Pesan Pengantin asal Indonesia, Orang China Bayar Rp400 Juta
A
A
A
JAKARTA - Kasus pengantin pesanan di China yang melibatkan para perempuan asal Indonesia terus muncul karena dianggap sebagai bisnis menggiurkan bagi para pelakunya. Menurut Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, para pemesan di China membayar antara Rp300 juta hingga Rp400 juta demi memperoleh seorang pengantin perempuan asal Indonesia.
Pejabat Protokol dan Konsuler KBRI Beijing, Ichsan Firdaus, mengungkap fakta tersebut. "Bisa dibayangkan bahwa mereka berusaha merekrut sebanyak mungkin (pengantin) tanpa memedulikan (pernikahan) akan berhasil atau tidak," katanya, Kamis (10/10/2019).
"Jika berhasil ya syukur, tetapi jika tidak, kita yang kesulitan, karena mereka (para pelaku) kan lepas tangan," katanya lagi. (Baca: Tangani Puluhan WNI Korban Pengantin Pesanan, KBRI Lobi China )
Firdaus mengatakan Provinsi Henan dan Hebei menjadi dua wilayah di mana kasus pengantin pesanan banyak terjadi. Salah satu penyebabnya karena kedua wilayah itu memiliki populasi yang cukup besar.
"Di China itu ada dua (wilayah) yang kita catat, Provinsi Henan dan Hebei. Populasinya banyak, jadi mereka mencari pengantin untuk menikah," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Duta Besar Indonesia untuk China, Listyowati, mengatakan beberapa perempuan warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban pengantin pesanan merupakan anak di bawah umur. Hal itu menjadi kasus yang tergolong kejahatan serius.
Menurut Listyowati ada tiga perempuan Indonesia di bawah umur yang diselamatkan dari kasus pengantin pesanan di China. Mereka masing-masing berusia 14, 15, dan 16 tahun.
Pejabat Protokol dan Konsuler KBRI Beijing, Ichsan Firdaus, mengungkap fakta tersebut. "Bisa dibayangkan bahwa mereka berusaha merekrut sebanyak mungkin (pengantin) tanpa memedulikan (pernikahan) akan berhasil atau tidak," katanya, Kamis (10/10/2019).
"Jika berhasil ya syukur, tetapi jika tidak, kita yang kesulitan, karena mereka (para pelaku) kan lepas tangan," katanya lagi. (Baca: Tangani Puluhan WNI Korban Pengantin Pesanan, KBRI Lobi China )
Firdaus mengatakan Provinsi Henan dan Hebei menjadi dua wilayah di mana kasus pengantin pesanan banyak terjadi. Salah satu penyebabnya karena kedua wilayah itu memiliki populasi yang cukup besar.
"Di China itu ada dua (wilayah) yang kita catat, Provinsi Henan dan Hebei. Populasinya banyak, jadi mereka mencari pengantin untuk menikah," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Duta Besar Indonesia untuk China, Listyowati, mengatakan beberapa perempuan warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban pengantin pesanan merupakan anak di bawah umur. Hal itu menjadi kasus yang tergolong kejahatan serius.
Menurut Listyowati ada tiga perempuan Indonesia di bawah umur yang diselamatkan dari kasus pengantin pesanan di China. Mereka masing-masing berusia 14, 15, dan 16 tahun.
(mas)