Dramatis, Sri Lanka Revisi Jumlah Korban Bom Paskah

Jum'at, 26 April 2019 - 15:08 WIB
Dramatis, Sri Lanka Revisi Jumlah Korban Bom Paskah
Dramatis, Sri Lanka Revisi Jumlah Korban Bom Paskah
A A A
KOLOMBO - Sri Lanka melakukan revisi yang dramatis terhadap jumlah korban serangan bom Minggu Paskah. Jumlah korban berkurang lebih dari 100 karena adanya penghitungan ganda bagian tubuh korban.

Kekuatan ledakan itu begitu parah sehingga menghancurkan bagian tubuh korban. Namun terjadi kesalahan penyusunan potongan tubuh korban dan identifikasi awal.

“Banyak tubuh korban hancur dengan kondiri buruk. Ada penghitungan ganda,” jelas Kementerian Kesehatan Sri Lanka dalam menjelaskan jumlah terbaru korban tewas yang mencapai 253, turun dari 359 yang diumumkan pada Rabu lalu seperti dikutip dari Japan Times, Jumat (26/4/2019).

Direktur Jenderal Kementerian Anil Jasinghe mengatakan potongan tubuh manusia sifatnya sangat kompleks. Ini membuat sulit pada ahli forensik untuk menyusun jumlah korban awal yang akurat.

"Dalam ledakan seperti ini, tubuh-tubuh hancur dengan buruk. Tidak selalu mungkin untuk memiliki tubuh yang lengkap,” ujarnya.

“Inilah mengapa awalnya sulit untuk mencapai jumlah yang tepat,” imbuhnya.

Daya ledak dari bom bunuh diri di tiga gereja dan tiga hotel tampak jelas dari kerusakan yang disebabkannya terhadap bangunan yang menjadi target.

Di Gereja St Sebastian di Negombo, sebelah utara Ibu Kota, ledakannya begitu dahsyat sehingga meruntuhkan sebagian besar atap, menghujani jemaat dengan genteng, dan menghancurkan plester dinding.

Pihak berwenang masih menyelidiki rincian bom yang digunakan dalam enam serangan, yang diikuti oleh dua ledakan lagi ketika polisi menggerebek sebuah alamat untuk mencari tersangka.

Sejauh ini, mereka percaya bahwa para penyerang tidak menggunakan C4. Bahan peledak ini menjadi idola pemberontak Macan Tamil untuk pemboman selama pemberontakan mereka yang berlangsung selama puluhan tahun, berakhir pada tahun 2009.

Tetapi sifat tepat dari bahan peledak dan ukuran bom masih sedang dikerjakan.

Salah satu petunjuk terletak pada gambar salah satu pria yang diyakini berada di antara para penyerang, yang terekam CCTV tepat sebelum ia memasuki Gereja St. Sebastian.

Ia terlihat membawa ransel yang penuh dan berat, sebelum memasuki gereja beberapa detik sebelum ledakan besar.

Sumber yang dekat dengan penyelidikan mengatakan mereka percaya para penyerang mungkin menggunakan bahan peledak yang kurang kuat dari C4, tetapi mengemas bom mereka dengan jumlah yang lebih besar untuk membuatnya lebih mematikan.

Hasilnya menghancurkan, dan Jasinghe mengatakan telah pada batasnya bahkan hal itu dialami juga oleh staf berpengalaman dari fasilitas kamar mayat forensik negara.

“Ini adalah tugas yang sangat menyeramkan, bahkan untuk staf,” katanya.

"Kami kewalahan dan staf bekerja sepanjang waktu hingga Kamis untuk menyelesaikan tugas otopsi," tukasnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3591 seconds (0.1#10.140)