Hamil, Petugas Pemadam Ini Nekat Ikut Padamkan Karhutla Australia

Rabu, 13 November 2019 - 20:47 WIB
Hamil, Petugas Pemadam...
Hamil, Petugas Pemadam Ini Nekat Ikut Padamkan Karhutla Australia
A A A
CANBERRA - Penghormatan tampaknya harus diberikan kepada petugas pemadam perempuan asal New South Wales (NSW) Australia satu ini. Bagaimana tidak, meski tengah mengandung 13 minggu ia menolak untuk berpangku tangan dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang petugas pemadam kebakaran: memadamkan kebakaran hutan yang tengah melanda negara itu.

"Untuk semua wanita di NSW saat ini. Kita berdiri bersama, kita bediri dengan kebanggaan," tulis Kat Robinson Williams (23) di akun Instagramnya dan mempostin foto-fotonya.

Ia kemudian menulis bahwa ia mencintai negaranya dan teman-temannya. Ia juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan tinggal diam saja.

"Tidak, saya tidak peduli jika Anda tidak menyukainya," tambahnya dalam postingan yang diikuti oleh komentar yang menyuarakan dukungan dan dorongan semangat.

Petugas pemadam kebakaran juga memposting sonogram bayinya yang berumur 13 minggu seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (13/11/2019).

Kepada kantor berita Inggris, BBC, Robinson-Williams mengatakan bahwa dirinya telah diperingatkan oleh teman-temannya untuk tidak meneruskan keputusannya itu. Ia menambahkan bahwa dokter kandungannya telah memberi izin selama ia memakai peralatan yang tepat.

Menurut BBC Robinson-Williams, yang bekerja di penitipan anak, telah menjadi sukarelawan di NSW Rural Fire Service selama 13 tahun.

"Ibuku juga hamil selama musim kebakaran tahun 1995. Itu semacam turunan dalam keluarga," BBC mengutip perkataannya.

"Ketika saya masih muda, nenek saya membuat pakaian pemadam kebakaran ukuran balita untuk saya," ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa ia bukan petugas pemadam kebakaran hamil pertama yang memerangi kebakaran dan dia juga bukan yang terakhir.

Kebakaran hutan biasa terjadi di musim panas yang kering dan panas di Australia, tetapi keganasan dan kedatangan yang lebih awal di musim semi tahun ini mengejutkan banyak orang.

Kebakaran telah merenggut tiga nyawa dan menghancurkan sekitar 2,5 juta hektar lahan pertanian dan semak, didorong oleh kondisi yang sangat kering setelah tiga tahun kekeringan, yang menurut para ahli telah diperburuk oleh perubahan iklim.

Tidak ada korban tewas yang dilaporkan pada hari Selasa karena sistem peringatan dan rencana evakuasi muncul untuk menyelamatkan nyawa dalam menghadapi apa yang dikatakan para pejabat adalah ancaman terbesar setidaknya dalam satu dekade.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7144 seconds (0.1#10.140)