Buku-buku yang Ditulis Para Diktator, Karya Hitler hingga Saddam
A
A
A
APA yang dipikirkan seorang diktator sehingga mereka merasa perlu untuk menulis? Lewat tulisan para pemilik kekuasaan absolut ini sepertinya menemukan cara bagaimana mengendalikan masyarakat sehingga ada kepatuhan dan kultus induvidu di tengah masyarakat. Berikut sejumlah diktator yang sepanjang hidupnya pernah menulis buku.
1. Saddam Hussein (Zabibah and the King)
Sang diktator yang memiliki kumis tebal tersebut pernah menuliskan sebuah karya Roman. Melalui Zabibah dan Sang Raja (Zabibah and the King), Saddam menuangkang sisi romantisnya melalui kisah seorang gadis biasa yang jatuh cinta kepada seorang raja dengan latar budaya abad kedelapan.
2. Muammar Gaddafi (Buku Hijau dan Escape to Hell)
Politisi revolusioner yang terguling ini berkuasa di Libya selama lebih dari 40 tahun hingga 2011. Tulisannya merujuk kepada buku Mao dan diberi judul Buku Hijau terbitan 1975. ‘Buku Hijau’ menjabarkan filsafat politik Gaddafi dan menjadi bacaan wajib bagi seluruh warga Libya. Selain ‘Buku Hijau; Khadafi juga menulis kumpulan esai berjudul Escape to Hell yang pada 1998 silam terbit dalam versi bahasa Inggris.
3. Adolf Hitler (Mein Kampf)
Di luar sifatnya yang otoriter, Adolf Hitler dikenal sebagai pribadi cerdas, percaya diri dan pemberani. Salah satu buku karya Mein Kampf dicatat sejarah dunia sebagai salah satu buku paling rasis di dunia.
Bagaimana tidak buku yang berisikan otobiografi Hitler tersebut pun mengungkapkan pandangan politiknya yang anti Yahudi. Melalui Mein Kampf, Hitler mengajak masyarakat Jerman melakukan ekspansi besar-besar menuju timur, sebagai upaya merebut kembali tanah mereka yang hilang.
4. Kim Jong-il (On the Art of Cinema)
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il, menuliskan sebuah buku ‘On the Art of Cinema.’ Terbitnya buku tersebut dipengaruhi oleh kegemarannya terhadap film Hollywood, meskipun ia dikenal sangat membenci budaya Amerika Serikat. Bahkan untuk membangun perfilma Korut, Kim Jong Il bahkan menculik sutradara asal Korea Selatan, Shin Sang-ok dan isterinya Choi Eun-hee pada 1978.
5. Joseph Stalin (Marxisme dan Permasalahan Nasional)
Joseph Stalin menuliskan propagandanya yang oleh kaum Bolshevik dipakai sebagai “pengganti Alkitab”. Buku yang diterbtikan pada 1938 itu berisi tafsiran sang diktator Soviet di masa awal Partai Komunis dan disebut sebagai buku yang paling banyak dibagikan di bawah pemerintahan Stalin. Selain itu Stalin juga pernah menulis buku berjudul Marxisme dan Permasalahan Nasional yang ditulis pada Januari 1913.
6. Vladimir Lenin (Negara dan Revolusi)
Dalam buku tersebut Lenin menjelaskan secara gamblang apa itu Negara, bagaimana Negara mempertahankan dirinya sendiri, hingga tugas revolusioner kaum Komunis dalam upayanya membuat Negara tidak relevan atau tidak dibutuhkan sama sekali lagi. Selain itu, buku yang diterbitkan pada Agustus 1917 –hanya dua bulan sebelum Bolshevik menggulingkan Tsar untuk membangun diktator proletariat- ini juga dimaksudkan untuk menyerang kaum oportunis seperti Georgi Plekhanov dan terutama Karl Kautsky yang telah mendistorsikan Marxisme sedemikian jauh, termasuk teorinya tentang Negara.
