Penembakan Bantai 29 Orang Sehari, Trump Jadi Bulan-bulanan Kecaman

Senin, 05 Agustus 2019 - 15:39 WIB
Penembakan Bantai 29...
Penembakan Bantai 29 Orang Sehari, Trump Jadi Bulan-bulanan Kecaman
A A A
EL PASO - Sebanyak 29 orang tewas dalam sehari oleh dua penembakan massal di Ohio dan Texas akhir pekan lalu. Tragedi itu membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump jadi bulan-bulanan kecaman para bakal calon presiden Partai Demokrat untuk pemilu 2020.

Mereka menyalahkan retorika Trump terhadap kaum minoritas dan para imigran yang mereka anggap telah menghasut kekerasan bersenjata di Amerika Serikat.

Beberapa dari dua lusin bakal calon presiden yang bersaing melalui Partai Demokrat juga menilai Presiden Trump dan rekan-rekannya dari Partai Republik gagal memberlakukan langkah-langkah kontrol senjata yang lebih ketat.

Penembakan massal pada hari Sabtu di sebuah Walmart di El Paso, Texas, menewaskan 20 orang. Pihak berwenang menduga serangan mematikan itu dimotivasi oleh kebencian yang mendalam terhadap orang-orang Meksiko—baik imigran legal dan imigran tidak berdokumen—yang datang ke Amerika Serikat.

Insiden di El Paso dinyatakan sebagai aksi teroris domestik ini. Pelakunya, Patrick Crusius, 21, sedang diselidiki terkait dugaan kejahatan rasial.

Pada hari yang sama dan hanya berselang 13 jam, penembakan massal terjadi di Dayton, Ohio. Penembakan oleh Connor Betts itu menewaskan sembilan orang, sebelum akhirnya dia ditembak mati oleh petugas polisi.

Penembakan itu terjadi di tengah-tengah Trump dan para politisi Demokrat terlibat serangkaian serangan verbal. Trump selama beberapa pekan gencar menyerang empat politisi Kongres dari Partai Demokrat, yang semuanya dari komunitas kulit berwarna. Trump menyerukan para politisi perempuan itu dipulangkan ke asal mereka. Seruan itu dianggap sebagai serangan rasial.

Presiden Trump—yang menjanjikan pembangunan tembok pemisah di perbatasan AS-Meksiko dalam kampanye pemilu 2016—telah mengecam penembakan massal di El Paso. Menurutnya, serangan itu merupakan "tindakan pengecut."

"Membenci tidak punya tempat di negara kita," kata Trump kepada wartawan. Trump juga berpendapat bahwa pemerintahannya telah melakukan banyak hal untuk memerangi kekerasan senjata, tetapi memang ada yang harus dilakukan lebih banyak.

Bakal calon presiden dari Partai Demokrat, Beto O'Rourke, mengatakan dalam wawancara di sebuah stasiun televisi pada hari Minggu bahwa ia percaya Trump adalah seorang "rasis". Menurutnya, retorika Trump tentang imigran dan pencari suaka ada di bagian untuk disalahkan atas serangan menghebohkan di Texas

"Siapa pun yang memulai kampanye mereka untuk kepresidenan dengan menyebut para pemerkosa dan penjahat imigran Meksiko; siapa pun yang, sebagai presiden, menggambarkan para pencari suaka di perbatasan AS-Meksiko sebagai serangan atau invasi atau binatang; siapa pun yang menggambarkan mereka yang tidak cocok dengan sebagian besar negara ini entah bagaimana secara inheren berbahaya atau cacat; menaburkan jenis ketakutan, jenis reaksi yang kita lihat di El Paso kemarin," kecam O'Rourke dalam program "Face the Nation" NBC, yang dikutip USA Today, Senin (5/8/2019).

Namun, Trump menyalahkan para pelaku penembakan itu sebagai pengidap penyakit mental. "Jika Anda melihat kedua kasus ini, ini adalah penyakit mental," katanya. "Mereka berdua benar-benar orang yang sangat, sangat sakit mental."

Senator Amy Klobuchar, bakal calon presiden dari Partai Demokrat lainnya, menyatakan khawatir bahwa Trump berhasil membuat pernyataan pertamanya kepada para wartawan tentang serangan tanpa mengucapkan kata "senjata".

"Kami telah mendengar ini sebelumnya, dan dia bahkan tidak menyebutkan kata 'senjata'," kata Klobuchar kepada CNN.

"Saya akan mengatakan, tingkat penyakit mental Amerika Serikat mirip dengan tingkat penyakit mental di seluruh dunia, tetapi kami adalah negara yang melakukan penembakan massal dengan jumlah yang luar biasa tragis karena serangan senjata ini."

Partai Demokrat telah berusaha dan gagal mendorong pemerintah membuat kebijakan kontrol senjata yang lebih keras setelah beberapa penembakan massal selama dekade terakhir, termasuk tragedi di Virginia Tech University pada 2007 yang menewaskan 32 orang, serangan 2012 di Sandy Hook Elementary di Newtown, di mana 26 anak-anak dan guru dibantai, dan penembakan pengunjung konser Las Vegas tahun 2017 yang menewaskan 58 orang.

Penjabat staf Gedung Putih, Mick Mulvaney, pada hari Minggu menolak anggapan bahwa Trump belum menganggap masalah nasionalisme kulit putih sebagai masalah serius.

"Mereka sakit, orang sakit dan presiden tahu itu," kata Mulvaney tentang dua pria bersenjata yang membantai 29 orang El Paso dan Dayton. "Saya pikir tidak adil untuk mencoba dan meletakkan ini di bawah kaki presiden," ujarnya.

Bakal calon presiden lainnya, Senator Cory Booker dari New Jersey, tidak berbasa-basi dalam menyalahkan Trump.

"Dia bertanggung jawab karena dia memicu ketakutan, kebencian dan kefanatikan," kata Booker tentang Presiden Trump. "Dia bertanggung jawab karena dia gagal mengutuk supremasi kulit putih dan melihatnya sebagai apa adanya, yang bertanggung jawab atas sejumlah besar serangan teroris. Dia bertanggung jawab karena dia adalah presiden Amerika Serikat dan telah gagal melakukan sesuatu yang signifikan untuk menghentikan ketersediaan senjata secara massal kepada orang-orang yang berniat melakukan kejahatan."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9480 seconds (0.1#10.140)