Tahun 2100, Jumlah Penduduk Dunia Capai 10,9 Miliar Jiwa
A
A
A
NEW YORK - Jumlah penduduk dunia terus meningkat cepat. Diperkirakan pada 2100 mendatang, penduduk bumi mencapai hingga 10,9 miliar orang. Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang pertumbuhan penduduk tersebut. Sejumlah ahli memperkirakan peningkatan jumlah penduduk ini akan mengancam ekonomi.
Selain Indonesia, menurut laporan Divisi Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pertumbuhan penduduk cukup besar antara lain ditopang dari India, Pakistan, Kongo, Etiopia, Tanzania, Mesir, dan Amerika Serikat (AS). Kendati akan mencapai 10,9 miliar, pertumbuhan itu masih lebih rendah dibanding laporan PBB dua tahun sebelumnya yang mencapai 11,2 miliar.
Sampai April tahun ini, populasi global telah mencapai 7,7 miliar orang. Manusia memerlukan waktu sekitar 200.000 tahun untuk mencapai satu miliar jiwa dan 200 tahun untuk mencapai 7 miliar. Meski belakangan angka kelahiran menurun, populasi diperkirakan akan terus bertambah. Hal ini sesuai 1.690 sensus penduduk kurun 1950–2018 serta angka kelahiran dan kematian di 163 negara.
Jumlah warga dunia diestimasikan akan mencapai 8,5 miliar jiwa pada 2030 mendatang. Jumlah ini melonjak menjadi 9,7 miliar pada 2050 dan 10,9 miliar pada 2100. Dalam satu dekade ke depan, India juga diperkirakan akan melampaui China sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia. Saat ini selisihnya sudah tipis.
Jumlah populasi di China mencapai 1,39 miliar atau 18,1% dari populasi global sampai Juni tahun ini, sedangkan India 1,37 miliar atau 17,5% dari populasi global. Sebaliknya, beberapa negara lain akan mengalami penurunan populasi menyusul adanya ketimpangan jumlah orang lanjut usia dengan angka kelahiran. China diperkirakan akan mengalami penurunan populasi sebanyak 31,4 juta atau 2,2% pada 2050. Adapun di Lituania dan Bulgaria mencapai hingga 23%.
PBB menegaskan negara yang mengalami pertumbuhan dan penurunan akan menghadapi masalah masing-masing. Negara yang mengalami kenaikan perlu menyediakan sekolah, sarana kesehatan, dan pekerjaan yang memadai; sedangkan negara dengan angka kelahiran rendah akan menghadapi krisis sumber daya manusia (SDM).
Para ahli memperingatkan pertumbuhan populasi akan mengancam ekonomi. “Angka pengangguran akan meningkat. India tidak akan mampu meresap semua generasi muda ke dalam dunia tenaga kerja. Kami tidak akan menuai manfaat dari banyaknya anak muda,” kata Arup Mitra dari Institut Economic Growth.
Senada dengan Mitra, K Srinath Reddy dari Public Health Foundation India mengatakan bahwa pemerintah India perlu menanamkan lebih banyak modal di sektor kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan. “Kami perlu mengantisipasi permasalahan yang mungkin muncul dari permasalahan ini,” katanya.
Meski mencapai 1,37 miliar jiwa, jumlah populasi di India menurun sekitar 0,2% dibanding dua tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya angka kesuburan. Pada 2017, India juga meluncurkan program parivar vikas atau penyebarluasan alat kontrasepsi dan layanan perencanaan keluarga.
Berdasarkan hasil studi Pew Research Center (PRC), jumlah populasi global tidak akan tumbuh signifikan pasca-2100. “Angka pertumbuhannya per tahun diperkirakan kurang dari 0,1%. Fenomena itu sebagian besar akan didorong oleh jatuhnya angka kesuburan yang pada 2070 saja hanya 2,1 per ibu,” ungkap PRC.
Rata-rata batas usia per orang juga akan meningkat dan jumlah orang berusia 80 tahun akan bertambah dari 146 juta menjadi 881 juta. Eropa dan Amerika Latin akan mengalami penurunan populasi pada 2100, sedangkan Asia akan meningkat dari 4,6 miliar pada 2020 menjadi 5,3 miliar pada 2055.
Afrika dilaporkan akan menjadi satu-satunya kawasan dengan pertumbuhan populasi paling konsisten di dunia. Faktanya, separuh dari 10 negara terpadat di dunia diperkirakan berasal dari Afrika pada 2100. Populasi di AS juga akan bertambah, terutama akibat imigrasi. Namun, jumlahnya masih akan kalah dari Nigeria.
“Nigeria akan melampaui AS sebagai negara dengan penduduk terbesar ketiga di dunia pada 2047,” ungkap PRC. Dalam laporannya, PBB menerangkan proyeksi populasi dunia tidak menentu dan dapat berubah sewaktu-waktu. Jumlah populasi global juga dapat menurun jika terjadi musibah, wabah, atau perang.
PBB juga menyatakan, untuk pertama kali di sepanjang sejarah modern, orang berusia 65 tahun akan lebih banyak dibanding anak berusia lima tahun pada 2050. Jumlah orang lanjut usia yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar jiwa pada 2050 juga melampaui anak muda berusia 15–25 tahun yang mencapai 1,3 miliar.
