Kacaunya Kofrontasi Pesawat Tempur 4 Negara, Termasuk Korsel-Rusia
A
A
A
SEOUL - Pesawat-pesawat tempur dari empat negara berhadapan dalam konfrontasi yang kacau dan belum pernah terjadi sebelumnya di atas pulau sengketa di lepas pantai Korea Selatan dan Jepang, Selasa (23/7/2019).
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa mereka telah menembakkan lebih dari 300 tembakan peringatan terhadap komando pesawat A-50 dan pesawat pengebom Rusia pada Selasa pagi setelah dua kali melanggar wilayah udara negara itu.
Moskow dengan marah membantah laporan Seoul tentang konfrontasi itu, dengan mengklaim bahwa jet-jet militer Korsel yang berbahaya telah mencegat dua pesawat pengebomnya selama penerbangan yang direncanakan di atas perairan netral.
Namun dalam sebuah pernyataan Selasa sore, Kementerian Pertahanan Jepang mendukung klaim Korea Selatan, dengan mengatakan bahwa pesawat A-50 telah terbang di atas pulau-pulau sengketa. Tokyo juga mengaku mengirim pesawat jet tempur untuk melakukan intersepsi atau pencegatan.
Dalam kerumitan lebih lanjut, baik Korea Selatan dan Jepang mengatakan bahwa dua pesawat pengebom H-6 China telah bergabung dengan pesawat militer Rusia melintasi wilayah tersebut.
Konfrontasi itu terjadi atas pulau-pulau yang disengketakan di Laut Timur, yang juga dikenal sebagai Laut Jepang, pada Selasa dini hari.
Pulau-pulau kecil yang disengketakan itu dikenal orang Korea Selatan sebagai Dokdo dan bagi Jepang dikenal sebagai Takeshima. Kedua negara sama-sama mengklaim.
Apa yang memicu konfrontasi atau mengapa pesawat-pesawat militer empat negara berada di wilayah itu tidak jelas. Namun, analis mengatakan misi itu mungkin dirancang oleh Rusia untuk menarik keluar pesawat Korea Selatan dan Jepang untuk tujuan pengumpulan data intelijen.
"Misi ini akan memberi mereka peta komprehensif sistem pertahanan udara nasional (Korea Selatan)," kata Peter Layton, seorang mantan pilot dan analis Angkatan Udara Australia di Griffith Asia Institute.
Kekacauan di Langit
Insiden itu terjadi selama apa yang diklaim pejabat Korea Selatan sebagai latihan militer gabungan Rusia-China.
Menurut Korea Selatan, dua pesawat pengebom H-6 China masuk ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (KADIZ) Seoul mulai dari pukul 06.44 pagi, bergabung dengan dua pesawat pengebom strategis Tu-95 Rusia.
Keempat pesawat kemudian memasuki KADIZ bersama sekitar pukul 08.40 pagi dan tetap di sana selama 24 menit.
Wilayah udara sebuah negara didefinisikan sebagai area 12 mil laut dari perbatasan negara tersebut, yang sepenuhnya berada di bawah kendalinya. ADIZ adalah area di mana negara pengontrol menuntut identifikasi, lokasi, dan kendali atas arah pesawat, tetapi tidak harus memiliki hak keterlibatan berdasarkan hukum internasional.
KADIZ Korea Selatan pertama kali didirikan pada tahun 1950 dan paling baru disesuaikan oleh Seoul pada tahun 2013.
Setelah flyover KADIZ, Seoul mengatakan pesawat Rusia A-50 terbang di atas pulau-pulau yang diperebutkan pertama kali pada pukul 09.09 pagi waktu setempat dan kemudian lagi pada pukul 09.33 pagi, setiap kali hanya dalam hitungan menit.
Sebagai tanggapan, Korea Selatan mengerahkan jet tempur F-15F dan KF-16. Menurut pernyataan militer Seoul, mereka menembakkan 360 tembakan peringatan di depan pesawat Rusia, yakni 80 tembakan selama pelanggaran pertama dan 280 tembakan selama kedua. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan tembakan dilepaskan menggunakan senjata 20mm.
Militer Korea Selatan mengatakan mereka juga mengirim 30 peringatan kepada pesawat Rusia, tetapi tidak mendapat tanggapan. A-50 adalah pesawat AWACS tanpa senjata, yang merupakan singkatan dari Airborne Warning and Control System, yang dirancang untuk pelacakan dan pengamatan.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa sore, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa mereka sedang melakukan patroli udara bersama pertama yang menggunakan pesawat jarak jauh di wilayah Asia-Pasifik.
