Ihan Omar Sebut Obama Pembunuh yang Tersenyum
A
A
A
WASHINGTON - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrat, Ilhan Omar, baru saja mengkritik lobi Israel di Amerika Serikat (AS). Sekarang, dia menyerang idola Partai Demokrat lainnya, mantan Presiden Barack Obama.
Politisi asal Minnesota bernama lengkap Ilhan Abdullahi Omar ini menyebut Obama sebagai sosok pembunuh yang sambil bersembunyi di balik wajah imut.
Ilhan Omar dianggap memiliki sikap anti-Semit lantaran gencar mengkritik Israel dan lobi Israel di AS. Dia merupakan salah satu anggota perempuan Muslim pertama yang menjadi anggota Kongres AS.
Dia berpendapat bahwa kebijakan Obama tidak lebih baik, secara moral, dari kebijakan pemerintah AS saat ini yang dipimpin Donald Trump.
"Kami tidak bisa hanya kesal dengan Trump. Kebijakannya buruk, tetapi banyak orang yang datang sebelum dia juga memiliki kebijakan yang sangat buruk. Mereka hanya dipoles lebih dari dia," kata Ilhan Omar, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (9/3/2019).
"Dan bukan itu yang seharusnya kita cari lagi. Kami tidak ingin ada orang yang lolos dari pembunuhan karena mereka dipoles. Kami ingin mengenali kebijakan aktual yang ada di balik wajah imut dan senyum itu," lanjut dia mengacu pada Obama.
Dia mengecam Trump karena memisahkan anak-anak imigran ilegal dari keluarga mereka di perbatasan tahun lalu. Namun, pemerintahan Obama juga dia kecam karena mengisolasi dan menahan anak-anak ketika kasus pengadilan orang tua mereka sedang diproses.
Obama juga meningkatkan kampanye pembunuhan yang ditargetkan AS dengan menggunakan pesawat nirawak berawak terhadap tersangka teroris di Pakistan, Yaman, Libya, dan Somalia—negara asal Ilhan Omar.
Menurut sejumlah data, termasuk dari Biro Jurnalisme Investigasi, sekitar 2.500 orang tewas dalam serangan pesawat nirawak era Obama, dan 800 di antaranya warga sipil.
Media AS, Politico, menggambarkan Ilhan Omar sebagai bagian dari sayap aktivis pemberontak yang memangsa pendirian partai.
Meski demikian, Ilhan Omar tidak selalu mengganggu. Sebagai Perwakilan Negara Bagian Minnesota, politisi perempuan ini pernah mengucapkan selamat tinggal pada Obama sebelum pelantikan Trump pada tahun 2017. Saat itu, dia menyebut Obama sebagai sumber inspirasi, harapan, dan perubahan.
Politisi asal Minnesota bernama lengkap Ilhan Abdullahi Omar ini menyebut Obama sebagai sosok pembunuh yang sambil bersembunyi di balik wajah imut.
Ilhan Omar dianggap memiliki sikap anti-Semit lantaran gencar mengkritik Israel dan lobi Israel di AS. Dia merupakan salah satu anggota perempuan Muslim pertama yang menjadi anggota Kongres AS.
Dia berpendapat bahwa kebijakan Obama tidak lebih baik, secara moral, dari kebijakan pemerintah AS saat ini yang dipimpin Donald Trump.
"Kami tidak bisa hanya kesal dengan Trump. Kebijakannya buruk, tetapi banyak orang yang datang sebelum dia juga memiliki kebijakan yang sangat buruk. Mereka hanya dipoles lebih dari dia," kata Ilhan Omar, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (9/3/2019).
"Dan bukan itu yang seharusnya kita cari lagi. Kami tidak ingin ada orang yang lolos dari pembunuhan karena mereka dipoles. Kami ingin mengenali kebijakan aktual yang ada di balik wajah imut dan senyum itu," lanjut dia mengacu pada Obama.
Dia mengecam Trump karena memisahkan anak-anak imigran ilegal dari keluarga mereka di perbatasan tahun lalu. Namun, pemerintahan Obama juga dia kecam karena mengisolasi dan menahan anak-anak ketika kasus pengadilan orang tua mereka sedang diproses.
Obama juga meningkatkan kampanye pembunuhan yang ditargetkan AS dengan menggunakan pesawat nirawak berawak terhadap tersangka teroris di Pakistan, Yaman, Libya, dan Somalia—negara asal Ilhan Omar.
Menurut sejumlah data, termasuk dari Biro Jurnalisme Investigasi, sekitar 2.500 orang tewas dalam serangan pesawat nirawak era Obama, dan 800 di antaranya warga sipil.
Media AS, Politico, menggambarkan Ilhan Omar sebagai bagian dari sayap aktivis pemberontak yang memangsa pendirian partai.
Meski demikian, Ilhan Omar tidak selalu mengganggu. Sebagai Perwakilan Negara Bagian Minnesota, politisi perempuan ini pernah mengucapkan selamat tinggal pada Obama sebelum pelantikan Trump pada tahun 2017. Saat itu, dia menyebut Obama sebagai sumber inspirasi, harapan, dan perubahan.
(mas)