Amfibi Terbesar di Dunia Ditemukan Peneliti London
A
A
A
LONDON - Sebuah spesies amfibi terbesar di dunia berhasil ditemukan para peneliti. Temuan itu setelah para peneliti melakukan kajian DNA dari berbagai spesies di museum.
Amfibi tersebut adalah salamander raksasa China, yang kini diklasifikasikan sebagai binatang langka. Salamander menjadi amfibi terbesar setelah dianalisis oleh Zoological Society of London dan Museum Sejarah Alam Inggris. Mereka menemukan tiga genetik langka pada salamander dari sistem sungai dan pegunungan yang berbeda di China. Padahal, awalnya hanya satu spesies.
Tiga spesies amfibi tersebut adalah Andrias davidianus, Andrias sligoi, dan satu temuan baru yang belum diberi nama. Ketiga temuan itu merepresentasikan spesies yang terpisah.
Spesies yang belum diberi nama merupakan salamander yang hidup di Huangshan, China timur. Itu baru diketahui dari sampel jaringan sel. Perbedaan spesies itu disebabkan faktor geografis. Para peneliti menyimpulkan salamander raksasa China selatan (Andrias sligoi) sebagai spesies amfibi terbesar saat ini.
Peneliti pun berhasil mengonfirmasikan jenis baru. Ketiga spesies ini menyimpang dari leluhurnya yang hidup tiga jutaan tahun lalu. Dengan klasifikasi baru, para peneliti menyadari bahwa mereka juga harus memperkirakan ulang mengenai pemegang posisi amfibi terbesar di dunia.
"Hewan 1,8 meter yang ditangkap pada 1920-an adalah salamander raksasa terbesar yang dilaporkan dari China. Secara historis, ia telah ditafsirkan sebagai spesimen A davidianus karena semua hewan China dianggap mewakili spesies ini," kata Prof Samuel Turvey dari Zoological Society of London.
Turvey mengatakan bahwa penurunan jumlah populasi spesies itu di alam liar merupakan bencana, yang pada umumnya disebabkan pengeksploitasian untuk makanan. “Kami berharap pemahaman baru tentang keanekaragaman spesies mereka telah tiba waktunya untuk mendukung keberhasilan konservasi mereka. Namun, langkah-langkah mendesak diperlukan untuk melindungi populasi salamander raksasa yang mungkin masih ada," katanya, dilansir dari laman BBC.
Peneliti lainnya, Melissa Marr dari Natural History Museum London, mengatakan bahwa langkah-langkah harus dilakukan untuk menjaga integritas genetik setiap spesies yang berbeda.
"Temuan ini datang saat intervensi mendesak diperlukan untuk menyelamatkan salamander raksasa China di alam liar," katanya. (Andika H Mustaqim)
Amfibi tersebut adalah salamander raksasa China, yang kini diklasifikasikan sebagai binatang langka. Salamander menjadi amfibi terbesar setelah dianalisis oleh Zoological Society of London dan Museum Sejarah Alam Inggris. Mereka menemukan tiga genetik langka pada salamander dari sistem sungai dan pegunungan yang berbeda di China. Padahal, awalnya hanya satu spesies.
Tiga spesies amfibi tersebut adalah Andrias davidianus, Andrias sligoi, dan satu temuan baru yang belum diberi nama. Ketiga temuan itu merepresentasikan spesies yang terpisah.
Spesies yang belum diberi nama merupakan salamander yang hidup di Huangshan, China timur. Itu baru diketahui dari sampel jaringan sel. Perbedaan spesies itu disebabkan faktor geografis. Para peneliti menyimpulkan salamander raksasa China selatan (Andrias sligoi) sebagai spesies amfibi terbesar saat ini.
Peneliti pun berhasil mengonfirmasikan jenis baru. Ketiga spesies ini menyimpang dari leluhurnya yang hidup tiga jutaan tahun lalu. Dengan klasifikasi baru, para peneliti menyadari bahwa mereka juga harus memperkirakan ulang mengenai pemegang posisi amfibi terbesar di dunia.
"Hewan 1,8 meter yang ditangkap pada 1920-an adalah salamander raksasa terbesar yang dilaporkan dari China. Secara historis, ia telah ditafsirkan sebagai spesimen A davidianus karena semua hewan China dianggap mewakili spesies ini," kata Prof Samuel Turvey dari Zoological Society of London.
Turvey mengatakan bahwa penurunan jumlah populasi spesies itu di alam liar merupakan bencana, yang pada umumnya disebabkan pengeksploitasian untuk makanan. “Kami berharap pemahaman baru tentang keanekaragaman spesies mereka telah tiba waktunya untuk mendukung keberhasilan konservasi mereka. Namun, langkah-langkah mendesak diperlukan untuk melindungi populasi salamander raksasa yang mungkin masih ada," katanya, dilansir dari laman BBC.
Peneliti lainnya, Melissa Marr dari Natural History Museum London, mengatakan bahwa langkah-langkah harus dilakukan untuk menjaga integritas genetik setiap spesies yang berbeda.
"Temuan ini datang saat intervensi mendesak diperlukan untuk menyelamatkan salamander raksasa China di alam liar," katanya. (Andika H Mustaqim)
(nfl)