"Patroli itu dilakukan untuk memperdalam dan mengembangkan hubungan Rusia-China dan tidak ditujukan terhadap negara ketiga," kata kementerian itu, seperti dikutip CNN.
Sebelumnya pada hari itu, Kementerian Pertahanan Rusia dengan marah membantah laporan Korea Selatan dan menuduh pilot tempur Korea Selatan bertindak tidak benar.
"(Mereka) melakukan manuver-manuver tidak profesional dengan melintasi jalur (peswat) pembawa rudal strategis Rusia, mengancam keamanan mereka," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. Pernyataan itu tidak menyebutkan keberadaan pesawat A-50.
"Ini bukan pertama kalinya pilot Korea Selatan gagal mencoba mencegah pesawat Rusia terbang di atas perairan netral," imbuh pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, seraya menambahkan bahwa pesawat-pesawat militernya tidak mengenali KADIZ Korea Selatan.
Moskow juga membantah adanya tembakan peringatan."Jika pilot Rusia merasakan ancaman terhadap keamanan mereka, responsnya datang tidak akan lama," imbuh kementerian tersebut.
Tetapi setelah Moskow mengeluarkan pernyataannya, Jepang mengonfirmasikan bahwa pihaknya juga telah mengerahkan jet tempur sebagai tanggapan atas "serbuan" Rusia.
"Kami mengonfirmasi (pesawat) A-50 Rusia telah menginvasi wilayah udara Jepang, sementara dua (pesawat) pengebom TU-95 Rusia dan dua pengebom H-6 China terbang di sekitar Jepang. Kami mengambil langkah-langkah melawan invasi," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan negara tersebut.
Ketika ditanya tentang insiden itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan mereka tidak mengetahui detailnya dan merujuk pertanyaan itu ke Departemen Pertahanan.
"Anda menggunakan kata 'intrusi' dan saya akan memperingatkan agar tidak menggunakan istilah-istilah seperti itu, mengingat China dan Korea Selatan adalah tetangga yang bersahabat dan situasinya belum jelas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Perang Kata-kata
Chung Eui-yong, direktur Kantor Keamanan Nasional Korea Selatan, mengatakan bahwa ia telah mengirim pesan keluhan yang "kuat" kepada pihak berwenang Rusia atas insiden tersebut.
"Kami menangani situasi ini dengan sangat serius, dan jika tindakan seperti ini diulang, kami akan mengambil tindakan yang lebih kuat," kata Chung, tanpa merinci langkah-langkah apa yang bisa dilakukan.
Pemerintah Jepang mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan protes keras terhadap pemerintah Rusia dan Korea Selatan karena mengganggu apa yang mereka anggap sebagai wilayah udara mereka.
Korea Selatan mengatakan mereka telah menolak protes Jepang. Moskow belum menanggapi kekhawatiran kedua negara.
Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik Amerika Serikat, mengomentari konfrontasi yang kacau itu. "Meletuskan tembakan peringatan di udara, sangat, sangat serius dan sangat, sangat langka," katanya.
Menurut Schuster, fakta bahwa tembakan dilancarkan berarti Seoul telah melihat pelanggaran itu sebagai tindakan yang serius dan disengaja. Namun, dia tidak bisa menjelaskan mengapa pesawat Rusia kembali lagi setelah ada peringatan pertama.
"Menembus ke titik yang mengharuskan tembakan peringatan untuk berbalik biasanya merupakan hasil dari keputusan yang disengaja untuk menembus wilayah udara itu," katanya.
Meskipun Asia Timur diliputi oleh berbagai perselisihan wilayah yang sudah berlangsung lama, Rusia dan Korea Selatan jarang terlibat konflik.
Para pemimpin top Rusia dan Korea Selatan yang bertemu di forum G-20 di Osaka, Jepang, pada bulan Juni lalu saling memuji hubungan bilateral mereka. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Korea Selatan adalah salah satu mitra utama Moskow di Asia.
Ini adalah insiden kedua yang melibatkan militer Rusia di Asia Timur dalam waktu kurang dari dua bulan. Pada tanggal 8 Juni, dua kapal dari Amerika Serikat dan Rusia hampir bertabrakan di Pasifik, di mana kedua kapal hanya berjarak 50 kaki. Lokasi pasti kebuntuan itu tidak jelas, tetapi diyakini terjadi di perairan lepas pantai China.
