Suriah: Krisis di Timur Tengah Untungkan Israel
A
A
A
DAMASKUS - Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad mengatakan, satu-satunya pihak yang diuntungkan oleh krisis yang terjadi di Timur Tengah adalah Israel. Mekdad mengatakan, krisis yang terjadi di Suriah dan wilayah lain di Timur Tengah memuluskan langkah Israel dalam menduduki Dataran Tinggi Golan dan wilayah lain di kawasan.
"Kita semua tahu bahwa penerima manfaat pertama dari apa yang terjadi di Suriah dan wilayah itu adalah pendudukan Israel yang telah berlangsung selama beberapa dekade tanpa hukuman," kata Mekdad, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (27/10/2019).
"Israel tidak hanya menduduki wilayah Palestina dan Dataran Tinggi Golan Suriah dan beberapa bagian Lebanon sebagai tambahan, atas kejahatannya terhadap pengungsi yang diduduki, tetapi (Israel) juga melakukan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap negara saya dan negara-negara lain di kawasan itu," sambungnya.
Dia lalu menyatakan, situasi ini mungkin mengarah pada skenario tak terduga dan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional.
"Oleh karena itu kami tegaskan bahwa perang teroris melawan Suriah dan serangan berulang terhadap integritas teritorialnya tidak akan membuat kami meninggalkan perjuangan kami berdasarkan pada hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan," ungkapnya.
Mekdad kemudian menekankan, bahwa Dataran Tinggi Golan tetap menjadi wilayah Suriah, dan bukan terserah Amerika Serikat (AS) untuk memutuskan siapa pemiliknya.
Israel mendirikan kontrol militer atas Dataran Tinggi Golan pada tahun 1967 dan mencaploknya pada tahun 1981, meskipun aneksasi tidak pernah diakui oleh PBB. Dataran Tinggi Golan secara luas dipandang sebagai area strategis yang sangat penting, terutama karena fakta wilayah itu memberikan sudut pandang yang jelas tentang Suriah dan Israel.
"Kita semua tahu bahwa penerima manfaat pertama dari apa yang terjadi di Suriah dan wilayah itu adalah pendudukan Israel yang telah berlangsung selama beberapa dekade tanpa hukuman," kata Mekdad, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (27/10/2019).
"Israel tidak hanya menduduki wilayah Palestina dan Dataran Tinggi Golan Suriah dan beberapa bagian Lebanon sebagai tambahan, atas kejahatannya terhadap pengungsi yang diduduki, tetapi (Israel) juga melakukan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap negara saya dan negara-negara lain di kawasan itu," sambungnya.
Dia lalu menyatakan, situasi ini mungkin mengarah pada skenario tak terduga dan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional.
"Oleh karena itu kami tegaskan bahwa perang teroris melawan Suriah dan serangan berulang terhadap integritas teritorialnya tidak akan membuat kami meninggalkan perjuangan kami berdasarkan pada hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan," ungkapnya.
Mekdad kemudian menekankan, bahwa Dataran Tinggi Golan tetap menjadi wilayah Suriah, dan bukan terserah Amerika Serikat (AS) untuk memutuskan siapa pemiliknya.
Israel mendirikan kontrol militer atas Dataran Tinggi Golan pada tahun 1967 dan mencaploknya pada tahun 1981, meskipun aneksasi tidak pernah diakui oleh PBB. Dataran Tinggi Golan secara luas dipandang sebagai area strategis yang sangat penting, terutama karena fakta wilayah itu memberikan sudut pandang yang jelas tentang Suriah dan Israel.
(esn)