MBS: Dunia Internasional Perlu Ambil Sikap Tegas Terhadap Iran
A
A
A
RIYADH - Putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) menyatakan, pihaknya mendukung penerapan kembali sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Ia juga berharap, rezim Iran "akan memilih untuk menjadi negara normal dan menghentikan kebijakan bermusuhannya."
Dalam wawancara khusus dengan koran Asharq Al Awsat, Minggu (16/6), MBS juga mengungkapkan, Arab Saudi tidak menginginkan perang di kawasan itu. Tetapi, ia menekankan, pihaknya tidak akan ragu-ragu dalam menghadapi ancaman apa pun terhadap rakyat Saudi, kedaulatan, dan kepentingan vital negaranya.
“Prioritas kami adalah kepentingan nasional kami dan mencapai aspirasi rakyat kami melalui tujuan ekonomi, sosial, pembangunan, dan Visi reformasi ekonomi dan sosial Kerajaan tahun 2030. Ini menuntut lingkungan yang stabil dan kompetitif di dalam Kerajaan dan wilayah. Inilah sebabnya mengapa Anda akan menemukan bahwa peran Kerajaan, baik di kawasan itu, Afrika Utara, Tanduk Afrika atau daerah lain, mendukung stabilitas dan perdamaian,” paparnya.
MBS, yang juga menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Arab Saudi itu mengkritik Iran karena menggunakan manfaat ekonomi kesepakatan nuklir untuk mendukung tindakan bermusuhan di kawasan Timur Tengah.
“Serangan terhadap tanker minyak di Teluk, fasilitas minyak di Kerajaan, dan bandara Abha menggarisbawahi pentingnya permintaan kami di hadapan masyarakat internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap rezim ekspansionis yang telah mendukung terorisme dan menyebarkan kematian dan kehancuran selama beberapa dekade terakhir. Tidak hanya di wilayah ini, tetapi juga di seluruh dunia,” ungkapnya.
Meskipun demikian, ia menegaskan, Kerajaan Arab Saudi terus-menerus mengulurkan tangan untuk perdamaian dengan Iran guna menghindari perang dan kehancuran di wilayah itu. Menurutnya, Arab Saudi bahkan mendukung perjanjian nuklir dengan Iran, karena sepanjang sejarah Arab Saudi tidak pernah terhindar dari upaya untuk menyelesaikan krisis melalui cara diplomatik dan damai.
“Kami berharap bahwa rezim Iran akan mengambil keuntungan dari inisiatif ini untuk mengubah perilakunya terhadap negara-negara di kawasan itu dan melihatnya sebagai langkah pertama menuju kembalinya Iran ke komunitas internasional sebagai negara normal,” harapnya.
Dalam wawancara khusus dengan koran Asharq Al Awsat, Minggu (16/6), MBS juga mengungkapkan, Arab Saudi tidak menginginkan perang di kawasan itu. Tetapi, ia menekankan, pihaknya tidak akan ragu-ragu dalam menghadapi ancaman apa pun terhadap rakyat Saudi, kedaulatan, dan kepentingan vital negaranya.
“Prioritas kami adalah kepentingan nasional kami dan mencapai aspirasi rakyat kami melalui tujuan ekonomi, sosial, pembangunan, dan Visi reformasi ekonomi dan sosial Kerajaan tahun 2030. Ini menuntut lingkungan yang stabil dan kompetitif di dalam Kerajaan dan wilayah. Inilah sebabnya mengapa Anda akan menemukan bahwa peran Kerajaan, baik di kawasan itu, Afrika Utara, Tanduk Afrika atau daerah lain, mendukung stabilitas dan perdamaian,” paparnya.
MBS, yang juga menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Arab Saudi itu mengkritik Iran karena menggunakan manfaat ekonomi kesepakatan nuklir untuk mendukung tindakan bermusuhan di kawasan Timur Tengah.
“Serangan terhadap tanker minyak di Teluk, fasilitas minyak di Kerajaan, dan bandara Abha menggarisbawahi pentingnya permintaan kami di hadapan masyarakat internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap rezim ekspansionis yang telah mendukung terorisme dan menyebarkan kematian dan kehancuran selama beberapa dekade terakhir. Tidak hanya di wilayah ini, tetapi juga di seluruh dunia,” ungkapnya.
Meskipun demikian, ia menegaskan, Kerajaan Arab Saudi terus-menerus mengulurkan tangan untuk perdamaian dengan Iran guna menghindari perang dan kehancuran di wilayah itu. Menurutnya, Arab Saudi bahkan mendukung perjanjian nuklir dengan Iran, karena sepanjang sejarah Arab Saudi tidak pernah terhindar dari upaya untuk menyelesaikan krisis melalui cara diplomatik dan damai.
“Kami berharap bahwa rezim Iran akan mengambil keuntungan dari inisiatif ini untuk mengubah perilakunya terhadap negara-negara di kawasan itu dan melihatnya sebagai langkah pertama menuju kembalinya Iran ke komunitas internasional sebagai negara normal,” harapnya.
(esn)