Etnik Sinhala dan Muslim Bentrok, Sri Lanka Berlakukan Jam Malam

Senin, 06 Mei 2019 - 17:05 WIB
Etnik Sinhala dan Muslim...
Etnik Sinhala dan Muslim Bentrok, Sri Lanka Berlakukan Jam Malam
A A A
KOLOMBO - Pemerintah Sri Lanka telah memberlakukan jam malam di kota Negombo, salah satu lokasi pengeboman pada hari Minggu Paskah. Jam malam diberlakukan sejak Minggu setelah terjadi bentrok antara etnik Sinhala dan Muslim.

Juru bicara militer Sri Lanka, Brigadir Sumith Atapattu, kepada kantor berita The Associated Press mengatakan ketegangan mencengkeram kota Negombo pada hari Minggu ketika bentrok pecah.

Pada hari Senin (6/5/2019), sekolah-sekolah negeri di Sri Lanka kembali buka di tengah keamanan yang ketat setelah liburan Paskah diperpanjang sebagai imbas dari serangkaian serangan bom bulan lalu.

Gereja Santo Sebastian di Negombo merupakan satu dari enam enam situs yang dibom pada hari Minggu Paskah. Rentetan pengeboman saat itu menewaskan 257 orang, meski otoritas keamanan setempat awalnya menyebut jumlahnya lebih dari 300 orang.

"Setidaknya dua sepeda motor dan dua taksi roda tiga telah rusak dalam bentrokan itu," kata seorang perwira senior polisi kepada kantor berita AFP, tanpa disebutkan namanya. "Kami memberlakukan jam malam hingga pukul 07.00 pagi untuk mengatasi kerusuhan."

Tidak ada laporan langsung tentang kemungkinan adanya korban dalam bentrokan. Polisi tak menyebutkan sampai kapan jam malam diberlakukan.

Bandara internasional utama negara itu terletak di kota yang dilanda bentrok tersebut. Namun, polisi mengatakan tidak ada gangguan terhadap lalu lintas bandara. Komando Elite Special Task Force telah dikerahkan untuk berpatroli di jalan-jalan.

Perwira senior itu mengatakan penyelidikan sedang dilakukan terkait bentrok antaretnik tersebut. Bentrokan itu merupakan kekerasan pertama sejak serangan 21 April yang menargetkan tiga gereja dan tiga hotel mewah di negara itu.

Pemerintah Sri Lanka juga telah menerapkan kembali larangan penggunaan platform media sosial dalam upaya untuk menghentikan penyebaran desas-desus setelah kekerasan pecah.

Sri Lanka telah berada dalam keadaan darurat sejak serangkaian serangan bom. Aparat keamanan dan polisi telah melakukan upaya besar-besaran untuk menangkap dan menahan para tersangka.

"Polisi dan tentara menyisir lokasi sekolah dan daerah sekitarnya untuk memastikan aman bagi anak-anak untuk kembali (belajar) pada hari Senin," kata juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekera.

Menteri Dalam Negeri Vajira Abeywardena mengatakan 200 cendekiawan Muslim ditemukan memiliki visa yang telah overstayed. Mereka dikenakan denda dan kemudian dikeluarkan dari negara itu.

"Mempertimbangkan situasi saat ini di negara ini, kami telah meninjau sistem visa dan mengambil keputusan untuk memperketat pembatasan visa bagi para guru agama," kata Abeywardena kepada AFP.

"Dari mereka yang dikirim keluar, sekitar 200 adalah pengkhotbah Islam."

Pekan lalu, polisi Sri Lanka merilis nama-nama dan foto-foto sembilan tersangka serangan bom bunuh diri. Semuanya terkait kelompok National Towheed Jamaat (Jamaah Tauhid Nasional).

Sembilan tersangka itu termasuk Mohamed Zahran alias Zahran Hashim yang digambarkan sebagai pemimpin serangan bom itu, dan istri dari seorang pelaku bom bunuh diri yang meledakkan dirinya bersama dengan anak-anaknya di sebuah vila milik ayah mertuanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1190 seconds (0.1#10.140)