Dubes RI Resmikan Pusat Studi Nusantara di Republik Dagestan
A
A
A
MOSKOW - Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, meresmikan “Pusat Nusantara” di Sekolah Tinggi Humaniter dan Pedagogi Dagestan di Makhachkala, pada 26 Maret 2019 lalu.
Saat peresmian tersebut, hadir pula antara lain Wakil Ketua Dewan Parlemen Republik Dagestan Zarema Buchaeva, Menteri Kebijakan Nasional dan Agama Republik Dagestan Enrik Muslimov, Direktur Sekolah Tinggi Pedagogi Humaniter Republik Dagestan Jennet Temurkaeva, serta Wakil Direktur untuk Pengembangan Kerja Sama Internasional yang juga menjadi Kepala Pusat Nusantara Abdulaev Ibragimgadzi.
Temurkaeva menyambut baik berdirinya “Pusat Nusantara” dan berharap ke depan bisa menjembatani hubungan kedua bangsa, terutama di kalangan warga generasi muda. “Kemitraan nyata yang sebenarnya adalah hubungan yang terjalin antar warga,” ungkap Direktur Temurkaeva.
Sementara itu, Kepala “Pusat Nusantara” Ibragimgadzi menyatakan kegembiraannya karena setelah berdiri selama 8 tahun akhirnya bisa diresmikan langsung oleh Dubes RI. “Pusat Nusantara ini adalah yang pertama di wilayah Kaukasia Utara dan sangat strategis sifatnya. Oleh karena itu, saya berharap keberadaannya bisa mendorong hubungan yang lebih dekat antara Dagestan dengan Indonesia,” ujar Dubes Wahid.
Saat ini terdapat sekitar 20 orang warga Dagestan yang pernah belajar studi Islam dan beberapa cabang keilmuan lainnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Yogyakarta, dan Jakarta, periode keberangkatan 2010 dan 2011. Turut hadir 10 orang di antaranya pada acara peresmian dan ramah-tamah. Mereka menyatakan penghargaan tinggi pada Pemerintah Indonesia yang telah memberikan beasiswa dan banyak belajar dari Indonesia tentang Islam serta sopan santun.
Untuk itu, Dubes Wahid mengusulkan didirikannya “Asosiasi Persahabatan Indonesia-Dagestan” untuk menjembatani hubungan kedua bangsa di bidang yang lebih luas. Menteri Kebijakan Nasional dan Agama Muslimov menyambut baik dan berjanji akan memfasilitasinya.
Pada kegiatan lainnya, Dubes Wahid juga berkesempatan meninjau proyek dan menanam pohon persahabatan di kompleks proyek pembangunan masjid serta pusat studi Islam yang nanti akan menjadi yang terbesar di kawasan Eropa. Penanaman pohon persahabatan dilakukan bersama Menteri Kebijakan Nasional dan Agama Muslimov serta anggota Komite Hubungan Luar Negeri Duma Negara Federasi Rusia Gadjimurad Omarov.
“Semoga pohon persahabatan ini dapat menjadi penanda kedekatan perasaan dan keakraban warga kedua bangsa,” kata Dubes Wahid. Masjid ini akan dinamakan sesuai nama Nabi Muhammad SAW, sedangkan Pusat Studi Islam akan dinamakan sesuai nama Nabi Isa AS.
Kompleks yang terdiri dari masjid, pusat studi, dan museum perkembangan Islam, menempati lahan seluas 35 hektare. Masjid diproyeksikan akan memiliki daya tampung 22.000 orang dengan luas bangunan 30.000 meter persegi. Pendanaan pembangunan kompleks masjid ini sepenuhnya atas dana swadaya masyarakat.
Sebelumnya Dubes RI bertemu dan berdialog dengan Mufti Republik Dagestan Akhmad Abdulaev di kompleks Masjid Juma Makhachkala merupakan masjid yang tidak hanya terbesar di Rusia, tetapi juga di Eropa dengan kapasitas daya tampung hingga 17.000 orang. Mufti Abdulaev yang menjabat selama 20 tahun ini menyambut dengan penuh haru dan sukacita atas kunjungan Dubes RI karena baru pertama kalinya Dubes RI datang ke masjid ini.
Dubes RI didampingi Minister Counsellor Ekonomi Edi Suharto, Minister Counsellor Pensosbud Adiguna Wijaya, dan Sekretaris I, Bustan Jufri. “Satu kali melihat langsung jauh lebih baik dan bermakna daripada seribu kali mendengar”, demikian disampaikan Mufti Abdulaev untuk menekankan betapa bermaknanya kunjungan Dubes Wahid bagi masyarakat Muslim Dagestan.
