Inggris Rancang Pesawat yang Paling Ramah Lingkungan
A
A
A
LONDON - Faradair, sebuah startup di Inggris, merilis sejumlah rancangan pesawat paling ramah lingkungan di dunia. Pesawat kecil ini ditenagai oleh mesin biodiesel 1.600 tenaga kuda yang akan bekerja bersama sejumlah baterai untuk terbang pada kecepatan hingga 230 mil per jam.
Daily Mail melansir, pesawat hibrida tersebut supersenyap dengan 18 kursi yang dibuat dari komposit-karbon dan di desain untuk menempuh penerbangan jarak pendek. Proses lepas landas dan pendaratan akan dilakukan dengan motor listrik bertenaga baterai. Sementara mesin akan menjadi sumber tenaga utama pada saat fase penerbangan cruising, sambil mengisi ulang baterai dengan bantuan panel surya.
Faradair yang berbasis di Cirencester kota berjarak 80 mil di barat laut London bermitra dengan Universitas Swansea dalam menyempurnakan desain sayap untuk memaksimalkan daya angkat. Konsep pesawat disebut BEHA M1H. Desainnya memudahkan pesawat lepas landas dan mendarat di landasan pacu dengan panjang hanya 300 meter.
Pesawat ini juga menggunakan sistem yang dapat meredam kebisingan. Para pakar yang bekerja dalam proyek itu menargetkan menghilangkan kebisingan hingga minimal hanya 60 decibel, serupa dengan suara musik latar dan percakapan manusia. Mesin jet biasa yang saat ini digunakan banyak pesawat menciptakan kebisingan hingga 140 decibel.
BEHA M1H tak hanya didesain untuk mengangkut penumpang, tapi juga dapat membawa barang hingga seberat 5 ton dengan mengeluarkan kursi untuk semua penumpang. “Pesawat udara multiperan BEHA M1H akan memungkinkan operator menyediakan layanan transportasi udara yang layak, termasuk penerbangan komuter terjadwal, latihan penerbangan dan penyewaan per hari dan kemampuan untuk menggunakan penerbangan senyap, serta kemampuan mengangkut barang untuk operasi kargo pada malam hari,” papar Managing Director Faradair, Neil Cloughley, kepada New Atlas.
Faradair telah membuka pesanan baik untuk pembeli individu, maskapai, atau pihak lain. Prototipe pertama rencananya akan dibangun pada akhir tahun ini, tes penerbangan pada 2022, dan penerbangan komersial untuk angkutan penumpang pada 2025.
Dengan pesawat ini, waktu tempuh penerbangan London-Manchester lebih cepat 18 menit. Sejumlah perusahaan lain di dunia juga terus mengembangkan konsep serupa untuk melayani penerbangan jarak pendek. Awal tahun ini perusahaan dirgantara terbesar di dunia, The Boeing Company, berhasil melewati fase pertama uji coba penerbangan taksi terbang di bandara kecil di luar Washington, AS.
Suksesnya percobaan tersebut menjadi sinyal positif bagi para pengembang mobil terbang selain Boeing. Mereka berharap ke depan angkutan model melayang itu bisa menjadi solusi transportasi di kota-kota yang kerap dilanda kemacetan parah. Kendati dibilang sukses, percobaan mobil terbang tersebut belum melibatkan penumpang atau pilot. Taksi terbang itu baru mengudara kurang dari satu menit. Taksi terbang itu juga tidak bergerak ke mana pun. Hanya melayang di atas landasan bandara sebelum kembali mendarat.
Sejauh ini Boeing menolak untuk mengung kapkan seberapa tinggi taksi terbang itu berada di atas tanah. Meski demikian, Boeing memuji divisi NeXt yang bertugas mengembangkan pesawat otonom atas capaian tersebut. Prototipe taksi terbang yang dirancang Boeing memiliki panjang 30 kaki dan lebar 28 kaki. Di atas kertas taksi itu dapat menempuh perjalanan hingga 50 mil sebelum kembali ke darat.
Seperti diketahui, Boeing merupakan produsen pesawat komersial dan militer. Khusus untuk segmen komersial, hingga Desember tahun lalu Boeing tercatat telah menerima pesanan total sebanyak 893 unit. Dari jumlah tersebut, model Boeing 737 mendominasi pesanan dengan jumlah sebanyak 675 unit.
Boeing beserta para pesaingnya seperti Airbus meyakini pesawat kecil yang dapat dikendarai sendiri atau dikenal dengan electric Vertical Takeoff and Landing (eVTOL) akan merevolusi transportasi, terutama di kawasan perkotaan. Mereka yakin jenis kendaraan itu akan menjadi solusi dalam mengatasi kemacetan.
Meski Boeing dan Airbus menjadi pemain terbesar dalam pengembangan taksi terbang, ada banyak perusahaan dengan ambisi serupa di Silicon Valley, AS, termasuk beberapa perusahaan yang didanai pendiri Google, Larry Page. Di Belanda perusahaan bernama PAL-V menjual mobil terbang PAL-V Liberty senilai USD 399.000 (Rp5,3 miliar).
Namun, tidak semua orang dapat membelinya sebab calon pembeli disyaratkan memiliki surat izin mengemudi dan menerbangkan pesawat. PAL-V menyatakan, mobil itu baru akan dikirim ke pembeli pada 2019. PAL-V Liberty merupakan kendaraan roda tiga yang dapat diubah menjadi gyrocopter dalam waktu 5-10 menit. Saat hendak mengudara, PAL-V Liberty meregangkan baling-baling. Kendaraan ini butuh landasan khusus. Dengan mesin Rotax dan kapasitas tangki 102 liter, mobil itu dapat menjelajah hingga 399 km di udara.
