Soal Iran, Trump Tidak Kesampingkan Opsi Militer

Jum'at, 10 Mei 2019 - 04:32 WIB
Soal Iran, Trump Tidak Kesampingkan Opsi Militer
Soal Iran, Trump Tidak Kesampingkan Opsi Militer
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Iran untuk berdialog guna menghentikan program nuklirnya. Meski begitu, Trump juga tidak dapat mengesampingkan konfrontasi militer mengingat ketegangan yang meningkat antara kedua negara.

Pada konferensi pers dadakan di Gedung Putih, Trump menolak untuk mengatakan apa yang mendorongnya untuk mengerahkan kelompok tempur USS Abraham Lincoln ke wilayah Teluk Persia atas apa yang digambarkan sebagai ancaman yang tidak ditentukan.

"Kami memiliki informasi yang tidak ingin Anda ketahui," kata Trump.

"Mereka sangat mengancam dan kami harus memiliki keamanan besar untuk negara ini dan banyak tempat lainnya," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (10/5/2019).

Trump ditanya apakah ada risiko konfrontasi militer dengan kehadiran militer Amerika di daerah tersebut.

“Kurasa kamu bisa mengatakan itu selalu, kan? Saya tidak ingin mengatakan tidak, tapi semoga itu tidak terjadi. Kami memiliki salah satu kapal induk paling kuat di dunia dan kami tidak ingin melakukan apa pun," ujarnya.

Trump, yang tahun lalu menarik Washington dari kesepakatan nuklir tahun 2015 antara enam kekuatan dunia dan Iran, telah menyatakan kesediaan untuk bertemu para pemimpin Iran di masa lalu namun tanpa hasil. Ia pun memperbaharui permohonan itu dalam berbicara dengan para wartawan.

“Apa yang seharusnya mereka lakukan adalah memanggilku, duduk. Kami dapat membuat kesepakatan, kesepakatan yang adil, kami hanya tidak ingin mereka memiliki senjata nuklir - tidak perlu banyak bertanya. Dan kami akan membantu mengembalikannya ke bentuk yang sangat bagus," tuturnya.

“Mereka harus menelepon. Jika ya, kami terbuka untuk berbicara dengan mereka," imbuhnya.

Ditanya tentang pernyataan Trump, Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan Iran telah berbicara dengan enam kekuatan, termasuk AS, dalam kerangka kesepakatan nuklir.

“Tiba-tiba dia memutuskan untuk meninggalkan meja perundingan. Apa jaminan bahwa dia tidak akan mungkir lagi?” cetus Takht Ravanchi dalam sebuah wawancara dengan MSNBC.

Ia dengan tegas menampik tuduhan AS tentang ancaman Iran sebagai "intelijen palsu" dan mengatakan laporan itu diproduksi oleh orang yang sama yang menjelang invasi AS ke Irak.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7540 seconds (0.1#10.140)