Ambon Gabung Sevilla dan Liverpool sebagai Kota Musik Dunia
A
A
A
PARIS - Deoxyribo nucleic acid (DNA) Ambon adalah musik? Anggapan ini tidak berlebihan. Kota ini memang dikenal dengan musikalitas yang tinggi sehingga kerap muncul istilah “Ambon Bernyanyi Sepanjang Hari”.
Dari kota ini pula terlahir musisi papan atas Tanah Air dan internasional seperti Bob Tutupoly, Enteng Tanamal, Benny Likumahwa, Ruth Sahanaya, Hamdan Atamimi, Harvey Malaiholo, Rido Slank, Glenn Fredly, Daniel Sahuleka. Melly Manuhutu dan Marcello Tahitoe pun masih berbau Ambon dari orang tua mereka.
Identitas Ambon yang kental dengan musik bahkan kini melambung ke level yang lebih tinggi seiring pengakuan yang diberikan UNESCO kepada Ambon sebagai Kota Musik kemarin. Selain Ambon, terdapat sekitar 15 kota lain yang menjadi anggota baru Kota Musik UNESCO. Kota-kota itu ialah Essaouira (Maroko), Havana (Kuba), dan Kazan (Rusia).
Selanjutnya Krehir (Turki), Leiria (Portugal), Lliria (Spanyol), Metz (Prancis), Port of Spain (Trinidad dan Tobago), Ramallah (Palestina), Sanandaj (Iran), Santo Domingo (Republik Dominika), Valledupar (Kolombia), Valparaíso (Chile), Veszprém (Hungaria), dan Vranje (Serbia). Kota-kota itu memiliki karakteristik yang mirip.
Menurut UNESCO, Kota Musik merupakan pusat aktivitas dan penciptaan musik, festival musik lokal, dan aktif mempromosikan musik dalam berbagai format. Selain itu, Kota Musik juga memiliki sekolah, akademi, dan institusi tinggi di bidang musik, ruang untuk mempraktikkan atau mendengarkan musik, struktur tidak resmi untuk pemusik pemula, dan berdedikasi dalam genre musik tertentu. Ambon termasuk wilayah yang produktif dan aktif di dalam industri musik.
Pemilihan Ambon sebagai Kota Musik UNESCO tidak terlepas dari upaya yang dilakukan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Pemerintah Ambon sejak 2016. Musik secara alami melekat dalam darah masyarakat Ambon. Bagi kota ini, bermusik bahkan bukan sekadar untuk hiburan, tapi menjadikannya sebagai alat untuk menciptakan kerukunan, persatuan, dan perdamaian.
Kota Musik merupakan satu dari tujuh Jaringan Kota Kreatif UNESCO. Enam kategori lain ialah kesenian dan kerajinan tangan, desain, film, sastra, seni digital, dan gastronomi. Namun, Indonesia hanya diwakili di bidang musik. Jumlah kota yang masuk Jaringan Kota Kreatif pada tahun ini sekitar 66 wilayah.
“Jaringan Kota Kreatif kini berjumlah 246 anggota,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) UNESCO Audrey Azoulay. “Kota-kota dunia itu dengan caranya masing-masing menjadikan budaya sebagai pilar strategi, bukan sekadar aksesoris. Hal itu mendukung inovasi politik dan sosial serta penting bagi generasi muda lokal,” katanya.
Sevilla (Spanyol) menjadi kota pertama yang masuk Kota Musik UNESCO pada Maret 2006 atas musik Flamenco. Disusul Bologna (Italia) dua bulan kemudian dan Hamamatsu (Jepang) yang menjadi pusat pabrik instrumen musik seperti Yamaha, Kawai, dan Roland. Lalu, Liverpool, tempat lahirnya band The Batles.
Sebelum Ambon ditetapkan sebagai Kota Musik Dunia, Direktur UNESCO City of Music Mannheim, Jerman, Rainer Kern telah mengunjungi Ambon. Selama kunjungan tersebut, dia melihat langsung, bertemu dan berbagi dengan masyarakat dan komunitas musik.