Putin sebelumnya memuji hubungan antara Beijing dan Moskow yang telah mencapai puncak dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu tahun terakhir. Mesranya hubungan kedua negara itu termasuk meningkatnya kerja sama antara kedua militer.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa mereka telah menembakkan lebih dari 300 tembakan peringatan terhadap komando pesawat A-50 dan pesawat pengebom Rusia pada Selasa pagi setelah dua kali melanggar wilayah udara negara itu.
Moskow dengan marah membantah laporan Seoul tentang konfrontasi itu, dengan mengklaim bahwa jet-jet militer Korsel yang berbahaya telah mencegat dua pesawat pengebomnya selama penerbangan yang direncanakan di atas perairan netral.
Namun dalam sebuah pernyataan Selasa sore, Kementerian Pertahanan Jepang mendukung klaim Korea Selatan, dengan mengatakan bahwa pesawat A-50 telah terbang di atas pulau-pulau sengketa. Tokyo juga mengaku mengirim pesawat jet tempur untuk melakukan intersepsi atau pencegatan.
Dalam kerumitan lebih lanjut, baik Korea Selatan dan Jepang mengatakan bahwa dua pesawat pengebom H-6 China telah bergabung dengan pesawat militer Rusia melintasi wilayah tersebut.
Konfrontasi itu terjadi atas pulau-pulau yang disengketakan di Laut Timur, yang juga dikenal sebagai Laut Jepang, pada Selasa dini hari.
Pulau-pulau kecil yang disengketakan itu dikenal orang Korea Selatan sebagai Dokdo dan bagi Jepang dikenal sebagai Takeshima. Kedua negara sama-sama mengklaim.
Apa yang memicu konfrontasi atau mengapa pesawat-pesawat militer empat negara berada di wilayah itu tidak jelas. Namun, analis mengatakan misi itu mungkin dirancang oleh Rusia untuk menarik keluar pesawat Korea Selatan dan Jepang untuk tujuan pengumpulan data intelijen.
"Misi ini akan memberi mereka peta komprehensif sistem pertahanan udara nasional (Korea Selatan)," kata Peter Layton, seorang mantan pilot dan analis Angkatan Udara Australia di Griffith Asia Institute.
Kekacauan di Langit
Insiden itu terjadi selama apa yang diklaim pejabat Korea Selatan sebagai latihan militer gabungan Rusia-China.
Menurut Korea Selatan, dua pesawat pengebom H-6 China masuk ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (KADIZ) Seoul mulai dari pukul 06.44 pagi, bergabung dengan dua pesawat pengebom strategis Tu-95 Rusia.
Keempat pesawat kemudian memasuki KADIZ bersama sekitar pukul 08.40 pagi dan tetap di sana selama 24 menit.
Wilayah udara sebuah negara didefinisikan sebagai area 12 mil laut dari perbatasan negara tersebut, yang sepenuhnya berada di bawah kendalinya. ADIZ adalah area di mana negara pengontrol menuntut identifikasi, lokasi, dan kendali atas arah pesawat, tetapi tidak harus memiliki hak keterlibatan berdasarkan hukum internasional.
KADIZ Korea Selatan pertama kali didirikan pada tahun 1950 dan paling baru disesuaikan oleh Seoul pada tahun 2013.
Setelah flyover KADIZ, Seoul mengatakan pesawat Rusia A-50 terbang di atas pulau-pulau yang diperebutkan pertama kali pada pukul 09.09 pagi waktu setempat dan kemudian lagi pada pukul 09.33 pagi, setiap kali hanya dalam hitungan menit.
Sebagai tanggapan, Korea Selatan mengerahkan jet tempur F-15F dan KF-16. Menurut pernyataan militer Seoul, mereka menembakkan 360 tembakan peringatan di depan pesawat Rusia, yakni 80 tembakan selama pelanggaran pertama dan 280 tembakan selama kedua. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan tembakan dilepaskan menggunakan senjata 20mm.
Militer Korea Selatan mengatakan mereka juga mengirim 30 peringatan kepada pesawat Rusia, tetapi tidak mendapat tanggapan. A-50 adalah pesawat AWACS tanpa senjata, yang merupakan singkatan dari Airborne Warning and Control System, yang dirancang untuk pelacakan dan pengamatan.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa sore, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa mereka sedang melakukan patroli udara bersama pertama yang menggunakan pesawat jarak jauh di wilayah Asia-Pasifik.
"Patroli itu dilakukan untuk memperdalam dan mengembangkan hubungan Rusia-China dan tidak ditujukan terhadap negara ketiga," kata kementerian itu, seperti dikutip CNN.
