AS Yakini Ada Plot Serangan Teroris di Sri Lanka
A
A
A
KOLOMBO - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Sri Lanka, Alaina Teplitz mengatakan, Washington tidak memiliki informasi sebelumnya tentang serangan bom bunuh diri hari Minggu Paskah di gereja-gereja dan hotel-hotel di Sri Lanka. Namun, dia menyebut, saat ini AS percaya ada rencana terorisme yang sedang berlangsung di negara itu.
"Kami tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang serangan-serangan ini. Kami percaya ada plot teroris yang sedang berlangsung. Teroris dapat menyerang tanpa peringatan. Tempat-tempat yang umum adalah pertemuan besar, ruang publik," kata Teplitz dalam sebuah pernyataan.
Teplitz, seperti dilansir Al Arabiya pada Rabu (24/4), kemudian mengatakan bahwa ketika penyelidikan atas serangan itu terus berlanjut, sebuah tim dari FBI dan militer AS telah berada di Sri Lanka membantu penyelidikan.
Sebelumnya, Pemimpin Parlemen Sri Lanka, Lakshman Kiriella mengatakan bahwa ada sejumlah petinggi intelijen yang menyembunyikan informasi mengenai tentang kemungkinan serangan pada akhir pekan lalu. Dia menyebut, karena informasi ini tidak terdistribusikan, tidak ada langkah-langkah yang diambil untuk mencegah insiden ini.
"Beberapa pejabat tinggi intelijen menyembunyikan informasi intelijen dengan sengaja. Informasi ada di sana, tetapi para pejabat tinggi keamanan tidak mengambil tindakan yang tepat," ucap Lakshma.
Dia mengatakan, informasi tentang kemungkinan serangan bunuh diri terhadap gereja, hotel dan politisi diterima dari intelijen India pada 4 April dan pertemuan Dewan Keamanan yang dipimpin oleh Presiden Maithripala Sirisena pada 7 April. Tetapi, ungkapnya, informasi itu tidak dibagikan secara lebih luas.
"Kami tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang serangan-serangan ini. Kami percaya ada plot teroris yang sedang berlangsung. Teroris dapat menyerang tanpa peringatan. Tempat-tempat yang umum adalah pertemuan besar, ruang publik," kata Teplitz dalam sebuah pernyataan.
Teplitz, seperti dilansir Al Arabiya pada Rabu (24/4), kemudian mengatakan bahwa ketika penyelidikan atas serangan itu terus berlanjut, sebuah tim dari FBI dan militer AS telah berada di Sri Lanka membantu penyelidikan.
Sebelumnya, Pemimpin Parlemen Sri Lanka, Lakshman Kiriella mengatakan bahwa ada sejumlah petinggi intelijen yang menyembunyikan informasi mengenai tentang kemungkinan serangan pada akhir pekan lalu. Dia menyebut, karena informasi ini tidak terdistribusikan, tidak ada langkah-langkah yang diambil untuk mencegah insiden ini.
"Beberapa pejabat tinggi intelijen menyembunyikan informasi intelijen dengan sengaja. Informasi ada di sana, tetapi para pejabat tinggi keamanan tidak mengambil tindakan yang tepat," ucap Lakshma.
Dia mengatakan, informasi tentang kemungkinan serangan bunuh diri terhadap gereja, hotel dan politisi diterima dari intelijen India pada 4 April dan pertemuan Dewan Keamanan yang dipimpin oleh Presiden Maithripala Sirisena pada 7 April. Tetapi, ungkapnya, informasi itu tidak dibagikan secara lebih luas.
(esn)