Di antara komunitas yang dikunjungi antara lain komunitas musik suling bambu di Negeri Tuni, Tahuri di Hutumuri, musik Sawat di Negeri Batu Merah, menyaksikan Festival Ramadan, dan pergelaran seni di Taman Budaya. “Sehingga kita sepakat Ambon siap menjadi Kota Musik Dunia," katanya, di Ambon (25/5).
Menurut dia, untuk menjadi Kota Musik Dunia, sebuah kota harus memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan UNESCO. Setidaknya ada dua hal, yakni belajar dari kota musik lain dan tunjukkan nilai kearifan lokal dari Ambon."Banyak hal yang dapat ditunjukkan karena Ambon memiliki berbagai hal baik itu kualitas bermusik, keragaman sosial, dan budaya. Ini tentu menjadi nilai yang berbeda,” ungkapnya.
Rainer terkesan dengan keramahan masyarakat dan yang terutama adalah kualitas bermusik sangat baik yang dimulai sejak kecil serta keragaman budaya. Dia juga mengapresiasi upaya masyarakat yang terus mewujudkan perdamaian dan musik menjadi media pemersatu.
Sebelumnya Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Cecep Herawan mengungkapkan Kota Ambon akan dinominasikan sebagai Kota Musik Dunia karena musik tidak dapat dipisahkan dari citra Kota Ambon.
"Musik dan Kota Ambon tidak terpisahkan. Orang Ambon sudah bisa bernyanyi sejak dari kandungan. Banyak penyanyi terkenal berasal dari Ambon. Musik adalah DNA dari orang Ambon," ujar Cecep saat acara khusus untuk Ambon bertajuk Update from the Region: Ambon Night 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI bekerja sama dengan Pemerintah Kota Ambon beberapa waktu lalu.
Wali Kota Ambon Richard Louhanapessy juga menegaskan musik adalah kekuatan utama orang Ambon. “Kita berdoa tahun ini Ambon akan bisa dinobatkan sebagai Kota Musik Dunia oleh UNESCO,” katanya di Jakarta.
Dari kota ini pula terlahir musisi papan atas Tanah Air dan internasional seperti Bob Tutupoly, Enteng Tanamal, Benny Likumahwa, Ruth Sahanaya, Hamdan Atamimi, Harvey Malaiholo, Rido Slank, Glenn Fredly, Daniel Sahuleka. Melly Manuhutu dan Marcello Tahitoe pun masih berbau Ambon dari orang tua mereka.
Identitas Ambon yang kental dengan musik bahkan kini melambung ke level yang lebih tinggi seiring pengakuan yang diberikan UNESCO kepada Ambon sebagai Kota Musik kemarin. Selain Ambon, terdapat sekitar 15 kota lain yang menjadi anggota baru Kota Musik UNESCO. Kota-kota itu ialah Essaouira (Maroko), Havana (Kuba), dan Kazan (Rusia).
Selanjutnya Krehir (Turki), Leiria (Portugal), Lliria (Spanyol), Metz (Prancis), Port of Spain (Trinidad dan Tobago), Ramallah (Palestina), Sanandaj (Iran), Santo Domingo (Republik Dominika), Valledupar (Kolombia), Valparaíso (Chile), Veszprém (Hungaria), dan Vranje (Serbia). Kota-kota itu memiliki karakteristik yang mirip.
Menurut UNESCO, Kota Musik merupakan pusat aktivitas dan penciptaan musik, festival musik lokal, dan aktif mempromosikan musik dalam berbagai format. Selain itu, Kota Musik juga memiliki sekolah, akademi, dan institusi tinggi di bidang musik, ruang untuk mempraktikkan atau mendengarkan musik, struktur tidak resmi untuk pemusik pemula, dan berdedikasi dalam genre musik tertentu. Ambon termasuk wilayah yang produktif dan aktif di dalam industri musik.
