Korban Tewas Akibat Topan di Jepang Bertambah Jadi 74 orang
A
A
A
FUKUSHIMA - Tim penyelamat di Jepang terus mencari puluhan korban hilang pada Rabu (16/10) saat korban tewas terus bertambah menjadi 74 orang. Banyak korban tewas itu tenggelam setelah banjir akibat air sungai yang meluap.
Badan penyiaran publik NHK melaporkan, sebanyak 12 orang hilang dan lebih dari 220 orang terluka setelah Topan Hagibis menerjang Jepang pada akhir pekan lalu. Setengah dari pulau Honshu banjir saat 52 sungai di sana meluap.
Warga di Fukushima yang menjadi lokasi korban tewas terbanyak tampak membersihkan furnitur mereka yang rusak. Warga juga membersihkan sampah di jalanan. Banyak warga lanjut usia masih berada di pusat evakuasi karena belum dapat membersihkan rumahnya.
Di kota Date, tidak jauh dari lokasi bencana nuklir pada 2011, petani Masao Hirayama mengeringkan buku-buku di jalanan di depan rumahnya. Dia juga tampak mengumpulkan sampah dari sekitar rumahnya.
Dia menjelaskan, banjir mencapai ketinggian 2 meter hingga menenggelamkan rumahnya. Dia dan putranya diselamatkan dengan perahu dan dibawa ke pusat evakuasi. Istri dan cucunya tinggal bersama kerabat mereka saat badai menerjang.
"Saya merasa putus asa," tutur Hirayama, 70, yang menambahkan, banjir merusak lahan pertanian dan peralatan pertanian. "Yang ditinggalkan hanya tanah," ujar dia.
Hirayama menjelaskan, dia telah membangun kembali rumahnya pada 1989, meninggikan tanah setelah banjir pada 1986. Keluarganya berencana tinggal di lantai dua hingga dia dapat memperbaiki rumah dan perabotannya. Perbaikan diperkirakan berlangsung selama tiga bulan.
Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe menjelaskan, pemerintah akan mengucurkan USD6,5 juta untuk pemulihan bencana.
Badan penyiaran publik NHK melaporkan, sebanyak 12 orang hilang dan lebih dari 220 orang terluka setelah Topan Hagibis menerjang Jepang pada akhir pekan lalu. Setengah dari pulau Honshu banjir saat 52 sungai di sana meluap.
Warga di Fukushima yang menjadi lokasi korban tewas terbanyak tampak membersihkan furnitur mereka yang rusak. Warga juga membersihkan sampah di jalanan. Banyak warga lanjut usia masih berada di pusat evakuasi karena belum dapat membersihkan rumahnya.
Di kota Date, tidak jauh dari lokasi bencana nuklir pada 2011, petani Masao Hirayama mengeringkan buku-buku di jalanan di depan rumahnya. Dia juga tampak mengumpulkan sampah dari sekitar rumahnya.
Dia menjelaskan, banjir mencapai ketinggian 2 meter hingga menenggelamkan rumahnya. Dia dan putranya diselamatkan dengan perahu dan dibawa ke pusat evakuasi. Istri dan cucunya tinggal bersama kerabat mereka saat badai menerjang.
"Saya merasa putus asa," tutur Hirayama, 70, yang menambahkan, banjir merusak lahan pertanian dan peralatan pertanian. "Yang ditinggalkan hanya tanah," ujar dia.
Hirayama menjelaskan, dia telah membangun kembali rumahnya pada 1989, meninggikan tanah setelah banjir pada 1986. Keluarganya berencana tinggal di lantai dua hingga dia dapat memperbaiki rumah dan perabotannya. Perbaikan diperkirakan berlangsung selama tiga bulan.
Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe menjelaskan, pemerintah akan mengucurkan USD6,5 juta untuk pemulihan bencana.
(sfn)