Kedubes Rusia Bakal Pindah ke Ibu Kota Baru
A
A
A
JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, menyebut Kedutaan Besar Rusia mungkin akan turut dipindahkan ke Ibu Kota baru Indonesia di Kalimantan. Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), beberapa waktu lalu mengumumkan bahwa Ibu Kota Indonesia akan dipindahkan ke Kalimantan Timur.
"Jika semua kantor pemerintah dipindah ke Kalimantan, Kementerian Luar Negeri dipindah, saya pikir kami tidak memiliki pilihan selain memindahkan kedutaan ke Kalimantan. Tapi, untuk saat ini masih sulit untuk berspekulasi mengenai kapan dan bagaimana ini akan berakhir," kata Vorobieva, Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Ia mengatakan pemindahakan Ibu Kota tidak serta merta membuat sebuah negara memindahkan kedutaanya. Ia mencontohkan Malaysia, di mana saat Negeri Jiran itu memindahkan Ibu Kotanya ke Putrajaya, Rusia tidak ikut memindahkan kedutaanya dengan alasan Ibu Kota baru sangat dekat dengan Kuala Lumpur.
Namun, untuk Indonesia, ia menyebut Ibu Kota baru berada sangat jauh dari Jakarta dan tidak bisa dicapai dengan menggunakan jalur darat.
"Ini akan tergantung pada bagaimana ini akan bekerja. Jika Kementerian Luar Negeri masih berada di Jakarta, mungkin kedutaan masih akan berada di sini. Ini adalah hal yang besar bagi pemerintah Indonesia dan juga bagi kedutaan, tapi kami akan mengikuti alur yang ada," tuturnya.
Vorobieva lalu menyebut, Rusia juga pernah melakukan pemindahan Ibu Kota. Pada abad 17, papar Vorobieva, pemimpin Rusia saat itu, Peter the Great memutuskan memindahkan Ibu Kota dari Moskow ke St. Petersburg, untuk dapat membuka kerja sama dengan Eropa dan ini bertahan selama kurang lebih 200 tahun.
Namun, pada tahun 1918, pemerintah Komunis saat itu memutuskan untuk kembali memindahkan Ibu Kota ke Moskow. "Jadi kami memiliki dua Ibu Kota, Moskow dan Ibu Kota utara di St. Petersburg," tukasnya.
"Jika semua kantor pemerintah dipindah ke Kalimantan, Kementerian Luar Negeri dipindah, saya pikir kami tidak memiliki pilihan selain memindahkan kedutaan ke Kalimantan. Tapi, untuk saat ini masih sulit untuk berspekulasi mengenai kapan dan bagaimana ini akan berakhir," kata Vorobieva, Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Ia mengatakan pemindahakan Ibu Kota tidak serta merta membuat sebuah negara memindahkan kedutaanya. Ia mencontohkan Malaysia, di mana saat Negeri Jiran itu memindahkan Ibu Kotanya ke Putrajaya, Rusia tidak ikut memindahkan kedutaanya dengan alasan Ibu Kota baru sangat dekat dengan Kuala Lumpur.
Namun, untuk Indonesia, ia menyebut Ibu Kota baru berada sangat jauh dari Jakarta dan tidak bisa dicapai dengan menggunakan jalur darat.
"Ini akan tergantung pada bagaimana ini akan bekerja. Jika Kementerian Luar Negeri masih berada di Jakarta, mungkin kedutaan masih akan berada di sini. Ini adalah hal yang besar bagi pemerintah Indonesia dan juga bagi kedutaan, tapi kami akan mengikuti alur yang ada," tuturnya.
Vorobieva lalu menyebut, Rusia juga pernah melakukan pemindahan Ibu Kota. Pada abad 17, papar Vorobieva, pemimpin Rusia saat itu, Peter the Great memutuskan memindahkan Ibu Kota dari Moskow ke St. Petersburg, untuk dapat membuka kerja sama dengan Eropa dan ini bertahan selama kurang lebih 200 tahun.
Namun, pada tahun 1918, pemerintah Komunis saat itu memutuskan untuk kembali memindahkan Ibu Kota ke Moskow. "Jadi kami memiliki dua Ibu Kota, Moskow dan Ibu Kota utara di St. Petersburg," tukasnya.
(ian)