Lavrov: Situasi Suriah Rumit karena 'Eksperimen' AS pada Kurdi
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menuturkan, situasi di Suriah, khususnya di wilayah perbatasan dengan Turki menjadi sangat rumit karena adanya eksperimen Amerika Serikat (AS). Lavrov menyebut masalah situasi di perbatasan Suriah-Turki sejatinya bisa diselesaikan melalui perjanjian yang ada.
Lavrov menuturkan, Moskow memahami kekhwatiran Turki mengenai keamanan di perbatasan dengan Suriah. Namun, Lavrov mengatakan, jika perjanjian yang ada dapat diimpelementasikan dengan maksimal, maka opsi militer seharusnya tidak perlu dan tidak akan pernah diambil.
"Kami terus-menerus menyoroti sejak awal krisis di Suriah, bahwa kami memahami kekhawatiran sah Republik Turki mengenai keamanan perbatasannya. Pada saat yang sama, kami menekankan dalam segala hal kebutuhan untuk menyelesaikan masalah ini dalam kerangka perjanjian yang ada antara Damaskus dan Ankara, yang disebut perjanjian Adana tahun 1998," ucap Lavrov.
"Sayangnya, implementasi yang efisien dari perjanjian itu, yang mempertimbangkan upaya bersama untuk menggagalkan aksi teror di perbatasan antara Turki dan Suriah, diperumit oleh aktivitas Amerika dan koalisi di tepi timur Sungai Eufrat," sambungnya, seperti dilansir Tass pada Kamis (10/10/2019).
Dia menuturkan bahwa Moskow telah bertahun-tahun memperingatkan tentang bahaya ekstrem dari eksperimen yang dilakukan AS di Suriah, dimana Washingtion mencoba untuk membuat Kurdi berseteru dengan suku-suku Arab lain dengan segala cara yang mungkin.
"Kami memperingatkan agar tidak memainkan kartu Kurdi, karena ini bisa datang dan tidak ada gunanya, di mana kami juga diperingatkan oleh rekan-rekan kami dari negara-negara lain di kawasan itu yang memiliki komunitas Kurdi yang besar," tukasnya.
Lavrov menuturkan, Moskow memahami kekhwatiran Turki mengenai keamanan di perbatasan dengan Suriah. Namun, Lavrov mengatakan, jika perjanjian yang ada dapat diimpelementasikan dengan maksimal, maka opsi militer seharusnya tidak perlu dan tidak akan pernah diambil.
"Kami terus-menerus menyoroti sejak awal krisis di Suriah, bahwa kami memahami kekhawatiran sah Republik Turki mengenai keamanan perbatasannya. Pada saat yang sama, kami menekankan dalam segala hal kebutuhan untuk menyelesaikan masalah ini dalam kerangka perjanjian yang ada antara Damaskus dan Ankara, yang disebut perjanjian Adana tahun 1998," ucap Lavrov.
"Sayangnya, implementasi yang efisien dari perjanjian itu, yang mempertimbangkan upaya bersama untuk menggagalkan aksi teror di perbatasan antara Turki dan Suriah, diperumit oleh aktivitas Amerika dan koalisi di tepi timur Sungai Eufrat," sambungnya, seperti dilansir Tass pada Kamis (10/10/2019).
Dia menuturkan bahwa Moskow telah bertahun-tahun memperingatkan tentang bahaya ekstrem dari eksperimen yang dilakukan AS di Suriah, dimana Washingtion mencoba untuk membuat Kurdi berseteru dengan suku-suku Arab lain dengan segala cara yang mungkin.
"Kami memperingatkan agar tidak memainkan kartu Kurdi, karena ini bisa datang dan tidak ada gunanya, di mana kami juga diperingatkan oleh rekan-rekan kami dari negara-negara lain di kawasan itu yang memiliki komunitas Kurdi yang besar," tukasnya.
(esn)