Suriah merupakan negara dengan kemerosotan penduduk terbesar di dunia sejak 2010, yakni mencapai 20%. Selain akibat kematian selama perang saudara, warga Suriah juga banyak yang melakukan eksodus ke negara lain. Puerto Rico juga kehilangan 18% populasi akibat bencana alam, terutama Badai Maria pada 2017.
Selain Indonesia, menurut laporan Divisi Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pertumbuhan penduduk cukup besar antara lain ditopang dari India, Pakistan, Kongo, Etiopia, Tanzania, Mesir, dan Amerika Serikat (AS). Kendati akan mencapai 10,9 miliar, pertumbuhan itu masih lebih rendah dibanding laporan PBB dua tahun sebelumnya yang mencapai 11,2 miliar.
Sampai April tahun ini, populasi global telah mencapai 7,7 miliar orang. Manusia memerlukan waktu sekitar 200.000 tahun untuk mencapai satu miliar jiwa dan 200 tahun untuk mencapai 7 miliar. Meski belakangan angka kelahiran menurun, populasi diperkirakan akan terus bertambah. Hal ini sesuai 1.690 sensus penduduk kurun 1950–2018 serta angka kelahiran dan kematian di 163 negara.
Jumlah warga dunia diestimasikan akan mencapai 8,5 miliar jiwa pada 2030 mendatang. Jumlah ini melonjak menjadi 9,7 miliar pada 2050 dan 10,9 miliar pada 2100. Dalam satu dekade ke depan, India juga diperkirakan akan melampaui China sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia. Saat ini selisihnya sudah tipis.
Jumlah populasi di China mencapai 1,39 miliar atau 18,1% dari populasi global sampai Juni tahun ini, sedangkan India 1,37 miliar atau 17,5% dari populasi global. Sebaliknya, beberapa negara lain akan mengalami penurunan populasi menyusul adanya ketimpangan jumlah orang lanjut usia dengan angka kelahiran. China diperkirakan akan mengalami penurunan populasi sebanyak 31,4 juta atau 2,2% pada 2050. Adapun di Lituania dan Bulgaria mencapai hingga 23%.
PBB menegaskan negara yang mengalami pertumbuhan dan penurunan akan menghadapi masalah masing-masing. Negara yang mengalami kenaikan perlu menyediakan sekolah, sarana kesehatan, dan pekerjaan yang memadai; sedangkan negara dengan angka kelahiran rendah akan menghadapi krisis sumber daya manusia (SDM).
Para ahli memperingatkan pertumbuhan populasi akan mengancam ekonomi. “Angka pengangguran akan meningkat. India tidak akan mampu meresap semua generasi muda ke dalam dunia tenaga kerja. Kami tidak akan menuai manfaat dari banyaknya anak muda,” kata Arup Mitra dari Institut Economic Growth.
Senada dengan Mitra, K Srinath Reddy dari Public Health Foundation India mengatakan bahwa pemerintah India perlu menanamkan lebih banyak modal di sektor kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan. “Kami perlu mengantisipasi permasalahan yang mungkin muncul dari permasalahan ini,” katanya.
Meski mencapai 1,37 miliar jiwa, jumlah populasi di India menurun sekitar 0,2% dibanding dua tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya angka kesuburan. Pada 2017, India juga meluncurkan program parivar vikas atau penyebarluasan alat kontrasepsi dan layanan perencanaan keluarga.
Berdasarkan hasil studi Pew Research Center (PRC), jumlah populasi global tidak akan tumbuh signifikan pasca-2100. “Angka pertumbuhannya per tahun diperkirakan kurang dari 0,1%. Fenomena itu sebagian besar akan didorong oleh jatuhnya angka kesuburan yang pada 2070 saja hanya 2,1 per ibu,” ungkap PRC.
Rata-rata batas usia per orang juga akan meningkat dan jumlah orang berusia 80 tahun akan bertambah dari 146 juta menjadi 881 juta. Eropa dan Amerika Latin akan mengalami penurunan populasi pada 2100, sedangkan Asia akan meningkat dari 4,6 miliar pada 2020 menjadi 5,3 miliar pada 2055.
Afrika dilaporkan akan menjadi satu-satunya kawasan dengan pertumbuhan populasi paling konsisten di dunia. Faktanya, separuh dari 10 negara terpadat di dunia diperkirakan berasal dari Afrika pada 2100. Populasi di AS juga akan bertambah, terutama akibat imigrasi. Namun, jumlahnya masih akan kalah dari Nigeria.
“Nigeria akan melampaui AS sebagai negara dengan penduduk terbesar ketiga di dunia pada 2047,” ungkap PRC. Dalam laporannya, PBB menerangkan proyeksi populasi dunia tidak menentu dan dapat berubah sewaktu-waktu. Jumlah populasi global juga dapat menurun jika terjadi musibah, wabah, atau perang.
PBB juga menyatakan, untuk pertama kali di sepanjang sejarah modern, orang berusia 65 tahun akan lebih banyak dibanding anak berusia lima tahun pada 2050. Jumlah orang lanjut usia yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar jiwa pada 2050 juga melampaui anak muda berusia 15–25 tahun yang mencapai 1,3 miliar.
Suriah merupakan negara dengan kemerosotan penduduk terbesar di dunia sejak 2010, yakni mencapai 20%. Selain akibat kematian selama perang saudara, warga Suriah juga banyak yang melakukan eksodus ke negara lain. Puerto Rico juga kehilangan 18% populasi akibat bencana alam, terutama Badai Maria pada 2017.
(don)