Sebelumnya pada hari itu, Kementerian Pertahanan Rusia dengan marah membantah laporan Korea Selatan dan menuduh pilot tempur Korea Selatan bertindak tidak benar.
"(Mereka) melakukan manuver-manuver tidak profesional dengan melintasi jalur (peswat) pembawa rudal strategis Rusia, mengancam keamanan mereka," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. Pernyataan itu tidak menyebutkan keberadaan pesawat A-50.
"Ini bukan pertama kalinya pilot Korea Selatan gagal mencoba mencegah pesawat Rusia terbang di atas perairan netral," imbuh pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, seraya menambahkan bahwa pesawat-pesawat militernya tidak mengenali KADIZ Korea Selatan.
Moskow juga membantah adanya tembakan peringatan."Jika pilot Rusia merasakan ancaman terhadap keamanan mereka, responsnya datang tidak akan lama," imbuh kementerian tersebut.
Tetapi setelah Moskow mengeluarkan pernyataannya, Jepang mengonfirmasikan bahwa pihaknya juga telah mengerahkan jet tempur sebagai tanggapan atas "serbuan" Rusia.
"Kami mengonfirmasi (pesawat) A-50 Rusia telah menginvasi wilayah udara Jepang, sementara dua (pesawat) pengebom TU-95 Rusia dan dua pengebom H-6 China terbang di sekitar Jepang. Kami mengambil langkah-langkah melawan invasi," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan negara tersebut.
Ketika ditanya tentang insiden itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan mereka tidak mengetahui detailnya dan merujuk pertanyaan itu ke Departemen Pertahanan.
"Anda menggunakan kata 'intrusi' dan saya akan memperingatkan agar tidak menggunakan istilah-istilah seperti itu, mengingat China dan Korea Selatan adalah tetangga yang bersahabat dan situasinya belum jelas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying.
Perang Kata-kata
Chung Eui-yong, direktur Kantor Keamanan Nasional Korea Selatan, mengatakan bahwa ia telah mengirim pesan keluhan yang "kuat" kepada pihak berwenang Rusia atas insiden tersebut.
"Kami menangani situasi ini dengan sangat serius, dan jika tindakan seperti ini diulang, kami akan mengambil tindakan yang lebih kuat," kata Chung, tanpa merinci langkah-langkah apa yang bisa dilakukan.
Pemerintah Jepang mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan protes keras terhadap pemerintah Rusia dan Korea Selatan karena mengganggu apa yang mereka anggap sebagai wilayah udara mereka.
Korea Selatan mengatakan mereka telah menolak protes Jepang. Moskow belum menanggapi kekhawatiran kedua negara.
Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik Amerika Serikat, mengomentari konfrontasi yang kacau itu. "Meletuskan tembakan peringatan di udara, sangat, sangat serius dan sangat, sangat langka," katanya.
Menurut Schuster, fakta bahwa tembakan dilancarkan berarti Seoul telah melihat pelanggaran itu sebagai tindakan yang serius dan disengaja. Namun, dia tidak bisa menjelaskan mengapa pesawat Rusia kembali lagi setelah ada peringatan pertama.
"Menembus ke titik yang mengharuskan tembakan peringatan untuk berbalik biasanya merupakan hasil dari keputusan yang disengaja untuk menembus wilayah udara itu," katanya.
Meskipun Asia Timur diliputi oleh berbagai perselisihan wilayah yang sudah berlangsung lama, Rusia dan Korea Selatan jarang terlibat konflik.
Para pemimpin top Rusia dan Korea Selatan yang bertemu di forum G-20 di Osaka, Jepang, pada bulan Juni lalu saling memuji hubungan bilateral mereka. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Korea Selatan adalah salah satu mitra utama Moskow di Asia.
Ini adalah insiden kedua yang melibatkan militer Rusia di Asia Timur dalam waktu kurang dari dua bulan. Pada tanggal 8 Juni, dua kapal dari Amerika Serikat dan Rusia hampir bertabrakan di Pasifik, di mana kedua kapal hanya berjarak 50 kaki. Lokasi pasti kebuntuan itu tidak jelas, tetapi diyakini terjadi di perairan lepas pantai China.
Putin sebelumnya memuji hubungan antara Beijing dan Moskow yang telah mencapai puncak dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu tahun terakhir. Mesranya hubungan kedua negara itu termasuk meningkatnya kerja sama antara kedua militer.
(mas)