Kebijakan Indo-Pasifik AS Lebih Condong pada Kebijakan Militer
A
A
A
STANFORD - David M Lampton, pengamat dari Institut Freeman Spogli untuk Studi Internasioal Universitas Stanford menuturkan bahwa dia melihat visi atau kebijakan Indo-Pasifik Amerika Serikat (AS) akan lebih condong kepada militer.
Lampton, yang berbicara saat melakukan pertemuan dengan sejumlah jurnalis dari Asia Tenggara, menuturkan bahwa sejatinya tidak yakin apakah AS memiliki visi Indo-Pasifik. Dia menuturkan hal pertama yang perlu diingat ketika mendengar bahwa AS percaya bahwa mereka memiliki visi adalah banyaknya perbedaan pandangan di dalam AS. AS menganut sistem federal dengan birokrasi yang cukup rumit.
"Jadi, AS diyakini memiliki kebijakan, strategi hampir di semua subyek. Bayangkan banyaknya pandangan dan pendapat tandingan, yang terkadang sangat berbeda. Saya tidak yakin bahwa AS memiliki visi," ucapnya.
"Kedua, saya ingin mengatakan apapun visi dari wilayah ini dimulai ketika, apakah Trump mau mengakui atau tidak, saat (George) Bush menempatkan peringatakan kepada India. Jadi, Bush berhak mendapatkann kredit atau apapun untuk itu. Jadi ketika kita memikirkan mengenai poros, yang dibentuk di masa (Hillary) Clinton dan (Barack) Obama, itu adalah upaya untuk merubah sumber daya ke arah itu, tapi bukan hanya secara militer tapi ekonomi, kebudayaan dan lain sebagainya," sambungnya, Selasa (13/8/2019).
Hal ketiga, papar Lampton, walaupun ekonomi, kebudayaan, militer berusaha untuk seimbang menjadi kebijakan yang komprehensif di AS, tetapi tidak semua hal ini memiliki sumber daya yang sama. Lampton menyebut saat ini, militer hampir semua uang. "Jadi apapun visi itu, hampir pasti condong kepada militer," cetusnya.
"Jadi, saya kira pada dasarnya AS memiliki kecenderungan dan kecenderungan itu lebih kepada karakter militer, meski kita berbicara kepada orang-orang mungkin ada komponen ekonomi dan mungkin ada kompenen kebudayaan. Tapi, yang akan kita lihat adalah lebih kepada militer," tukasnya.
Lampton, yang berbicara saat melakukan pertemuan dengan sejumlah jurnalis dari Asia Tenggara, menuturkan bahwa sejatinya tidak yakin apakah AS memiliki visi Indo-Pasifik. Dia menuturkan hal pertama yang perlu diingat ketika mendengar bahwa AS percaya bahwa mereka memiliki visi adalah banyaknya perbedaan pandangan di dalam AS. AS menganut sistem federal dengan birokrasi yang cukup rumit.
"Jadi, AS diyakini memiliki kebijakan, strategi hampir di semua subyek. Bayangkan banyaknya pandangan dan pendapat tandingan, yang terkadang sangat berbeda. Saya tidak yakin bahwa AS memiliki visi," ucapnya.
"Kedua, saya ingin mengatakan apapun visi dari wilayah ini dimulai ketika, apakah Trump mau mengakui atau tidak, saat (George) Bush menempatkan peringatakan kepada India. Jadi, Bush berhak mendapatkann kredit atau apapun untuk itu. Jadi ketika kita memikirkan mengenai poros, yang dibentuk di masa (Hillary) Clinton dan (Barack) Obama, itu adalah upaya untuk merubah sumber daya ke arah itu, tapi bukan hanya secara militer tapi ekonomi, kebudayaan dan lain sebagainya," sambungnya, Selasa (13/8/2019).
Hal ketiga, papar Lampton, walaupun ekonomi, kebudayaan, militer berusaha untuk seimbang menjadi kebijakan yang komprehensif di AS, tetapi tidak semua hal ini memiliki sumber daya yang sama. Lampton menyebut saat ini, militer hampir semua uang. "Jadi apapun visi itu, hampir pasti condong kepada militer," cetusnya.
"Jadi, saya kira pada dasarnya AS memiliki kecenderungan dan kecenderungan itu lebih kepada karakter militer, meski kita berbicara kepada orang-orang mungkin ada komponen ekonomi dan mungkin ada kompenen kebudayaan. Tapi, yang akan kita lihat adalah lebih kepada militer," tukasnya.
(ian)