Palestina: Kesepakatan Abad Ini Adalah Janji Abstrak
A
A
A
RAMALLAH - Palestina kembali menyatakan penolakan atas kesepakatan abad ini, rencana perdamaian Israel-Palestina bikinan Amerika Serikat (AS). Penolakan itu disampaikan setelah penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner mengungkap bagian ekonomi dari kesepakatan itu.
Kushner menyebut kesepakatan yang memiliki nama resmi "Peace to Prosperity" melibatkan dana sebesar USD 25 miliar investasi baru untuk membantu Palestina dalam 10 tahun ke depan.
Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, seperti dilansir Reuters pada Minggu (23/6), mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Kushner tersebut janji abstrak semata.
"Jika mereka benar-benar peduli dengan ekonomi Palestina, mereka harus memulai dengan mengangkat pengepungan Gaza, menghentikan Israel mencuri uang, sumber daya, tanah, membuka perairan kami, ruang udara dan perbatasan kami, sehingga kami dapat dengan bebas mengekspor dan mengimpor," kata Ashrawi.
Hamas juga menyatakan penolakan atas kesepakatan itu, dengan menegaskan bahwa Palestina tidak dijual. "Kami menolak kesepakatan abad ini dan semua dimensinya, ekonomi, politik dan dimensi keamanan," kata pejabat Hamas, Ismail Rudwan.
“Masalah orang-orang Palestina kami adalah masalah nasionalistis, ini adalah masalah orang-orang yang berusaha untuk bebas dari pendudukan. Palestina tidak untuk dijual, dan itu bukan masalah untuk tawar-menawar. Palestina adalah tanah suci dan tidak ada pilihan untuk pendudukan itu kecuali pergi," tukasnya.
Kushner menyebut kesepakatan yang memiliki nama resmi "Peace to Prosperity" melibatkan dana sebesar USD 25 miliar investasi baru untuk membantu Palestina dalam 10 tahun ke depan.
Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, seperti dilansir Reuters pada Minggu (23/6), mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Kushner tersebut janji abstrak semata.
"Jika mereka benar-benar peduli dengan ekonomi Palestina, mereka harus memulai dengan mengangkat pengepungan Gaza, menghentikan Israel mencuri uang, sumber daya, tanah, membuka perairan kami, ruang udara dan perbatasan kami, sehingga kami dapat dengan bebas mengekspor dan mengimpor," kata Ashrawi.
Hamas juga menyatakan penolakan atas kesepakatan itu, dengan menegaskan bahwa Palestina tidak dijual. "Kami menolak kesepakatan abad ini dan semua dimensinya, ekonomi, politik dan dimensi keamanan," kata pejabat Hamas, Ismail Rudwan.
“Masalah orang-orang Palestina kami adalah masalah nasionalistis, ini adalah masalah orang-orang yang berusaha untuk bebas dari pendudukan. Palestina tidak untuk dijual, dan itu bukan masalah untuk tawar-menawar. Palestina adalah tanah suci dan tidak ada pilihan untuk pendudukan itu kecuali pergi," tukasnya.
(esn)