Pangeran William Menata Jalan Sendiri Jadi Ahli Waris Takhta
A
A
A
LONDON - Pangeran William selalu menjadi perhatian dunia tentang apa saja yang dilakukannya, terutama ketika dia sedang menggelar lawatan ke luar negeri. Apa yang dilakukannya akan menjadi modal baginya untuk membangun jalan untuk menjadi ahli waris takhta Kerajaan Inggris. Pangeran William memang berada di urutan kedua penurus takhta Inggris setelah ayahnya, Pangeran Charles.
Namun, William sudah membangun karakter dan personalisasi yang kuat tentang dirinya dan masa depannya. William sangat menyadari dirinya adalah pemegang takhta Kerajaan Inggris masa depan. Dia memiliki tanggung jawab membentuk citra bahwa dirinya memang menjadi pemimpin yang siap. Bukan saja untuk Inggris, melainkan juga di mata negara-negara Persemakmuran.
Identitas seorang William dibentuknya dengan penampilan, gaya, dan strategi dalam berkomunikasi dan berdiplomasi. Dia juga membedakan dirinya dengan anggota keluarga Kerajaan Inggris lainnya, karena William sadar dirinya harus berbeda. "Ratu Inggris, tindakannya selalu lebih keras dibandingkan kata-katanya.
Dia mengasosiasikan dirinya dengan peristiwa dan isu bahwa dirinya selalu melekat dengan nilai nasional, kesatuan, dan kebanggaan," kata Max Foster, jurnalis dan analis CNN. Dia mengungkapkan bahwa Pangeran Charles cenderung berbicara lebih banyak dari berbagai isu mengenai perubahan iklim hingga toleransi agama.
Bagaimana dengan Pangeran William? "William sedang mencari jalannya sendiri dan kita sudah mendapatkan arah apa yang dia lakukan," kata Foster. Itu sangat terlihat ketika William dan istrinya, Kate Middleton, menggelar lawatan ke Pakistan pekan ini. Mereka menggunakan kendaraan tradisional khas Pakistan ketika berkunjung ke monumen nasional di Islamabad.
Padahal, itu bukan moda transportasi yang awalnya disediakan. Mereka juga mengenakan pakaian tradisional sherwani yang didesain oleh desainer asal Pakistan. Secara khusus, William dan Kate yang mengenakan kerudung berwarna biru langit mengunjungi Masjid Badshahi di Lahore, Pakistan kemarin. William dan Kate memang kerap mengenakan baju lokal ketika berkunjung ke negara tertentu.
Melansir Reuters, mereka bermain kriket bersama mantan kapten tim pria dan wanita Pakistan, Azhart Ali dan Sana Mir. Selanjutnya, mereka berkunjung ke rumah sakit kanker Shaukat Khanum Memorial yang dulu juga pernah dikunjungi ibunya, Putri Diana. Rumah sakit itu didirikan Imran Khan, teman dekat Pangeran William yang kini adalah perdana menteri Pakistan.
Isu perubahan iklim juga dimainkan Pangeran William. Bersama dengan istrinya, dia berkunjung ke gletser yang mencari di Pegunungan Hindu Kush, tidak jauh dari perbatasan Pakistan dengan Afghanistan. Mereka melihat langsung dampak perubahan iklim. Mereka terbang dengan helikopter ke gletser Chiatibo pada Rabu lalu.
Itu hanya satu dari 7.200 gletser di Pakistan yang menunjukkan pencarian dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Perubahan iklim memang menjadi tema besar dalam kunjungan selama lima hari di Pakistan. Gletser di Pakistan utara menjadi sumber cadangan air bagi 250 juta orang.
Sungai yang mengalir dari gletser itu memasok 1,6 juta miliar orang. Pemanasan global menjadi isu penting untuk diperhatikan bersama. “Melelehnya gletser kurang dari satu abad bisa berdampak pada ketersediaan air saja, tetapi berpengaruh pada pertanian dan tenaga listrik,” kata William.