Dubes Wahid juga sempat melakukan blusukan ke pasar tradisional guna melihat kehidupan langsung kehidupan sehari-hari masyarakat Dagestan karena selama ini negara bagian ini sering dikonotasikan sebagai daerah rawan. Kunjungan ini sempat menarik perhatian para pedagang dan tanpa diduga, setelah mengetahui bahwa yang datang dari Indonesia, banyak dari pedagang memberikan oleh-oleh untuk dibawa ke Moskow, seperti madu, buah lokal, dan bumbu dari kacang-kacangan.
“Wah, saya terpaksa harus menambah tas untuk membawa oleh-oleh ini,” ujar Dubes Wahid kepada Kepala Badan Investasi dan Bisnis Republik Dagestan, Gadji Gasanov, yang turut mendampingi Dubes RI sambil tersenyum. Dubes RI dan delegasi berkesempatan pula mengunjungi museum sejarah dan arsitektur Dagestan serta melakukan audiensi di Universitas Negeri Dagestan dengan rektor, para dosen dan perwakilan mahasiswa.
Rektor Murtazali Rabadanov menyambut dengan sangat antusias kunjungan Dubes RI ini dan menyatakan keinginan pihaknya menjalin kerja sama pendidikan tinggi dengan Indonesia. Universitas yang didirikan tahun 1931 ini memiliki 5 fakultas dan 17 jurusan serta 10 kampus. Terdapat sekitar 15.000 mahasiswa menuntut ilmu di sini, 2.000 di antaranya adalah mahasiswa asing.
Saat ini universitas tersebut telah menjalin kerja sama dengan 50 universitas di seluruh dunia. Dubes Wahid mengapresiasi penerimaan yang baik dan penuh keramahan serta berharap kunjungan ini bisa menjadi momen pembuka kesempatan kerja sama pendidikan tinggi dan ilmu pengetahuan selanjutnya. Makhachkala adalah ibu kota Republik Dagestan yang merupakan salah satu negara bagian. Federasi Rusia di kawasan Kaukasia Utara.
Federasi Rusia memiliki 85 subyek federal (negara bagian) dan 22 di antaranya diberi nama republik karena mayoritas penduduknya bukan dari etnis Rusia. Populasi Dagestan sekitar 3 juta jiwa dengan 95% penduduknya beragama Islam, sementara sekitar 727.000 orang menetap di Makhachkala.
Wilayah Dagestan memiliki 70 kilometer bagian pesisir di Laut Kaspia dan berbatasan dengan Georgia serta Azerbaijan dan berseberangan dengan Kazakstan. Republik Dagestan merupakan salah satu wilayah di Federasi Rusia dengan tingkat keberagaman etnis dan budaya yang sangat tinggi.
Saat peresmian tersebut, hadir pula antara lain Wakil Ketua Dewan Parlemen Republik Dagestan Zarema Buchaeva, Menteri Kebijakan Nasional dan Agama Republik Dagestan Enrik Muslimov, Direktur Sekolah Tinggi Pedagogi Humaniter Republik Dagestan Jennet Temurkaeva, serta Wakil Direktur untuk Pengembangan Kerja Sama Internasional yang juga menjadi Kepala Pusat Nusantara Abdulaev Ibragimgadzi.
Temurkaeva menyambut baik berdirinya “Pusat Nusantara” dan berharap ke depan bisa menjembatani hubungan kedua bangsa, terutama di kalangan warga generasi muda. “Kemitraan nyata yang sebenarnya adalah hubungan yang terjalin antar warga,” ungkap Direktur Temurkaeva.
Sementara itu, Kepala “Pusat Nusantara” Ibragimgadzi menyatakan kegembiraannya karena setelah berdiri selama 8 tahun akhirnya bisa diresmikan langsung oleh Dubes RI. “Pusat Nusantara ini adalah yang pertama di wilayah Kaukasia Utara dan sangat strategis sifatnya. Oleh karena itu, saya berharap keberadaannya bisa mendorong hubungan yang lebih dekat antara Dagestan dengan Indonesia,” ujar Dubes Wahid.
Saat ini terdapat sekitar 20 orang warga Dagestan yang pernah belajar studi Islam dan beberapa cabang keilmuan lainnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Yogyakarta, dan Jakarta, periode keberangkatan 2010 dan 2011. Turut hadir 10 orang di antaranya pada acara peresmian dan ramah-tamah. Mereka menyatakan penghargaan tinggi pada Pemerintah Indonesia yang telah memberikan beasiswa dan banyak belajar dari Indonesia tentang Islam serta sopan santun.
Untuk itu, Dubes Wahid mengusulkan didirikannya “Asosiasi Persahabatan Indonesia-Dagestan” untuk menjembatani hubungan kedua bangsa di bidang yang lebih luas. Menteri Kebijakan Nasional dan Agama Muslimov menyambut baik dan berjanji akan memfasilitasinya.