Daily Mail melansir, pesawat hibrida tersebut supersenyap dengan 18 kursi yang dibuat dari komposit-karbon dan di desain untuk menempuh penerbangan jarak pendek. Proses lepas landas dan pendaratan akan dilakukan dengan motor listrik bertenaga baterai. Sementara mesin akan menjadi sumber tenaga utama pada saat fase penerbangan cruising, sambil mengisi ulang baterai dengan bantuan panel surya.
Faradair yang berbasis di Cirencester kota berjarak 80 mil di barat laut London bermitra dengan Universitas Swansea dalam menyempurnakan desain sayap untuk memaksimalkan daya angkat. Konsep pesawat disebut BEHA M1H. Desainnya memudahkan pesawat lepas landas dan mendarat di landasan pacu dengan panjang hanya 300 meter.
Pesawat ini juga menggunakan sistem yang dapat meredam kebisingan. Para pakar yang bekerja dalam proyek itu menargetkan menghilangkan kebisingan hingga minimal hanya 60 decibel, serupa dengan suara musik latar dan percakapan manusia. Mesin jet biasa yang saat ini digunakan banyak pesawat menciptakan kebisingan hingga 140 decibel.
BEHA M1H tak hanya didesain untuk mengangkut penumpang, tapi juga dapat membawa barang hingga seberat 5 ton dengan mengeluarkan kursi untuk semua penumpang. “Pesawat udara multiperan BEHA M1H akan memungkinkan operator menyediakan layanan transportasi udara yang layak, termasuk penerbangan komuter terjadwal, latihan penerbangan dan penyewaan per hari dan kemampuan untuk menggunakan penerbangan senyap, serta kemampuan mengangkut barang untuk operasi kargo pada malam hari,” papar Managing Director Faradair, Neil Cloughley, kepada New Atlas.
Faradair telah membuka pesanan baik untuk pembeli individu, maskapai, atau pihak lain. Prototipe pertama rencananya akan dibangun pada akhir tahun ini, tes penerbangan pada 2022, dan penerbangan komersial untuk angkutan penumpang pada 2025.
Dengan pesawat ini, waktu tempuh penerbangan London-Manchester lebih cepat 18 menit. Sejumlah perusahaan lain di dunia juga terus mengembangkan konsep serupa untuk melayani penerbangan jarak pendek. Awal tahun ini perusahaan dirgantara terbesar di dunia, The Boeing Company, berhasil melewati fase pertama uji coba penerbangan taksi terbang di bandara kecil di luar Washington, AS.
Suksesnya percobaan tersebut menjadi sinyal positif bagi para pengembang mobil terbang selain Boeing. Mereka berharap ke depan angkutan model melayang itu bisa menjadi solusi transportasi di kota-kota yang kerap dilanda kemacetan parah. Kendati dibilang sukses, percobaan mobil terbang tersebut belum melibatkan penumpang atau pilot. Taksi terbang itu baru mengudara kurang dari satu menit. Taksi terbang itu juga tidak bergerak ke mana pun. Hanya melayang di atas landasan bandara sebelum kembali mendarat.
Sejauh ini Boeing menolak untuk mengung kapkan seberapa tinggi taksi terbang itu berada di atas tanah. Meski demikian, Boeing memuji divisi NeXt yang bertugas mengembangkan pesawat otonom atas capaian tersebut. Prototipe taksi terbang yang dirancang Boeing memiliki panjang 30 kaki dan lebar 28 kaki. Di atas kertas taksi itu dapat menempuh perjalanan hingga 50 mil sebelum kembali ke darat.
Seperti diketahui, Boeing merupakan produsen pesawat komersial dan militer. Khusus untuk segmen komersial, hingga Desember tahun lalu Boeing tercatat telah menerima pesanan total sebanyak 893 unit. Dari jumlah tersebut, model Boeing 737 mendominasi pesanan dengan jumlah sebanyak 675 unit.
Boeing beserta para pesaingnya seperti Airbus meyakini pesawat kecil yang dapat dikendarai sendiri atau dikenal dengan electric Vertical Takeoff and Landing (eVTOL) akan merevolusi transportasi, terutama di kawasan perkotaan. Mereka yakin jenis kendaraan itu akan menjadi solusi dalam mengatasi kemacetan.
Meski Boeing dan Airbus menjadi pemain terbesar dalam pengembangan taksi terbang, ada banyak perusahaan dengan ambisi serupa di Silicon Valley, AS, termasuk beberapa perusahaan yang didanai pendiri Google, Larry Page. Di Belanda perusahaan bernama PAL-V menjual mobil terbang PAL-V Liberty senilai USD 399.000 (Rp5,3 miliar).
Namun, tidak semua orang dapat membelinya sebab calon pembeli disyaratkan memiliki surat izin mengemudi dan menerbangkan pesawat. PAL-V menyatakan, mobil itu baru akan dikirim ke pembeli pada 2019. PAL-V Liberty merupakan kendaraan roda tiga yang dapat diubah menjadi gyrocopter dalam waktu 5-10 menit. Saat hendak mengudara, PAL-V Liberty meregangkan baling-baling. Kendaraan ini butuh landasan khusus. Dengan mesin Rotax dan kapasitas tangki 102 liter, mobil itu dapat menjelajah hingga 399 km di udara.
(don)