Lawatan ke Pakistan menjadi agenda penting bagi William. Dia mengungkapkan, hubungan Inggris dan Pakistan memiliki ikatan yang unik karena banyak kepentingan bersama yang harus disukseskan. “Sedikitnya 1,5 juta orang tinggal di Inggris aslinya berasalnya dari Pakistan. Inggris juga adalah investor terbesar di ekonomi Pakistan,” katanya.
Namun, William sudah membangun karakter dan personalisasi yang kuat tentang dirinya dan masa depannya. William sangat menyadari dirinya adalah pemegang takhta Kerajaan Inggris masa depan. Dia memiliki tanggung jawab membentuk citra bahwa dirinya memang menjadi pemimpin yang siap. Bukan saja untuk Inggris, melainkan juga di mata negara-negara Persemakmuran.
Identitas seorang William dibentuknya dengan penampilan, gaya, dan strategi dalam berkomunikasi dan berdiplomasi. Dia juga membedakan dirinya dengan anggota keluarga Kerajaan Inggris lainnya, karena William sadar dirinya harus berbeda. "Ratu Inggris, tindakannya selalu lebih keras dibandingkan kata-katanya.
Dia mengasosiasikan dirinya dengan peristiwa dan isu bahwa dirinya selalu melekat dengan nilai nasional, kesatuan, dan kebanggaan," kata Max Foster, jurnalis dan analis CNN. Dia mengungkapkan bahwa Pangeran Charles cenderung berbicara lebih banyak dari berbagai isu mengenai perubahan iklim hingga toleransi agama.
Bagaimana dengan Pangeran William? "William sedang mencari jalannya sendiri dan kita sudah mendapatkan arah apa yang dia lakukan," kata Foster. Itu sangat terlihat ketika William dan istrinya, Kate Middleton, menggelar lawatan ke Pakistan pekan ini. Mereka menggunakan kendaraan tradisional khas Pakistan ketika berkunjung ke monumen nasional di Islamabad.
Padahal, itu bukan moda transportasi yang awalnya disediakan. Mereka juga mengenakan pakaian tradisional sherwani yang didesain oleh desainer asal Pakistan. Secara khusus, William dan Kate yang mengenakan kerudung berwarna biru langit mengunjungi Masjid Badshahi di Lahore, Pakistan kemarin. William dan Kate memang kerap mengenakan baju lokal ketika berkunjung ke negara tertentu.
Melansir Reuters, mereka bermain kriket bersama mantan kapten tim pria dan wanita Pakistan, Azhart Ali dan Sana Mir. Selanjutnya, mereka berkunjung ke rumah sakit kanker Shaukat Khanum Memorial yang dulu juga pernah dikunjungi ibunya, Putri Diana. Rumah sakit itu didirikan Imran Khan, teman dekat Pangeran William yang kini adalah perdana menteri Pakistan.
Isu perubahan iklim juga dimainkan Pangeran William. Bersama dengan istrinya, dia berkunjung ke gletser yang mencari di Pegunungan Hindu Kush, tidak jauh dari perbatasan Pakistan dengan Afghanistan. Mereka melihat langsung dampak perubahan iklim. Mereka terbang dengan helikopter ke gletser Chiatibo pada Rabu lalu.
Itu hanya satu dari 7.200 gletser di Pakistan yang menunjukkan pencarian dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Perubahan iklim memang menjadi tema besar dalam kunjungan selama lima hari di Pakistan. Gletser di Pakistan utara menjadi sumber cadangan air bagi 250 juta orang.
Sungai yang mengalir dari gletser itu memasok 1,6 juta miliar orang. Pemanasan global menjadi isu penting untuk diperhatikan bersama. “Melelehnya gletser kurang dari satu abad bisa berdampak pada ketersediaan air saja, tetapi berpengaruh pada pertanian dan tenaga listrik,” kata William.
Lawatan ke Pakistan menjadi agenda penting bagi William. Dia mengungkapkan, hubungan Inggris dan Pakistan memiliki ikatan yang unik karena banyak kepentingan bersama yang harus disukseskan. “Sedikitnya 1,5 juta orang tinggal di Inggris aslinya berasalnya dari Pakistan. Inggris juga adalah investor terbesar di ekonomi Pakistan,” katanya.
(don)