Kota Terdingin di Dunia Tiba-tiba Lebih Panas ketimbang Yaman
A
A
A
YAKUTSK - Yakutsk, Siberia, yang dikenal sebagai kota terdingin di dunia berubah menjadi "pantai es" akibat gelombang panas. Dinamakan "pantai es" karena pemandangannya seperti pantai laut pada umumnya yang indah, namun kondisinya di atas es.
Kota itu dijuluki kota terdingin sejagad karena pada hari-hari biasa suhu di sana bisa turun hingga minus 60 derajat Celsius.
Lantaran sengatan gelombang panas, suhu di Yakutsk dilaporkan lebih panas daripada suhu di Majorca dan Marbella di Spanyol. Fenomena tak biasa ini membuat penduduk setempat leluasa menikmati sinar matahari.
Kota Yakutsk berdiri di atas lapisan es di Rusia timur. Namun, siapa sangka gelombang panas menjadikan kota itu menjadi lebih panas daripada Yaman.
Sekadar diketahui, suhu di Yakutsk saat ini mencapai 32 derajat Ceslius. Sedangkan di Yaman 27 derat Celsius.
Fenomena serupa terjadi di wilayah Yakutia yang kaya berlian, yang mengangkangi Kutub Utara. Penduduk setempat menikmati panas dengan berlarian ke "pantai" yang paling tidak biasa di dunia, yakni gletser. Mereka bersantai di atas es, layaknya berjemur di atas pantai putih.
Gelombang panas yang tidak biasa juga menjadikan pemandangan di Yakutsk mirip permata yang tersembunyi, karena dikelilingi oleh hutan pinus yang masih asli dan padang rumput hijau yang subur.
Tiga bulan lalu kawasan di dekat Sungai Lena masih dipenuhi batuan padat dengan lapisan es yang sangat tebal. Bahkan, truk yang sarat muatan menggunakannya sebagai jalan pada musim dingin.
Menurut penduduk setempat, gelombang panas telah memunculkan gletser Buluus yang berwarna-warni—hampir empat mil persegi—menjadi pemandangan baru yang lebih menyegarkan.
"Ini benar-benar nyata, mata Anda tidak akan mengecewakan Anda, ini es," tulis seorang wanita lokal Zhanna Myasnikova di akun media sosialnya ketika dia berbagi foto dirinya menikmati hari yang menyegarkan di gletser.
Gletser Buluus adalah tempat yang fantastis di tengah musim panas ketika suhu udara memanas hingga lebih dari 30 derajat Celsius.
"Pada akhir musim panas, es mencair sedikit, tetapi datang musim dingin dan mendapatkan kekuatan lagi. Ini pertarungan panjang seribu tahun antara es dan api," lanjut Myasnikova.
Seorang warga lokal lain bernama Aitalina juga berbagi foto dirinya di media sosial. "Di mana lagi Anda akan menemukan tempat dengan begitu banyak perbedaan?," tulis dia.
"Perasaan menghirup udara dingin, menyentuh es dingin dan minum air dingin yang luar biasa lezat dari gletser di hari yang panas itu tak terlupakan," lanjut dia.
Yakutia—secara resmi dikenal sebagai Republik Sakha—mencakup wilayah Siberia dan secara geografis hampir sebesar India.
Menurut laporan The Siberian Times, Senin (15/7/2019), wilayah Yakutian yang dijuluki "Kerajaan Dingin Rusia" pada hari ini sedang menikmati gelombang panas. Namun, fenomena ini diprediksi tidak akan bertahan lama.
Musim panas di wilayah itu bisa menyentuh 35 derajat Ceslius, tetapi panas jarang bertahan lebih lama dari sekian minggu.
Kota itu dijuluki kota terdingin sejagad karena pada hari-hari biasa suhu di sana bisa turun hingga minus 60 derajat Celsius.
Lantaran sengatan gelombang panas, suhu di Yakutsk dilaporkan lebih panas daripada suhu di Majorca dan Marbella di Spanyol. Fenomena tak biasa ini membuat penduduk setempat leluasa menikmati sinar matahari.
Kota Yakutsk berdiri di atas lapisan es di Rusia timur. Namun, siapa sangka gelombang panas menjadikan kota itu menjadi lebih panas daripada Yaman.
Sekadar diketahui, suhu di Yakutsk saat ini mencapai 32 derajat Ceslius. Sedangkan di Yaman 27 derat Celsius.
Fenomena serupa terjadi di wilayah Yakutia yang kaya berlian, yang mengangkangi Kutub Utara. Penduduk setempat menikmati panas dengan berlarian ke "pantai" yang paling tidak biasa di dunia, yakni gletser. Mereka bersantai di atas es, layaknya berjemur di atas pantai putih.
Gelombang panas yang tidak biasa juga menjadikan pemandangan di Yakutsk mirip permata yang tersembunyi, karena dikelilingi oleh hutan pinus yang masih asli dan padang rumput hijau yang subur.
Tiga bulan lalu kawasan di dekat Sungai Lena masih dipenuhi batuan padat dengan lapisan es yang sangat tebal. Bahkan, truk yang sarat muatan menggunakannya sebagai jalan pada musim dingin.
Menurut penduduk setempat, gelombang panas telah memunculkan gletser Buluus yang berwarna-warni—hampir empat mil persegi—menjadi pemandangan baru yang lebih menyegarkan.
"Ini benar-benar nyata, mata Anda tidak akan mengecewakan Anda, ini es," tulis seorang wanita lokal Zhanna Myasnikova di akun media sosialnya ketika dia berbagi foto dirinya menikmati hari yang menyegarkan di gletser.
Gletser Buluus adalah tempat yang fantastis di tengah musim panas ketika suhu udara memanas hingga lebih dari 30 derajat Celsius.
"Pada akhir musim panas, es mencair sedikit, tetapi datang musim dingin dan mendapatkan kekuatan lagi. Ini pertarungan panjang seribu tahun antara es dan api," lanjut Myasnikova.
Seorang warga lokal lain bernama Aitalina juga berbagi foto dirinya di media sosial. "Di mana lagi Anda akan menemukan tempat dengan begitu banyak perbedaan?," tulis dia.
"Perasaan menghirup udara dingin, menyentuh es dingin dan minum air dingin yang luar biasa lezat dari gletser di hari yang panas itu tak terlupakan," lanjut dia.
Yakutia—secara resmi dikenal sebagai Republik Sakha—mencakup wilayah Siberia dan secara geografis hampir sebesar India.
Menurut laporan The Siberian Times, Senin (15/7/2019), wilayah Yakutian yang dijuluki "Kerajaan Dingin Rusia" pada hari ini sedang menikmati gelombang panas. Namun, fenomena ini diprediksi tidak akan bertahan lama.
Musim panas di wilayah itu bisa menyentuh 35 derajat Ceslius, tetapi panas jarang bertahan lebih lama dari sekian minggu.
(mas)