Korsel pada Korut: Hentikan Eskalasi Militer
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) mendesak Korea Utara (Korut) untuk menghentikan peningkatan ketegangan militer di Semenanjung Korea. Desakan ini datang setelah Korut kembali melakukan uji coba rudal.
"Kami sangat prihatin dengan peluncuran beberapa proyektil Korut, yang melanggar semangat perjanjian militer antar-Korea," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Choi Hyun-soo.
"Kami mendesak Korut untuk menghentikan tindakan yang meningkatkan ketegangan militer di Semenanjung Korea," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (7/5).
Sementara itu, militer Korsel mengatakan sejauh ini mereka tidak memiliki informasi apakah senjata taktis yang ditembakkan oleh Korut adalah rudal balistik atau bukan.
Terkait uji coba rudal tersebut, sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengatakan, AS masih mengevaluasi tanggapan yang sesuai terhadap hal ini.
Pompeo, dalam wawancaranya dengan CBS "Face the Nation," mengisyaratkan kemungkinan korelasi antara uji coba rudal Korut dan kunjungan puncak Kim Jong-un ke Rusia beberapa waktu lalu.
"Kita melihat ini terjadi juga tepat setelah kunjungannya ke Rusia. Tepat setelah dia berbicara dengan Vladimir Putin, dia membuat keputusan untuk mengambil tindakan ini. Kami masih mengevaluasi respon yang tepat," kata Pompeo.
Ketika ditanya apakah respon terbaru akan berupa sanksi terbaru terhadap Korut. Pompeo hanya mengatakan, Korut masih dililit oleh sanksi yang sangat berat sampai saat ini. Sanksi itu, lanjut Pompeo, telah menjadi peredam untuk Korut.
"Sanksi terberat dalam sejarah Korut tetap ada. Itu mungkin yang membuat beberapa tekanan terhadap Jong-un saat ini," ungkapnya dan menambahkan AS masih terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Korut.
"Kami sangat prihatin dengan peluncuran beberapa proyektil Korut, yang melanggar semangat perjanjian militer antar-Korea," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Choi Hyun-soo.
"Kami mendesak Korut untuk menghentikan tindakan yang meningkatkan ketegangan militer di Semenanjung Korea," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (7/5).
Sementara itu, militer Korsel mengatakan sejauh ini mereka tidak memiliki informasi apakah senjata taktis yang ditembakkan oleh Korut adalah rudal balistik atau bukan.
Terkait uji coba rudal tersebut, sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengatakan, AS masih mengevaluasi tanggapan yang sesuai terhadap hal ini.
Pompeo, dalam wawancaranya dengan CBS "Face the Nation," mengisyaratkan kemungkinan korelasi antara uji coba rudal Korut dan kunjungan puncak Kim Jong-un ke Rusia beberapa waktu lalu.
"Kita melihat ini terjadi juga tepat setelah kunjungannya ke Rusia. Tepat setelah dia berbicara dengan Vladimir Putin, dia membuat keputusan untuk mengambil tindakan ini. Kami masih mengevaluasi respon yang tepat," kata Pompeo.
Ketika ditanya apakah respon terbaru akan berupa sanksi terbaru terhadap Korut. Pompeo hanya mengatakan, Korut masih dililit oleh sanksi yang sangat berat sampai saat ini. Sanksi itu, lanjut Pompeo, telah menjadi peredam untuk Korut.
"Sanksi terberat dalam sejarah Korut tetap ada. Itu mungkin yang membuat beberapa tekanan terhadap Jong-un saat ini," ungkapnya dan menambahkan AS masih terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Korut.
(esn)