CSIS Sebut Trump 'Keluar Jalur' dalam Pendekatan di Asia Pasifik
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinilai memiliki pendekatan yang berbeda mengenai kawasan Asia Pasifik. Salah satunya adalah dengan memperlebar konsep Indo-Pasifik.
Hal itu diungkapkan Wakil Presiden Senior Simon Chair bidang Ekonomi Politik dan Penasihat Ekonomi Asia Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Mathtew P. Goodman. Simon Chair adalah bagian dari CSIS yang mengeksplor isu-isu terkini dalam kebijakan ekonomi internasional yang fokus pada kawasan Asia-Pasifik.
Goodman mengatakan setiap Presiden sejak era Perang Dunia II memiliki pendekatan yang hampir serupa mengenai Indo-Pasifik yaitu AS hadir disana sebagai kekuatan militer, di mana sejak Perang Dunia II AS memiliki kehadiran militer disana. Bahkan, pada faktanya AS terlibat dalam dua perang di kawasan itu.
"Kami memiliki kehadiran politik yang kuat di seluruh wilayah dan kami memiliki pendekatan ekonomi dan hal itu konsisten dianut setiap pemerintahan," ujarnya.
"Setiap pemerintah memiliki sebutan sendiri dari Asia Pasifik hingga Indo-Pasifik, karena pemerintahan sekarang ingin memperluas konsep Asia Pasifik ke kawasan Samudera Hindia untuk alasan yang baik sebab kami memiliki kepentingan di Asia Tenggara dan kawasan Samudera Hindia," jelasnya.
"Tapi, apapun namanya, secara umum ini adalah strategi yang sama," tegasnya saat melakukan pertemuan dengan media dari Asia Tenggara di kantor pusat CSIS di Washington, Rabu (8/8/2019).
Ia kemudian menyebut salah satu perbedaan yang paling mencolok dari pendekatan Trump adalah mengesampingkan setiap kerja sama multilateral dan lebih memilih kerja sama bilateral.
"Tapi, yang berbeda dari pendekatan yang dianut oleh pemerintahan Donald Trump adalah melebarkan konsep Asia, termasuk India dan Samudera Hindia. Perbedaan lainnya adalah pendekatan dalam perdagangan juga berbeda, pemerintah saat ini kurang tertarik dengan, bahkan telah mengambil langkah untuk menurunkan pendekatan kami insiatiif perdagangan multilateral dan lebih condong pada bilateral," tukasnya.
Hal itu diungkapkan Wakil Presiden Senior Simon Chair bidang Ekonomi Politik dan Penasihat Ekonomi Asia Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Mathtew P. Goodman. Simon Chair adalah bagian dari CSIS yang mengeksplor isu-isu terkini dalam kebijakan ekonomi internasional yang fokus pada kawasan Asia-Pasifik.
Goodman mengatakan setiap Presiden sejak era Perang Dunia II memiliki pendekatan yang hampir serupa mengenai Indo-Pasifik yaitu AS hadir disana sebagai kekuatan militer, di mana sejak Perang Dunia II AS memiliki kehadiran militer disana. Bahkan, pada faktanya AS terlibat dalam dua perang di kawasan itu.
"Kami memiliki kehadiran politik yang kuat di seluruh wilayah dan kami memiliki pendekatan ekonomi dan hal itu konsisten dianut setiap pemerintahan," ujarnya.
"Setiap pemerintah memiliki sebutan sendiri dari Asia Pasifik hingga Indo-Pasifik, karena pemerintahan sekarang ingin memperluas konsep Asia Pasifik ke kawasan Samudera Hindia untuk alasan yang baik sebab kami memiliki kepentingan di Asia Tenggara dan kawasan Samudera Hindia," jelasnya.
"Tapi, apapun namanya, secara umum ini adalah strategi yang sama," tegasnya saat melakukan pertemuan dengan media dari Asia Tenggara di kantor pusat CSIS di Washington, Rabu (8/8/2019).
Ia kemudian menyebut salah satu perbedaan yang paling mencolok dari pendekatan Trump adalah mengesampingkan setiap kerja sama multilateral dan lebih memilih kerja sama bilateral.
"Tapi, yang berbeda dari pendekatan yang dianut oleh pemerintahan Donald Trump adalah melebarkan konsep Asia, termasuk India dan Samudera Hindia. Perbedaan lainnya adalah pendekatan dalam perdagangan juga berbeda, pemerintah saat ini kurang tertarik dengan, bahkan telah mengambil langkah untuk menurunkan pendekatan kami insiatiif perdagangan multilateral dan lebih condong pada bilateral," tukasnya.
(ian)