Tony Blair: Inggris Benar-benar Sedang Berantakan
A
A
A
LONDON - Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair mengatakan, Inggris sedang dalam kekacauan. Dia lalu memperingatkan bahwa baik Partai Buruh maupun Partai Konservatif, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Boris Johnson, tidak layak untuk memenangkan pemilihan umum.
"Kami berantakan. Daya apung ekonomi dunia membuat kita terus naik sampai sekarang, tetapi jika itu goyah, kita akan berada dalam masalah besar," kata Blair dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Selasa (25/11/2019).
Blair, yang menjalankan pemerintahan pro-bisnis sentris, mengatakan bahwa pemimpin Partai Buruh saat ini, Jeremy Corbyn menjanjikan revolusi.
"Masalah dengan revolusi bukanlah bagaimana mereka memulai tetapi bagaimana mereka berakhir. Yang benar adalah: publik tidak yakin bahwa salah satu Partai berhak untuk memenangkan pemilihan ini secara langsung," ungkapnya.
Sementara itu, sebelumnya Johnson menjanjikan akan membuat Rencana Undang-Undang Kesepakatan Penarikan Diri sebelum Natal mewujudkan Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) atau Brexit bisa tercapai sebelum akhir Januari.
"Saya akan mewujudkan Brexit segera terlaksana. Kita harus membuka halaman baru dari perpecahan, penundaan yang terjadi selama tahun-tahun belakangan,” ungkapnya.
Johnson menjelaskan, agenda utamanya adalah mempersatukan bangsa besar ini untuk tahun-tahun mendatang. “Awal Natal, kami akan menghadiahkan bagi bangsa ini menuju Brexit dan parlemen akan bekerja untuk rakyat,” ujarnya.
Namun, janji tersebut tentunya akan terwujud jika Partai Konservatif meraih mayoritas di parlemen pada pemilu 12 Desember mendatang. Tujuan utama Johnson adalah agar anggota parlemen Inggris meratifikasi kesepakatan Brexit yang menegaskan Inggris akan keluar dari UE pada 31 Januari mendatang. Jika tidak, maka semua program tersebut akan sulit menjadi suatu kenyataan manis.
"Kami berantakan. Daya apung ekonomi dunia membuat kita terus naik sampai sekarang, tetapi jika itu goyah, kita akan berada dalam masalah besar," kata Blair dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Selasa (25/11/2019).
Blair, yang menjalankan pemerintahan pro-bisnis sentris, mengatakan bahwa pemimpin Partai Buruh saat ini, Jeremy Corbyn menjanjikan revolusi.
"Masalah dengan revolusi bukanlah bagaimana mereka memulai tetapi bagaimana mereka berakhir. Yang benar adalah: publik tidak yakin bahwa salah satu Partai berhak untuk memenangkan pemilihan ini secara langsung," ungkapnya.
Sementara itu, sebelumnya Johnson menjanjikan akan membuat Rencana Undang-Undang Kesepakatan Penarikan Diri sebelum Natal mewujudkan Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) atau Brexit bisa tercapai sebelum akhir Januari.
"Saya akan mewujudkan Brexit segera terlaksana. Kita harus membuka halaman baru dari perpecahan, penundaan yang terjadi selama tahun-tahun belakangan,” ungkapnya.
Johnson menjelaskan, agenda utamanya adalah mempersatukan bangsa besar ini untuk tahun-tahun mendatang. “Awal Natal, kami akan menghadiahkan bagi bangsa ini menuju Brexit dan parlemen akan bekerja untuk rakyat,” ujarnya.
Namun, janji tersebut tentunya akan terwujud jika Partai Konservatif meraih mayoritas di parlemen pada pemilu 12 Desember mendatang. Tujuan utama Johnson adalah agar anggota parlemen Inggris meratifikasi kesepakatan Brexit yang menegaskan Inggris akan keluar dari UE pada 31 Januari mendatang. Jika tidak, maka semua program tersebut akan sulit menjadi suatu kenyataan manis.
(esn)