Pemilihan Ambon sebagai Kota Musik UNESCO tidak terlepas dari upaya yang dilakukan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Pemerintah Ambon sejak 2016. Musik secara alami melekat dalam darah masyarakat Ambon. Bagi kota ini, bermusik bahkan bukan sekadar untuk hiburan, tapi menjadikannya sebagai alat untuk menciptakan kerukunan, persatuan, dan perdamaian.
Kota Musik merupakan satu dari tujuh Jaringan Kota Kreatif UNESCO. Enam kategori lain ialah kesenian dan kerajinan tangan, desain, film, sastra, seni digital, dan gastronomi. Namun, Indonesia hanya diwakili di bidang musik. Jumlah kota yang masuk Jaringan Kota Kreatif pada tahun ini sekitar 66 wilayah.
“Jaringan Kota Kreatif kini berjumlah 246 anggota,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) UNESCO Audrey Azoulay. “Kota-kota dunia itu dengan caranya masing-masing menjadikan budaya sebagai pilar strategi, bukan sekadar aksesoris. Hal itu mendukung inovasi politik dan sosial serta penting bagi generasi muda lokal,” katanya.
Sevilla (Spanyol) menjadi kota pertama yang masuk Kota Musik UNESCO pada Maret 2006 atas musik Flamenco. Disusul Bologna (Italia) dua bulan kemudian dan Hamamatsu (Jepang) yang menjadi pusat pabrik instrumen musik seperti Yamaha, Kawai, dan Roland. Lalu, Liverpool, tempat lahirnya band The Batles.
Sebelum Ambon ditetapkan sebagai Kota Musik Dunia, Direktur UNESCO City of Music Mannheim, Jerman, Rainer Kern telah mengunjungi Ambon. Selama kunjungan tersebut, dia melihat langsung, bertemu dan berbagi dengan masyarakat dan komunitas musik.
Di antara komunitas yang dikunjungi antara lain komunitas musik suling bambu di Negeri Tuni, Tahuri di Hutumuri, musik Sawat di Negeri Batu Merah, menyaksikan Festival Ramadan, dan pergelaran seni di Taman Budaya. “Sehingga kita sepakat Ambon siap menjadi Kota Musik Dunia," katanya, di Ambon (25/5).
Menurut dia, untuk menjadi Kota Musik Dunia, sebuah kota harus memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan UNESCO. Setidaknya ada dua hal, yakni belajar dari kota musik lain dan tunjukkan nilai kearifan lokal dari Ambon."Banyak hal yang dapat ditunjukkan karena Ambon memiliki berbagai hal baik itu kualitas bermusik, keragaman sosial, dan budaya. Ini tentu menjadi nilai yang berbeda,” ungkapnya.
Rainer terkesan dengan keramahan masyarakat dan yang terutama adalah kualitas bermusik sangat baik yang dimulai sejak kecil serta keragaman budaya. Dia juga mengapresiasi upaya masyarakat yang terus mewujudkan perdamaian dan musik menjadi media pemersatu.
Sebelumnya Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Cecep Herawan mengungkapkan Kota Ambon akan dinominasikan sebagai Kota Musik Dunia karena musik tidak dapat dipisahkan dari citra Kota Ambon.
"Musik dan Kota Ambon tidak terpisahkan. Orang Ambon sudah bisa bernyanyi sejak dari kandungan. Banyak penyanyi terkenal berasal dari Ambon. Musik adalah DNA dari orang Ambon," ujar Cecep saat acara khusus untuk Ambon bertajuk Update from the Region: Ambon Night 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI bekerja sama dengan Pemerintah Kota Ambon beberapa waktu lalu.
Wali Kota Ambon Richard Louhanapessy juga menegaskan musik adalah kekuatan utama orang Ambon. “Kita berdoa tahun ini Ambon akan bisa dinobatkan sebagai Kota Musik Dunia oleh UNESCO,” katanya di Jakarta.
(don)