Jerman Kembali Tegaskan Tolak Gabung Koalisi Teluk AS
A
A
A
BERLIN - Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas kembali menegaskan keengganan Berlin untuk bergabung dengan misi maritim pimpinan Amerika Serikat (AS) di Selat Hormuz. Maas menyatakan, Jerman hanya tertarik bergabung dengan misi yang dibentuk oleh negara Eropa.
“Saat ini orang Inggris lebih suka bergabung dengan misi Amerika. Kami tidak akan melakukan itu. Kami menginginkan misi Eropa," kata Maas dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (5/8).
Pada saat yang sama, ia menambahkan bahwa rencana pembentukan pasukan gabungamn Eropa tetap di atas meja. Tetapi, Maas menyebut, meyakinkan Uni Eropa (UE) untuk melakukan misi seperti itu akan memakan waktu.
Pernyataan Maas sendiri datang tidak lama setelah Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan Washington telah gagal membuat koalisi dengan sekutunya di Teluk Arab. "AS berdiri sendirian di dunia dan mereka tidak dapat membuat koalisi (di Teluk)," kata Zarif.
Disebut "Operasi Sentinel," rencana pembentukan koalisi, yang akan melakukan patroli di kawasan Teluk, muncul pada bulan Juni lalu, di tengah kekhawatiran administrasi Donald Trump bahwa Iran berada di balik serangkaian serangan terhadap kapal komersial di kawasan Teluk.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Marinir Joseph Dunford, mengatakan Pentagon telah mengembangkan rencana khusus, dan peran utama militer AS adalah untuk memberikan kesadaran domain maritim, informasi intelijen dan pengawasan, kepada kapal-kapal mitra koalisi yang akan melakukan patroli di Selat Hormuz, yang memisahkan Teluk Arab dari Teluk Oman, serta Bab el Mandeb, selat antara Yaman di Semenanjung Arab dan Djibouti dan Eritrea.
“Saat ini orang Inggris lebih suka bergabung dengan misi Amerika. Kami tidak akan melakukan itu. Kami menginginkan misi Eropa," kata Maas dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Senin (5/8).
Pada saat yang sama, ia menambahkan bahwa rencana pembentukan pasukan gabungamn Eropa tetap di atas meja. Tetapi, Maas menyebut, meyakinkan Uni Eropa (UE) untuk melakukan misi seperti itu akan memakan waktu.
Pernyataan Maas sendiri datang tidak lama setelah Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan Washington telah gagal membuat koalisi dengan sekutunya di Teluk Arab. "AS berdiri sendirian di dunia dan mereka tidak dapat membuat koalisi (di Teluk)," kata Zarif.
Disebut "Operasi Sentinel," rencana pembentukan koalisi, yang akan melakukan patroli di kawasan Teluk, muncul pada bulan Juni lalu, di tengah kekhawatiran administrasi Donald Trump bahwa Iran berada di balik serangkaian serangan terhadap kapal komersial di kawasan Teluk.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Marinir Joseph Dunford, mengatakan Pentagon telah mengembangkan rencana khusus, dan peran utama militer AS adalah untuk memberikan kesadaran domain maritim, informasi intelijen dan pengawasan, kepada kapal-kapal mitra koalisi yang akan melakukan patroli di Selat Hormuz, yang memisahkan Teluk Arab dari Teluk Oman, serta Bab el Mandeb, selat antara Yaman di Semenanjung Arab dan Djibouti dan Eritrea.
(esn)