Presiden Tsai Paparkan Masa Depan Hubungan Washington-Taipei
A
A
A
TAIPEI - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen akan menyampaikan pidato khusus tentang masa depan hubungan Taiwan dengan Amerika Serikat (AS). Penyampaikan itu akan menjadi momen spesial karena dia mengungkapkan hal itu di depan tiga lembaga think tanks asal AS yakni Centre for Strategic and International Studies (CSIS), The Brookings Institution Center for Scholars, dan The Woodrow Wilson International.
Pemaparan Presiden Tsai dengan telekonferensi video itu dengan para pakar dan akademisi dari tiga lembaga think tanks itu akan disiarkan langsung pada hari ini pukul 19.55 waktu Jakarta. Bukan hanya berbicara mengenai kerja sama Taiwan dengan AS, Tsai juga akan membicarakan situasi keamanan regional dan menjawab berbagai pertanyaan dari tamu undangan.
AS memang menjadi kekuatan utama dalam diplomasi Taiwan. Hubungan dengan Washington terus mengalami peningkatan saat pemerintahan Presiden Donald Trump. Maklum, Trump ingin meningkatkan penjualan senjata dan peralatan tempur.
China memang sangat takut dengan kepemimpinan Tsai yang dikhawatirkan akan mendorong Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan secara formal. Namun, Tsai berulan kali menyatakan akan mempertahankan status quo, tetapi tetap mempertahankan demokrasi Taiwan.
"China dan Taiwan memang memiliki hubungan yang menegangkan," kata peneliti dari Universitas Stanford, Ketian Vivian Zhang, dilansir The Washington Post.
Sementara, Tsai memang sedang memperkuat kebijakan luar negerinya. Melansir Reuters, pada 21 Maret lalu, dia menggela lawatan selama delaan hari untuk memperkuat hubungan dengan aliansi Pasifik. Dia mengunjungi negara-negara kecil di Samudera Pasifik seperti Palau, Nauru, dan Kepulauan Marshall.
Langkah Tsai itu untuk membendung pengaruh China di negara-negara tersebut. Itu dikarenakan tahun lalu China membujuk Republik Dominika, Burkina Faso, dan El Salvador untuk memperkuat hubungan dengan Beijing dan meninggalkan Taipei.
Taiwan saat ini memiliki hubungan formal dengan 17 negara, umumnya bukan negara maju seperti negara di Amerika tengah, Pasifik seperti Belize dan Nauru. Taipei menuding Beijing kerap menggelontorkan paket bantuan dan pinjaman ke negara yang beraliansi dengan Taiwan.
Pertengahan Maret lalu, Tsai menegaskan Taiwan akan mewaspadai proposal "satu negara, dua sistem" yang ditawarkan Beijing untuk mendorong "reunifikasi" dengan Taiwan. Tsai menyatakan Taiwan akan melawan upaya pembaharuan untuk interfensi Taipei.
"Otoritas Beijing melanjutkan upaya untuk mengganggu sistem bebas dan demokrasi dengan menginterfensi perkembangan politik, ekonomi, dan sosial yang menjadi risiko terberat bagi Taiwan," ujar Tsai. (Muh Shamil)
Pemaparan Presiden Tsai dengan telekonferensi video itu dengan para pakar dan akademisi dari tiga lembaga think tanks itu akan disiarkan langsung pada hari ini pukul 19.55 waktu Jakarta. Bukan hanya berbicara mengenai kerja sama Taiwan dengan AS, Tsai juga akan membicarakan situasi keamanan regional dan menjawab berbagai pertanyaan dari tamu undangan.
AS memang menjadi kekuatan utama dalam diplomasi Taiwan. Hubungan dengan Washington terus mengalami peningkatan saat pemerintahan Presiden Donald Trump. Maklum, Trump ingin meningkatkan penjualan senjata dan peralatan tempur.
China memang sangat takut dengan kepemimpinan Tsai yang dikhawatirkan akan mendorong Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan secara formal. Namun, Tsai berulan kali menyatakan akan mempertahankan status quo, tetapi tetap mempertahankan demokrasi Taiwan.
"China dan Taiwan memang memiliki hubungan yang menegangkan," kata peneliti dari Universitas Stanford, Ketian Vivian Zhang, dilansir The Washington Post.
Sementara, Tsai memang sedang memperkuat kebijakan luar negerinya. Melansir Reuters, pada 21 Maret lalu, dia menggela lawatan selama delaan hari untuk memperkuat hubungan dengan aliansi Pasifik. Dia mengunjungi negara-negara kecil di Samudera Pasifik seperti Palau, Nauru, dan Kepulauan Marshall.
Langkah Tsai itu untuk membendung pengaruh China di negara-negara tersebut. Itu dikarenakan tahun lalu China membujuk Republik Dominika, Burkina Faso, dan El Salvador untuk memperkuat hubungan dengan Beijing dan meninggalkan Taipei.
Taiwan saat ini memiliki hubungan formal dengan 17 negara, umumnya bukan negara maju seperti negara di Amerika tengah, Pasifik seperti Belize dan Nauru. Taipei menuding Beijing kerap menggelontorkan paket bantuan dan pinjaman ke negara yang beraliansi dengan Taiwan.
Pertengahan Maret lalu, Tsai menegaskan Taiwan akan mewaspadai proposal "satu negara, dua sistem" yang ditawarkan Beijing untuk mendorong "reunifikasi" dengan Taiwan. Tsai menyatakan Taiwan akan melawan upaya pembaharuan untuk interfensi Taipei.
"Otoritas Beijing melanjutkan upaya untuk mengganggu sistem bebas dan demokrasi dengan menginterfensi perkembangan politik, ekonomi, dan sosial yang menjadi risiko terberat bagi Taiwan," ujar Tsai. (Muh Shamil)
(nfl)