Turki: Proposal Jerman tentang Zona Aman Suriah Tak Masuk Akal
A
A
A
ANKARA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu menganggap proposal Jerman tentang membentuk zona aman internasional di Suriah timur laut tidak masuk akal.
Pernyataan itu diungkapkan saat Cavusoglu berbicara dalam konferensi pers bersama Menlu Jerman Heiko Maas. "Turki tidak akan mentoleransi pelanggaran hak asasi manusia di Suriah timur laut dan akan menyelidiki semua tuduhan yang ada," papar Cavusoglu, dilansir Reuters.
Turki mengirim tentara ke Suriah timur laut bulan ini untuk menyerang milisi Kurdi YPG. Pertempuran telah mereda setelah Amerika Serikat (AS) memediasi gencatan senjata, diikuti dengan kesepakatan antara Turki dan Rusia.
Pasukan Rusia dan Suriah akan membersihkan wilayah perbatasan dari para pejuang YPG yang dianggap Turki sebagai kelompok teroris.
Sebanyak 300 polisi militer Rusia tambahan tiba di Suriah sesuai kesepakatan antara Ankara dan Moskow yang menghentikan operasi militer Turki di Suriah utara.
Kesepakatan yang tercapai pada Selasa (22/10) oleh Presiden Turki Rayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengharuskan polisi militer Rusia dan penjaga perbatasan Suriah memindahkan semua milisi Kurdi YPG dari radius 30 km perbatasan Turki hingga Selasa (29/10) mendatang.
"Polisi militer dari wilayah Chechnya, Rusia, akan berpatroli dan membantu penarikan pasukan Kurdi serta persenjataannya menuju 30 km dari perbatasan Suriah-Turki," ungkap laporan kantor berita Interfax.
Pernyataan itu diungkapkan saat Cavusoglu berbicara dalam konferensi pers bersama Menlu Jerman Heiko Maas. "Turki tidak akan mentoleransi pelanggaran hak asasi manusia di Suriah timur laut dan akan menyelidiki semua tuduhan yang ada," papar Cavusoglu, dilansir Reuters.
Turki mengirim tentara ke Suriah timur laut bulan ini untuk menyerang milisi Kurdi YPG. Pertempuran telah mereda setelah Amerika Serikat (AS) memediasi gencatan senjata, diikuti dengan kesepakatan antara Turki dan Rusia.
Pasukan Rusia dan Suriah akan membersihkan wilayah perbatasan dari para pejuang YPG yang dianggap Turki sebagai kelompok teroris.
Sebanyak 300 polisi militer Rusia tambahan tiba di Suriah sesuai kesepakatan antara Ankara dan Moskow yang menghentikan operasi militer Turki di Suriah utara.
Kesepakatan yang tercapai pada Selasa (22/10) oleh Presiden Turki Rayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengharuskan polisi militer Rusia dan penjaga perbatasan Suriah memindahkan semua milisi Kurdi YPG dari radius 30 km perbatasan Turki hingga Selasa (29/10) mendatang.
"Polisi militer dari wilayah Chechnya, Rusia, akan berpatroli dan membantu penarikan pasukan Kurdi serta persenjataannya menuju 30 km dari perbatasan Suriah-Turki," ungkap laporan kantor berita Interfax.
(sfn)