Abu Bakr al-Baghdadi Dikabarkan Tewas, Ini Riwayat Pemimpin ISIS

Minggu, 27 Oktober 2019 - 17:41 WIB
Abu Bakr al-Baghdadi Dikabarkan Tewas, Ini Riwayat Pemimpin ISIS
Abu Bakr al-Baghdadi Dikabarkan Tewas, Ini Riwayat Pemimpin ISIS
A A A
IDLIB - Pejabat Amerika Serikat (AS), pada hari Minggu (27/10/2019), mengatakan pemimpin kelompok Islamic State atau ISIS Abu Bakr al-Baghdadi dilaporkan tewas dalam serangan pasukan khusus Amerika di Suriah. Pemerintah Irak dan Iran juga mengaku sudah mengetahui informasi tentang kematiannya.

Laporan lain dari sumber di Suriah mengatakan pemimpin kelompok teroris itu tewas dengan bom bunuh diri saat serangan pasukan khusus Amerika berlangsung. Baghdadi selama ini jadi pentolan teroris yang paling diburu Amerika. Dia sudah beberapa kali dilaporkan tewas baik oleh serangan AS maupun Rusia, namun laporan-laporan itu tak akurat.

Dalam lima tahun terakhir, sosoknya kerap jadi pemberitaan media internasional karena kekejaman ISIS di Irak dan Suriah. Berikut riwayat sekilas tentang Abu Bakr al-Baghdadi, yang dikutip dari Haaretz.

Al-Baghdadi hanya muncul di depan umum satu kali sejak ia mendeklarasikan dirinya sebagai emir (pemimpin) ISIS pada Juni 2014. Namun sosok penyendiri ini telah lama berada di antara para pemimpin teroris yang paling ditakuti di dunia. (Baca: Pemimpin ISIS Dilaporkan Tewas di Tangan Pasukan Khusus AS )

Terlahir sebagai Ibrahim Awad Ibrahim al-Badri al-Samarrai pada tahun 1971 di kota Samarra, Irak, ia tumbuh dalam keluarga kelas menengah yang taat beragama, yang mengaku mampu melacak garis keturunannya hingga ke Nabi Muhammad.

Diingat sebagai sosok pendiam dan saleh sejak usia dini, al-Baghdadi tidak pernah muncul sebagai tokoh akademis yang luar biasa. Dia mengajarkan Alquran ketik remaja kepada anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya dan melanjutkan untuk berkhotbah di Masjid Imam Ahmad ibn Hanbal di Samarra.

Di universitas ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, dan sebagian waktunya dihabiskan tinggal bersama istri pertamanya di lingkungan Tobchi di Baghdad. Dia mengajar di masjid lokal bernama Masjid Haji Zaydan. Dia menjadi terkenal karena keterampilannya di klub sepak bola masjid, di mana ia dibandingkan dengan Lionel Messi dari Argentina.

Dia mulai berubah menjadi sosok radikal untuk Ikhwanul Muslimin setelah invasi pasukan pimpinan AS ke Irak pada tahun 2003. Dia saat itu membantu mendirikan kelompok militan, Jaish Ahl al-Sunnah wal-Jamaah, Tentara Rakyat Sunni, yang mendapat dukungan dari negara-negara yang dikenal sebagai area Segitiga Sunni.

Pada Februari 2004 dia ditangkap oleh pasukan AS di Fallujah dan menghabiskan empat tahun di penjara Bucca Camp (Kamp Bucca) di Irak selatan, di mana dia bertemu dengan banyak mantan pengikut Partai Baath yang kemudian menjadi bagian dari pemberontakannya.

Dia dibebaskan ketika Bucca Camp ditutup pada tahun 2009. Menurut penjaga di penjara, kata-katanya yang diucapkan saat itu adalah "Saya akan melihat kalian di New York."

Perang sektarian brutal antara komunitas Sunni dan Syiah Irak dimulai tak lama setelah invasi AS atau setelah rezim Saddam Hussein lengser. Kelompok al-Baghdadi saat itu hanyalah kelompok kecil, salah satu dari sejumlah besar milisi Sunni yang pada akhirnya bersatu di bawah naungan al-Qaida.

Abu Musab al-Zarqawi, seorang warga Yordania yang bersumpah setia kepada pendiri al-Qaeda Osama bin Laden, membentuk al-Qaeda di Irak. Zarqawi terbunuh pada 2006 dan akhir tahun itu al-Qaeda di Irak berubah nama menjadi Islamic State of Iraq atau Negara Islam Irak.

Nama al-Baghdadi terus bersinar di jajaran kelompoknya. Dia kemudian menjadi pembantu dekat pemimpin kelompok tersebut, Abu Omar al-Baghdadi. Pendidikan agama Abu Bakr al-Baghdadi yang diketahui adalah studi Islam dengan meraih gelar Ph.D. Gelar itu membuatnya sangat berguna bagi organisasi yang mencoba membangun kredibilitasnya.

Kepekaannya yang tajam dan naluri politiknya yang kejam menyebabkan penunjukkannya sebagai pemimpin kelompok tersebut pada 2010, atau setelah terbunuhnya Abu Omar al-Baghdadi dalam operasi gabungan AS-Irak pada April tahun itu. Abu Bakr al-Baghdadi kemudian mengalihkan perhatiannya untuk membangun kembali kemampuan kelompoknya di Irak dan lebih jauh lagi dia menciptakan kelompok Front al-Nusra untuk melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Pada 2013, al-Baghdadi telah memutuskan untuk menggabungkan semua pasukannya dalam kelompok Islamic State of Iraq and Levant atau ISIL. Front al-Nusra dan al-Qaeda memprotes merger tersebut, tetapi al-Baghdadi tetap maju, yang menyebabkan perpecahan di antara gerakan-gerakan itu.

Kelompok ISIL mulai tak terbendung. Al-Baghdadi mulai menekankan pembenaran agama untuk interpretasi yang paling kaku tentang syariah (hukum Islam) serta eksekusi brutal terhadap tawanan dan siapa pun yang dianggap murtad.

Pada akhir tahun 2013, kelompok ISIL telah mengambil alih kota Fallujah di Irak dan enam bulan kemudian merebut kota Mosul di utara Irak.

Pada Juni 2014, al-Baghdadi mendeklarasikan pembentukan Islamic State atau Negara Islam dan menunjuk dirinya sendiri sebagai khalifah. Pidato yang direkam dalam video di Masjid Agung Mosul memberikan wawasan tentang sisi lain dari sosoknya, di mana dia terlihat mengenakan arloji mewah yang kemungkinan bermerek Rolex, Sekonda atau pun Omega Seamaster yang harganya senilai lebih dari USD5.000.

Desas-desus bahwa dia telah terbunuh atau terluka parah dalam serangan udara pada awal 2015 terbukti tidak berdasar seperti halnya banyak laporan selanjutnya tentang kematiannya.

Pada bulan Mei 2019, tanpa terbebani lagi oleh wilayah dan administrasi, al-Baghdadi menjabarkan jalur baru ke depan untuk kelompoknya; "Perluas jangkauan Anda, terhubung dengan kelompok-kelompok militan yang jauh dan buang musuh-musuh Anda dengan perang gerilya."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3296 seconds (0.1#10.140)