Demo Tuntut Putin Lengser, 1.000 Orang Ditangkap di Rusia
A
A
A
MOSKOW - Polisi Rusia menangkap lebih dari 1.000 orang di Moskow pada hari Sabtu ketika berdemo menuntut Presiden Vladimir Vladimorvich Putin lengser. Penangkapan demonstran oposisi ini merupakan salah satu yang terbesar sejak gerakan anti-Putin muncul.
Demo itu pada awalnya untuk menuntut agar anggota oposisi diizinkan untuk mencalonkan diri dalam pemilu daerah. Pihak berwenang menyatakan demo tersebut ilegal dan berusaha untuk mencegah partisipasi tokoh oposisi dalam pemilu.
Meski polisi bertindak keras, ribuan orang tetap muncul dalam salah satu protes terpanjang dan paling menentukan dalam beberapa tahun terakhir.
Yel-yel yang berisi tuntutan agar Putin lengser dinyanyikan para demonstran di Moskow. "Rusia tanpa Putin" dan "Putin mengundurkan diri" adalah salah satu yel-yel yang bergema di kota tersebut.
Pasukan polisi yang mengenakan seragam antihuru-hara merespons dengan memukul mundur para pengunjuk rasa dengan pentungan. Banyak demonstran ditangkap secara kasar.
Mengutip Reuters, Minggu (28/7/2019), setidaknya seorang wanita dan seorang pria terlihat menderita luka serius di bagian kepala.
Protes besar pada hari Sabtu menunjukkan bagaimana para aktivis dan terutama anak-anak muda tetap bertekad untuk membuka sistem politik Rusia yang ketat untuk menjadi ajang kompetisi.
Pemimpin oposisi yang dipenjara, Alexei Navalny, menyerukan protes untuk menuntut para pejabat pemerintah mengizinkan para kandidat pro-oposisi untuk maju dalam pemilu lokal 8 September 2019.
Pihak berwenang mengatakan para kandidat pro-oposisi dilarang karena mereka gagal mengumpulkan tanda tangan asli warga yang cukup sebagai dukungan. Pihak oposisi tidak memiliki kursi di parlemen Rusia.
Sebuah jajak pendapat di masa lalu telah menunjukkan dukungan untuk Navalny, seorang pengacara dan aktivis anti-korupsi, hanya satu digit. Namun para pendukung mencatat dia memenangkan hampir sepertiga suara dalam pemilihan wali kota Moskow 2013 dan mengatakan gerakannya dapat membangun momentum di ibu kota Rusia jika dibiarkan bersaing secara adil.
Peringkat dukungan untuk Putin masih tinggi, yakni lebih dari 60 persen. Tahun lalu, mantan perwira intelijen KGB yang berusia 66 tahun itu memenangkan pemilu nasional dan kembali berkuasa untuk masa jabatan enam tahun yang baru hingga tahun 2024.
Demo itu pada awalnya untuk menuntut agar anggota oposisi diizinkan untuk mencalonkan diri dalam pemilu daerah. Pihak berwenang menyatakan demo tersebut ilegal dan berusaha untuk mencegah partisipasi tokoh oposisi dalam pemilu.
Meski polisi bertindak keras, ribuan orang tetap muncul dalam salah satu protes terpanjang dan paling menentukan dalam beberapa tahun terakhir.
Yel-yel yang berisi tuntutan agar Putin lengser dinyanyikan para demonstran di Moskow. "Rusia tanpa Putin" dan "Putin mengundurkan diri" adalah salah satu yel-yel yang bergema di kota tersebut.
Pasukan polisi yang mengenakan seragam antihuru-hara merespons dengan memukul mundur para pengunjuk rasa dengan pentungan. Banyak demonstran ditangkap secara kasar.
Mengutip Reuters, Minggu (28/7/2019), setidaknya seorang wanita dan seorang pria terlihat menderita luka serius di bagian kepala.
Protes besar pada hari Sabtu menunjukkan bagaimana para aktivis dan terutama anak-anak muda tetap bertekad untuk membuka sistem politik Rusia yang ketat untuk menjadi ajang kompetisi.
Pemimpin oposisi yang dipenjara, Alexei Navalny, menyerukan protes untuk menuntut para pejabat pemerintah mengizinkan para kandidat pro-oposisi untuk maju dalam pemilu lokal 8 September 2019.
Pihak berwenang mengatakan para kandidat pro-oposisi dilarang karena mereka gagal mengumpulkan tanda tangan asli warga yang cukup sebagai dukungan. Pihak oposisi tidak memiliki kursi di parlemen Rusia.
Sebuah jajak pendapat di masa lalu telah menunjukkan dukungan untuk Navalny, seorang pengacara dan aktivis anti-korupsi, hanya satu digit. Namun para pendukung mencatat dia memenangkan hampir sepertiga suara dalam pemilihan wali kota Moskow 2013 dan mengatakan gerakannya dapat membangun momentum di ibu kota Rusia jika dibiarkan bersaing secara adil.
Peringkat dukungan untuk Putin masih tinggi, yakni lebih dari 60 persen. Tahun lalu, mantan perwira intelijen KGB yang berusia 66 tahun itu memenangkan pemilu nasional dan kembali berkuasa untuk masa jabatan enam tahun yang baru hingga tahun 2024.
(mas)