Dapat Libur Panjang, Pekerja Jepang Malah Bingung

Kamis, 04 April 2019 - 08:16 WIB
Dapat Libur Panjang, Pekerja Jepang Malah Bingung
Dapat Libur Panjang, Pekerja Jepang Malah Bingung
A A A
TOKYO - Entah apa yang dipikirkan orang Jepang. Diberi libur panjang, mereka malah bingung. Kondisi itu melanda masyarakat negeri matahari tersebut jelang menyambut penyerahan takhta Kaisar Akihito pada 30 April nanti.

Pada hari istimewa itu, para pekerja Jepang akan menikmati libur 10 hari sebagai hari spesial digabung dengan libur tradisi “Pekan Emas” pada Mei. Libur itu dimulai pada 27 April, beberapa hari sebelum Kaisar Akihito menyerahkan takhta untuk membuka jalan bagi putranya, Naruhito, memulai era Reiwa pada 1 Mei dan berakhir pada 6 Mei.

Walaupun libur asyik, tak semua orang Jepang menyambut penambahan hari libur nasional tersebut, terutama bagi para pekerja keras di Jepang. Survei yang dilakukan harian Asahi Shimbun menunjukkan 45% warga Jepang merasa tidak bahagia tentang libur panjang, dan hanya 35% yang menyatakan mereka merasa senang.

“Sejujurnya, saya tidak tahu bagaimana menghabiskan waktu saat kami tiba-tiba mendapat 10 hari untuk libur. Jika Anda ingin pergi melakukan perjalanan, akan padat orang di mana-mana dan biaya tur naik. Saya mungkin memilih tinggal di rumah orang tua saya,” papar pegawai keuangan Seishu Sato, 31, dilansir The Guardian.

Di sisi lain, mereka yang masih harus bekerja saat masa libur itu pun mengeluhkan tentang penitipan anak. “Bagi orang tua di sektor jasa, 10 hari libur itu membuat sakit kepala. Semua tempat penitipan anak, layanan sekolah, semua tutup,” tweet para orang tua yang kecewa dengan libur panjang itu.

Banyak yang memperkirakan Tokyo dan kota besar lain terasa lebih lengang saat warga Jepang memanfaatkan peluang langka melakukan perjalanan ke luar negeri. “Sebagian besar layanan tur kami untuk masa liburan sudah terjual habis tahun lalu,” kata Hideki Wakamatsu, juru bicara Nippon Travel Agency, yang menambahkan banyak orang yang sudah dalam daftar tunggu layanan tur tersebut.

Meski demikian, keluarga kaisar masih populer bagi warga Jepang dan mereka tak menolak dengan ide libur tambahan sebagai bagian dari prosesi pergantian kaisar. Survei oleh badan penyiaran publik NHK menemukan hampir sebagian besar orang tak mengaku merasa antipati terhadap kaisar. Sebagian besar menyatakan memiliki perasaan positif atau hormat. Hanya 22% yang menyuarakan pendapat berbeda. Sentimen positif ini naik setiap tahun sejak 2003 menurut hasil survei NHK.

Profesor politik di Universitas Terbuka Jepang Takeshi Hara menjelaskan, sentimen positif ini karena berbagai kegiatan pasangan kaisar yang terkait kesejahteraan publik. “Perhatian mereka pada para lanjut usia, orang difabel, dan korban bencana alam, yang diabaikan para politisi dalam tiga dekade terakhir, telah menuai dukungan publik,” ungkap Hara.

Menurut Hara, fakta bahwa Kaisar Akihito menikah dengan Michiko karena cinta atau pernikahan cinta pertama dalam sejarah kaisar telah mendorong posisinya di mata rakyat Jepang.

Kendati demikian, Hideto Tsuboi dari Pusat Riset Internasional untuk Studi Jepang di Kyoto menjelaskan, salah satu alasan utama popularitas Akihito terletak pada fakta bahwa dia secara sadar bertanggung jawab pada generasi pascaperang untuk becermin pada masa perang yang sulit.

Saat peringatan ke-73 berakhirnya Perang Dunia II tahun lalu, Akihito menegaskan kembali duka mendalam atas perang itu dan terus berharap untuk perdamaian.

Awal bulan ini Jepang mendeklarasikan nama Reiwa untuk era kekaisaran baru saat Putra Mahkota Naruhito menjadi kaisar pada 1 Mei mendatang. Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menyatakan peluncuran era baru ini menegaskan nilai-nilai tradisional pada titik balik sejarah bangsa tersebut.

Warga menonton layar televisi raksasa di penjuru Tokyo sambil mengangkat smartphone mereka untuk memotret Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga yang memegang plakat putih dengan nama baru Reiwa tertulis dalam dua huruf dengan tinta hitam.

Negeri itu telah lama menanti nama era baru atau Gengo yang akan digunakan di sejumlah koin, kalender, surat kabar dan dokumen resmi, serta mencerminkan perasaan nasional pada era tersebut. Huruf pertama sering digunakan dengan arti “perintah”, tapi juga berarti “bagus” dan “indah”. Adapun kata huruf kedua berarti “damai” atau “harmoni”.

Menurut PM Abe, nama itu menegaskan keindahan budaya tradisional Jepang dan masa depan yang diimpikan setiap orang, terutama para pemuda. “Bangsa kita menghadapi titik balik besar, tapi di sana ada banyak nilai-nilai Jepang yang tidak boleh hilang,” kata Abe saat konferensi pers kemarin. “Nama itu menunjukkan bahwa budaya bangsa kita lahir dan dipelihara oleh hati rakyat yang menggambarkan keindahan bersama,” tutur Abe, dilansir Reuters.

Kenaikan Naruhito ke Takhta Krisan akan dilakukan sehari setelah ayahnya, Kaisar Akihito, menyerahkan takhta pada 30 April, mengakhiri era Heisei yang dimulai pada 1989. Akihito akan menjadi kaisar pertama yang menyerahkan takhta di Jepang dalam lebih dari dua abad terakhir. (Syarifuddin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5347 seconds (0.1#10.140)