan sepihak tidak akan menyelesaikan apa pun. Justru yang terjadi adalah sebaliknya itu akan membuat Palestina semakin tidak relevan di mata orang Israel. Agar terobosan dapat dicapai, Palestina perlu duduk untuk melakukan pembicaraan dengan Israel," ujarnya.
"Sejauh ini, mereka melewatkan setiap kesempatan untuk melakukannya di masa lalu", katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah sayap kanan Israel juga harus disalahkan atas situasi ini, mengerahkan sedikit upaya untuk membangun perdamaian dengan tetangga-tetangganya Palestina," sambungnya.
Meir menambahkan, sebagai negara yang kuat, Israel harus menjadi pihak yang memprakarsai dan mendorong pembicaraan.
Mantan Duta Besar Israel untuk Italia, Gideon Meir mengatakan, pengakuan sepihak dari Uni Eropa (UE) atas kedaulatan Palestina tidak akan menyelesaikan masalah. Meir menyebut, hal ini justru akan memperumit situasi.
Menteri Luar Negeri Luksemburg, Jean Asselborn beberapa waktu lalu mengajukan sebuah inisiatif yang menyerukan agar UE mengakui kedaulatan Palestina. Asselborn dilaporkan telah mengirim surat kepada 27 Menteri Luar Negeri UE, yang mendesak mereka untuk mengadakan diskusi tentang konflik Israel-Palestina dan resolusi secepatnya.
Meir mengatakan, langkah itu bukanlah hal baru dan inisiatif serupa terjadi di masa lalu. Dia mencotohkan, pada 2014 Parlemen Eropa memilih mendukung resolusi yang tidak mengikat yang menyerukan negara UE untuk mengakui Palestina.
Dia menuturkan, Israel tidak khawatir akan seruan terbaru. Meir menyebut, agar keputusan UE mengikat, pertama-tama harus diterima oleh para Menteri Luar Negeri UE dan kemudian oleh kepala negara dan menyebut keputusan bulat akan terhambat oleh adanya perpecahan di dalam blok.
"Sejumlah negara Eropa Timur, yang memiliki beberapa pemerintahan paling nasionalistis, telah mendukung Israel. Benjamin Netanyahu menggunakan kartu ini untuk memecah suara UE, sehingga menyulitkan blok tersebut untuk mengeluarkan resolusi anti-Israel," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (15/12/2019).
Namun demikian, Meir mengatakan dia tidak akan terkejut jika suatu hari UE mengakui kedaulatan Palestina. Tetapi, papar diplomat senior Israel itu, hal tersebut tidak akan membawa Palestina, bahkan satu inci lebih dekat ke tujuan akhir kemerdekaan mereka.
"Pengakuan sepihak tidak akan menyelesaikan apa pun. Justru yang terjadi adalah sebaliknya itu akan membuat Palestina semakin tidak relevan di mata orang Israel. Agar terobosan dapat dicapai, Palestina perlu duduk untuk melakukan pembicaraan dengan Israel," ujarnya.
"Sejauh ini, mereka melewatkan setiap kesempatan untuk melakukannya di masa lalu", katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah sayap kanan Israel juga harus disalahkan atas situasi ini, mengerahkan sedikit upaya untuk membangun perdamaian dengan tetangga-tetangganya Palestina," sambungnya.
Meir menambahkan, sebagai negara yang kuat, Israel harus menjadi pihak yang memprakarsai dan mendorong pembicaraan.
(esn)