Pada kegiatan lainnya, Dubes Wahid juga berkesempatan meninjau proyek dan menanam pohon persahabatan di kompleks proyek pembangunan masjid serta pusat studi Islam yang nanti akan menjadi yang terbesar di kawasan Eropa. Penanaman pohon persahabatan dilakukan bersama Menteri Kebijakan Nasional dan Agama Muslimov serta anggota Komite Hubungan Luar Negeri Duma Negara Federasi Rusia Gadjimurad Omarov.
“Semoga pohon persahabatan ini dapat menjadi penanda kedekatan perasaan dan keakraban warga kedua bangsa,” kata Dubes Wahid. Masjid ini akan dinamakan sesuai nama Nabi Muhammad SAW, sedangkan Pusat Studi Islam akan dinamakan sesuai nama Nabi Isa AS.
Kompleks yang terdiri dari masjid, pusat studi, dan museum perkembangan Islam, menempati lahan seluas 35 hektare. Masjid diproyeksikan akan memiliki daya tampung 22.000 orang dengan luas bangunan 30.000 meter persegi. Pendanaan pembangunan kompleks masjid ini sepenuhnya atas dana swadaya masyarakat.
Sebelumnya Dubes RI bertemu dan berdialog dengan Mufti Republik Dagestan Akhmad Abdulaev di kompleks Masjid Juma Makhachkala merupakan masjid yang tidak hanya terbesar di Rusia, tetapi juga di Eropa dengan kapasitas daya tampung hingga 17.000 orang. Mufti Abdulaev yang menjabat selama 20 tahun ini menyambut dengan penuh haru dan sukacita atas kunjungan Dubes RI karena baru pertama kalinya Dubes RI datang ke masjid ini.
Dubes RI didampingi Minister Counsellor Ekonomi Edi Suharto, Minister Counsellor Pensosbud Adiguna Wijaya, dan Sekretaris I, Bustan Jufri. “Satu kali melihat langsung jauh lebih baik dan bermakna daripada seribu kali mendengar”, demikian disampaikan Mufti Abdulaev untuk menekankan betapa bermaknanya kunjungan Dubes Wahid bagi masyarakat Muslim Dagestan.
Dubes Wahid juga sempat melakukan blusukan ke pasar tradisional guna melihat kehidupan langsung kehidupan sehari-hari masyarakat Dagestan karena selama ini negara bagian ini sering dikonotasikan sebagai daerah rawan. Kunjungan ini sempat menarik perhatian para pedagang dan tanpa diduga, setelah mengetahui bahwa yang datang dari Indonesia, banyak dari pedagang memberikan oleh-oleh untuk dibawa ke Moskow, seperti madu, buah lokal, dan bumbu dari kacang-kacangan.
“Wah, saya terpaksa harus menambah tas untuk membawa oleh-oleh ini,” ujar Dubes Wahid kepada Kepala Badan Investasi dan Bisnis Republik Dagestan, Gadji Gasanov, yang turut mendampingi Dubes RI sambil tersenyum. Dubes RI dan delegasi berkesempatan pula mengunjungi museum sejarah dan arsitektur Dagestan serta melakukan audiensi di Universitas Negeri Dagestan dengan rektor, para dosen dan perwakilan mahasiswa.
Rektor Murtazali Rabadanov menyambut dengan sangat antusias kunjungan Dubes RI ini dan menyatakan keinginan pihaknya menjalin kerja sama pendidikan tinggi dengan Indonesia. Universitas yang didirikan tahun 1931 ini memiliki 5 fakultas dan 17 jurusan serta 10 kampus. Terdapat sekitar 15.000 mahasiswa menuntut ilmu di sini, 2.000 di antaranya adalah mahasiswa asing.
Saat ini universitas tersebut telah menjalin kerja sama dengan 50 universitas di seluruh dunia. Dubes Wahid mengapresiasi penerimaan yang baik dan penuh keramahan serta berharap kunjungan ini bisa menjadi momen pembuka kesempatan kerja sama pendidikan tinggi dan ilmu pengetahuan selanjutnya. Makhachkala adalah ibu kota Republik Dagestan yang merupakan salah satu negara bagian. Federasi Rusia di kawasan Kaukasia Utara.
Federasi Rusia memiliki 85 subyek federal (negara bagian) dan 22 di antaranya diberi nama republik karena mayoritas penduduknya bukan dari etnis Rusia. Populasi Dagestan sekitar 3 juta jiwa dengan 95% penduduknya beragama Islam, sementara sekitar 727.000 orang menetap di Makhachkala.
Wilayah Dagestan memiliki 70 kilometer bagian pesisir di Laut Kaspia dan berbatasan dengan Georgia serta Azerbaijan dan berseberangan dengan Kazakstan. Republik Dagestan merupakan salah satu wilayah di Federasi Rusia dengan tingkat keberagaman etnis dan budaya yang sangat tinggi.
(don)