7. Benito Mussolini (Doktrin Fasisme)
Diktator Italia ini bersama-sama dengan filsuf Giovanni Gentile menulis Doktrin Fasisme, sebuah esai yang pertama kali diterbitkan pada 1932. Esai itu dipandang sebagai pengejawantahan pandangan politik sekaligus pengelanaan tentang fasisme oleh Mussolini setelah ia meraih kekuasaan secara konstitusional pada 1922 dan menegakan cara diktator pada 1925.
8. Mao Zedong (Buku Merah)
Pendiri Republik Rakyat China ini menulis salah satu buku paling banyak diterbitkan dalam sejarah, ‘Buku Merah Mungil’. Judul sebenarnya adalah ‘Rangkaian Kutipan Dari Pemimpin Mao Zedong’. Buku petunjuk politik terbitan 1964 ini berisi sejumlah pernyataan dan pemikiran terpilih mantan ketua Partai Komunis China itu tentang 33 aspek kehidupan di bawah kekuasaan partai. Buku itu memiliki sampul berwarna merah dan berukuran kecil untuk masuk dalam saku, sehingga muncullah istilah ‘Buku Merah Mungil’.
9. Kim Il-sung (Puisi, Drama dan Otobiografi)
Pendiri Korea Utara ini adalah seorang penulis serba bisa. Tokoh revolusioner negara Stalinis ini menerbitkan sekitar 10.800 karya—termasuk puisi, drama, dan setidaknya 8 otobiografi—antara tahun 1948 dan 1994 (tahun wafatnya). Kim bersikeras menyebarkan gagasannya tentang Juche—suatu angan-angan masyarakat Korea Utara sesudah 1946. Menurut pihak Korea Utara, karya ini telah diterjemahkan ke lebih dari 60 bahasa. Versi bahasa Inggrisnya dapat dibaca secara online.
10. Enver Hoxha (Buku Pemikiran tentang China)
Enver Hoxha adalah pemimpin komunis Albania dari 1944 hingga 1985. Kepemimpinannya dicirikan dengan dihapusnya hukuman panjang penjara terhadap lawan politiknya, dan gencarnya penggunaan hukuman mati. Ia menulis sembilan bagian, termasuk sejumlah volume pidato dan perbincangannya, pemikiran tentang China dan analisis hubungan Soviet-Amerika.
1. Saddam Hussein (Zabibah and the King)
Sang diktator yang memiliki kumis tebal tersebut pernah menuliskan sebuah karya Roman. Melalui Zabibah dan Sang Raja (Zabibah and the King), Saddam menuangkang sisi romantisnya melalui kisah seorang gadis biasa yang jatuh cinta kepada seorang raja dengan latar budaya abad kedelapan.
2. Muammar Gaddafi (Buku Hijau dan Escape to Hell)
Politisi revolusioner yang terguling ini berkuasa di Libya selama lebih dari 40 tahun hingga 2011. Tulisannya merujuk kepada buku Mao dan diberi judul Buku Hijau terbitan 1975. ‘Buku Hijau’ menjabarkan filsafat politik Gaddafi dan menjadi bacaan wajib bagi seluruh warga Libya. Selain ‘Buku Hijau; Khadafi juga menulis kumpulan esai berjudul Escape to Hell yang pada 1998 silam terbit dalam versi bahasa Inggris.
3. Adolf Hitler (Mein Kampf)
Di luar sifatnya yang otoriter, Adolf Hitler dikenal sebagai pribadi cerdas, percaya diri dan pemberani. Salah satu buku karya Mein Kampf dicatat sejarah dunia sebagai salah satu buku paling rasis di dunia.
Bagaimana tidak buku yang berisikan otobiografi Hitler tersebut pun mengungkapkan pandangan politiknya yang anti Yahudi. Melalui Mein Kampf, Hitler mengajak masyarakat Jerman melakukan ekspansi besar-besar menuju timur, sebagai upaya merebut kembali tanah mereka yang hilang.
