Palestina Minta Negara Arab Pertimbangkan Hadiri Konferensi Bikinan AS
A
A
A
RAMALLAH - Sekretaris Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat meminta negara-negara Arab untuk mempertimbangkan rencana untuk menghadiri konferensi ekonomi yang digelar Amerika Serikat (AS) di Bahrain.
Erekat mengatakan, semua orang Arab telah membuat komitmen bahwa mereka akan menerima apa pun yang diterima orang Palestina. Oleh karena itu, dia mendesak negara-negara Arab untuk mempertimbangkan ulang rencana menghadiri pertemuan di Bahrain, yang menurutnya tidak memenuhi aspirasi warga Palestina.
"Kami meminta negara-negara yang telah setuju untuk menghadiri konferensi di Bahrain untuk mengevaluasi kembali keputusan mereka," kata Erekat dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Arab News pada Minggu (26/5).
Erekat kemudian mencatat bahwa Arab Saudi telah menjadi negara yang paling rajin dalam mendukung pemerintah Palestina. “Saudi tidak kehilangan dukungan bulanannya kepada pemerintah Palestina. Saudi tidak memerlukan konferensi ekonomi untuk mendukung keuangan Palestina secara finansial,” katanya.
Sebelumnya diwartakan, Gedung Putih mengatakan, konferensi itu dimaksudkan untuk mendorong investasi di wilayah Palestina, sebagai bagian pertama dari rencana perdamaian Timur Presiden AS, Donald Trump.
Gedung Putih akan memfasilitasi diskusi mengenai visi ambisius untuk rakyat Palestina dan kawasan, termasuk peningkatan tata kelola ekonomi, pengembangan sumber daya manusia, dan fasilitasi pertumbuhan sektor swasta.
Palestina sendiri telah menegaskan mereka menolak konferensi tersebut. Ramallah mengatakan, tidak akan ada perwakilan Palestina dalam pertemuan itu.
Menteri Pembangunan Sosial Palestina, Ahhmed Majdalani mengatakan, setiap warga Palestina yang menghadiri pertemuan yang akan berlangsung di Ibu Kota Bahrain, Manama itu akan dianggap sebagai sekutu AS dan Israel.
Erekat mengatakan, semua orang Arab telah membuat komitmen bahwa mereka akan menerima apa pun yang diterima orang Palestina. Oleh karena itu, dia mendesak negara-negara Arab untuk mempertimbangkan ulang rencana menghadiri pertemuan di Bahrain, yang menurutnya tidak memenuhi aspirasi warga Palestina.
"Kami meminta negara-negara yang telah setuju untuk menghadiri konferensi di Bahrain untuk mengevaluasi kembali keputusan mereka," kata Erekat dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Arab News pada Minggu (26/5).
Erekat kemudian mencatat bahwa Arab Saudi telah menjadi negara yang paling rajin dalam mendukung pemerintah Palestina. “Saudi tidak kehilangan dukungan bulanannya kepada pemerintah Palestina. Saudi tidak memerlukan konferensi ekonomi untuk mendukung keuangan Palestina secara finansial,” katanya.
Sebelumnya diwartakan, Gedung Putih mengatakan, konferensi itu dimaksudkan untuk mendorong investasi di wilayah Palestina, sebagai bagian pertama dari rencana perdamaian Timur Presiden AS, Donald Trump.
Gedung Putih akan memfasilitasi diskusi mengenai visi ambisius untuk rakyat Palestina dan kawasan, termasuk peningkatan tata kelola ekonomi, pengembangan sumber daya manusia, dan fasilitasi pertumbuhan sektor swasta.
Palestina sendiri telah menegaskan mereka menolak konferensi tersebut. Ramallah mengatakan, tidak akan ada perwakilan Palestina dalam pertemuan itu.
Menteri Pembangunan Sosial Palestina, Ahhmed Majdalani mengatakan, setiap warga Palestina yang menghadiri pertemuan yang akan berlangsung di Ibu Kota Bahrain, Manama itu akan dianggap sebagai sekutu AS dan Israel.
(esn)