Irak Tolak Kehadiran Jangka Panjang Pasukan AS dari Suriah
A
A
A
BAGHDAD - Irak menolak kehadiran jangka panjang pasukan Amerika Serikat (AS) yang telah melintasi perbatasannya setelah mundur dari Suriah utara.
Sikap ini menjadi penghinaan saat Menteri Pertahanan (Menhan) AS Mark Esper berkunjung ke Irak. Esper menyatakan tentara AS akan tinggal di Irak.
Setelah bertemu Esper, Perdana Menteri (PM) Irak Adel Abdul Mahdi menegaskan kembali posisi awal bahwa pasukan AS yang mundur dari Suriah akan diizinkan melintas melalui Irak hanya untuk transit dan tak ada tentara yang dapat tinggal di Irak tanpa izin.
"Irak mengambil semua langkah hukum internasional untuk memastikan pasukan AS akan pergi seperti seharusnya," papar pernyataan Abdul Mahdi. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut pernyataannya.
Esper awalnya menjelaskan, tentara AS yang ditarik dari Suriah akan pergi ke barat Irak untuk memerangi militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan membantu membela Irak. Namun sikap ini tampaknya berubah pada Selasa (22/10) saat AS ingin memulangkan mereka.
Esper juga bertemu Menhan Irak Najah al-Shammari. "Mereka membahas kerja sama militer dan berkonsultasi tentang kegiatan militer di wilayah itu," papar pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Irak.
Irak merupakan salah satu aliansi regional yang memantau keputusan Presiden AS Donald Trump menarik pasukan dari Suriah utara. Irak kini menampung sekitar 5.000 pasukan AS yang membantu memerangi ISIS. Meski demikian, Irak juga bersahabat dengan Iran yang menjadi musuh AS.
Sikap ini menjadi penghinaan saat Menteri Pertahanan (Menhan) AS Mark Esper berkunjung ke Irak. Esper menyatakan tentara AS akan tinggal di Irak.
Setelah bertemu Esper, Perdana Menteri (PM) Irak Adel Abdul Mahdi menegaskan kembali posisi awal bahwa pasukan AS yang mundur dari Suriah akan diizinkan melintas melalui Irak hanya untuk transit dan tak ada tentara yang dapat tinggal di Irak tanpa izin.
"Irak mengambil semua langkah hukum internasional untuk memastikan pasukan AS akan pergi seperti seharusnya," papar pernyataan Abdul Mahdi. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut pernyataannya.
Esper awalnya menjelaskan, tentara AS yang ditarik dari Suriah akan pergi ke barat Irak untuk memerangi militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan membantu membela Irak. Namun sikap ini tampaknya berubah pada Selasa (22/10) saat AS ingin memulangkan mereka.
Esper juga bertemu Menhan Irak Najah al-Shammari. "Mereka membahas kerja sama militer dan berkonsultasi tentang kegiatan militer di wilayah itu," papar pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Irak.
Irak merupakan salah satu aliansi regional yang memantau keputusan Presiden AS Donald Trump menarik pasukan dari Suriah utara. Irak kini menampung sekitar 5.000 pasukan AS yang membantu memerangi ISIS. Meski demikian, Irak juga bersahabat dengan Iran yang menjadi musuh AS.
(sfn)