4. Kim Jong-il (On the Art of Cinema)
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il, menuliskan sebuah buku ‘On the Art of Cinema.’ Terbitnya buku tersebut dipengaruhi oleh kegemarannya terhadap film Hollywood, meskipun ia dikenal sangat membenci budaya Amerika Serikat. Bahkan untuk membangun perfilma Korut, Kim Jong Il bahkan menculik sutradara asal Korea Selatan, Shin Sang-ok dan isterinya Choi Eun-hee pada 1978.
5. Joseph Stalin (Marxisme dan Permasalahan Nasional)
Joseph Stalin menuliskan propagandanya yang oleh kaum Bolshevik dipakai sebagai “pengganti Alkitab”. Buku yang diterbtikan pada 1938 itu berisi tafsiran sang diktator Soviet di masa awal Partai Komunis dan disebut sebagai buku yang paling banyak dibagikan di bawah pemerintahan Stalin. Selain itu Stalin juga pernah menulis buku berjudul Marxisme dan Permasalahan Nasional yang ditulis pada Januari 1913.
6. Vladimir Lenin (Negara dan Revolusi)
Dalam buku tersebut Lenin menjelaskan secara gamblang apa itu Negara, bagaimana Negara mempertahankan dirinya sendiri, hingga tugas revolusioner kaum Komunis dalam upayanya membuat Negara tidak relevan atau tidak dibutuhkan sama sekali lagi. Selain itu, buku yang diterbitkan pada Agustus 1917 –hanya dua bulan sebelum Bolshevik menggulingkan Tsar untuk membangun diktator proletariat- ini juga dimaksudkan untuk menyerang kaum oportunis seperti Georgi Plekhanov dan terutama Karl Kautsky yang telah mendistorsikan Marxisme sedemikian jauh, termasuk teorinya tentang Negara.
7. Benito Mussolini (Doktrin Fasisme)
Diktator Italia ini bersama-sama dengan filsuf Giovanni Gentile menulis Doktrin Fasisme, sebuah esai yang pertama kali diterbitkan pada 1932. Esai itu dipandang sebagai pengejawantahan pandangan politik sekaligus pengelanaan tentang fasisme oleh Mussolini setelah ia meraih kekuasaan secara konstitusional pada 1922 dan menegakan cara diktator pada 1925.
8. Mao Zedong (Buku Merah)
Pendiri Republik Rakyat China ini menulis salah satu buku paling banyak diterbitkan dalam sejarah, ‘Buku Merah Mungil’. Judul sebenarnya adalah ‘Rangkaian Kutipan Dari Pemimpin Mao Zedong’. Buku petunjuk politik terbitan 1964 ini berisi sejumlah pernyataan dan pemikiran terpilih mantan ketua Partai Komunis China itu tentang 33 aspek kehidupan di bawah kekuasaan partai. Buku itu memiliki sampul berwarna merah dan berukuran kecil untuk masuk dalam saku, sehingga muncullah istilah ‘Buku Merah Mungil’.
9. Kim Il-sung (Puisi, Drama dan Otobiografi)
Pendiri Korea Utara ini adalah seorang penulis serba bisa. Tokoh revolusioner negara Stalinis ini menerbitkan sekitar 10.800 karya—termasuk puisi, drama, dan setidaknya 8 otobiografi—antara tahun 1948 dan 1994 (tahun wafatnya). Kim bersikeras menyebarkan gagasannya tentang Juche—suatu angan-angan masyarakat Korea Utara sesudah 1946. Menurut pihak Korea Utara, karya ini telah diterjemahkan ke lebih dari 60 bahasa. Versi bahasa Inggrisnya dapat dibaca secara online.
10. Enver Hoxha (Buku Pemikiran tentang China)
Enver Hoxha adalah pemimpin komunis Albania dari 1944 hingga 1985. Kepemimpinannya dicirikan dengan dihapusnya hukuman panjang penjara terhadap lawan politiknya, dan gencarnya penggunaan hukuman mati. Ia menulis sembilan bagian, termasuk sejumlah volume pidato dan perbincangannya, pemikiran tentang China dan analisis hubungan Soviet-Amerika.
(poe)