Kunjungi Iran, Shinzo Abe Coba Tengahi Ketegangan Teheran-Washington
A
A
A
TOKYO - Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dilaporkan akan melakukan kunjungan ke Iran pada pekan depan. Salah satu agenda Abe adalah mencoba meyakinkan Iran untuk menggelar pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS), guna mencari solusi untuk mengakhiri ketegangan yang sedang terjadi.
Melansir Jiji Pers pada Minggu (9/6), Abe akan melakukan kunjungan ke Iran pada Rabu mendatang. Kunjungan itu akan menjadi kunjungan pertama yang dilakukan Perdana Menteri Jepang ke Iran dalam kurun waktu 41 tahun terakhir.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang, yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan, Tokyo adalah satu-satunya pihak yang bisa menjadi penengah ketegangan ini. Hal ini, lanjut pejabat itu, karena Jepang memiliki hubungan yang sangat baik dengan kedua belah pihak.
"Jepang adalah satu-satunya negara yang dapat diajak bicara oleh kedua belah pihak," ucapnya dan mencatat bahwa Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif melakukan kunjungan mendadak ke Jepang pada pertengahan Mei, beberapa hari jelang kunjungan kenegaraan Donald Trump ke Tokyo.
Hubungan AS dan Iran sendiri kian hari kian memburuk memburuk. Hubungan keduanya semakin memburuk setelah Kementerian Keuangan AS memutuskan untuk menjatuhkan sanksi baru kepada Iran.
Sanksi baru ini menargetkan industri petrokimia Iran, termasuk Perusahaan Industri Petrokimia Teluk Persia (PGPIC), perusahaan petrokimia terbesar di negara itu.
PGIPC adalah penyokong utama Khatam al-Anbiya Konstruksi, yang merupakan cabang teknik Garda Revolusi Iran (IRGC), pasukan elit militer Iran yang bertanggung jawab atas rudal balistik negara itu dan program nuklir.
Iran menyebut apa yang dilakukan oleh Washington melanggar hukum internasional. "Langkah-langkah ini bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan komitmen internasional pemerintah AS," ucapjuru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi.
Melansir Jiji Pers pada Minggu (9/6), Abe akan melakukan kunjungan ke Iran pada Rabu mendatang. Kunjungan itu akan menjadi kunjungan pertama yang dilakukan Perdana Menteri Jepang ke Iran dalam kurun waktu 41 tahun terakhir.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang, yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan, Tokyo adalah satu-satunya pihak yang bisa menjadi penengah ketegangan ini. Hal ini, lanjut pejabat itu, karena Jepang memiliki hubungan yang sangat baik dengan kedua belah pihak.
"Jepang adalah satu-satunya negara yang dapat diajak bicara oleh kedua belah pihak," ucapnya dan mencatat bahwa Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif melakukan kunjungan mendadak ke Jepang pada pertengahan Mei, beberapa hari jelang kunjungan kenegaraan Donald Trump ke Tokyo.
Hubungan AS dan Iran sendiri kian hari kian memburuk memburuk. Hubungan keduanya semakin memburuk setelah Kementerian Keuangan AS memutuskan untuk menjatuhkan sanksi baru kepada Iran.
Sanksi baru ini menargetkan industri petrokimia Iran, termasuk Perusahaan Industri Petrokimia Teluk Persia (PGPIC), perusahaan petrokimia terbesar di negara itu.
PGIPC adalah penyokong utama Khatam al-Anbiya Konstruksi, yang merupakan cabang teknik Garda Revolusi Iran (IRGC), pasukan elit militer Iran yang bertanggung jawab atas rudal balistik negara itu dan program nuklir.
Iran menyebut apa yang dilakukan oleh Washington melanggar hukum internasional. "Langkah-langkah ini bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dan komitmen internasional pemerintah AS," ucapjuru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi.
(esn)