Trump Sebut Kim Jong-un Pemimpin Besar
A
A
A
HANOI - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyanjung Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un ketika keduanya bertemu di Hanoi, Vietnam. Trump menyebut sosok yang pernah mengancam menghancurkan AS dengan nuklir itu sebagai pemimpin besar.
"Saya pikir negara Anda memiliki potensi ekonomi yang luar biasa," kata Trump kepada Kim Jong-un saat keduanya melakukan makan malam bersama.
"Saya pikir Anda akan memiliki masa depan yang luar biasa untuk negara Anda, Anda seorang pemimpin yang hebat," sambung Trump.
"Kami akan membantu mewujudkannya," imbuhnya seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (28/2/2019).
Trump juga mengatakan hubungannya dengan Kim Jong-un benar-benar bagus.
"Merupakan suatu kehormatan untuk bersama dengan Ketua Kim, suatu kehormatan untuk bersama di Vietnam," kata Trump ketika ia bertemu dengan diktator muda Korut itu.
Kim Jong-un secara luas dianggap sebagai salah satu pemimpin paling represif di dunia dan mempertahankan kekuasaan melalui sistem kamp penjara yang brutal.
Pada 2017, seorang hakim yang selamat dari Auschwitz selama Holocaust mengatakan kamp-kamp penjata Korut sama mengerikannya, atau bahkan lebih buruk, daripada di lihat dan dialaminya di kamp-kamp Nazi. Hakim Thomas Buergenthal membuat pernyataan itu setelah mendengar dari mantan penjaga dan tahanan penjara Korut.
Kim Jong-un juga adalah penguasa negara yang secara teknis masih berperang dengan AS.
Trump sendiri belum memberikan kepastian ketika ditanya apakah dia akan secara resmi menyatakan bahwa perang Korea berakhir sebagai bagian dari negosiasinya dengan Kim Jong-un.
Baca Juga: Ditanya Soal 'Nasib' Perang Korea, Trump Belum Beri Kepastian
Kedua pemimpin berada di Vietnam untuk melanjutkan diskusi yang dimulai di Singapura Juni tahun lalu mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea.
Trump telah menyatakan optimisme bahwa dia dapat meyakinkan Kim Jong-un untuk setuju menyerahkan senjata nuklirnya, tetapi para ahli dan bahkan beberapa sekutunya di Partai Republik di Kongres telah menyatakan keraguannya.
Senator Republik Marco Rubio pada hari Rabu mentwee: "Saya harap #TrumpKimSummit sukses. Saya khawatir itu akan menjadi kegagalan yang berbahaya."
Pada 2017, Trump dan Kim Jong-un saling mengumbar ancaman dan hinaan, memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik. Namun, mereka mengubah nada bicara pada tahun 2018, yang berujung pada pertemuan pertama bersejarah di Singapura yang berlanjut pada pertemuan kedua yang saat ini dihelat di Hanoi, Vietnam.
"Saya pikir negara Anda memiliki potensi ekonomi yang luar biasa," kata Trump kepada Kim Jong-un saat keduanya melakukan makan malam bersama.
"Saya pikir Anda akan memiliki masa depan yang luar biasa untuk negara Anda, Anda seorang pemimpin yang hebat," sambung Trump.
"Kami akan membantu mewujudkannya," imbuhnya seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (28/2/2019).
Trump juga mengatakan hubungannya dengan Kim Jong-un benar-benar bagus.
"Merupakan suatu kehormatan untuk bersama dengan Ketua Kim, suatu kehormatan untuk bersama di Vietnam," kata Trump ketika ia bertemu dengan diktator muda Korut itu.
Kim Jong-un secara luas dianggap sebagai salah satu pemimpin paling represif di dunia dan mempertahankan kekuasaan melalui sistem kamp penjara yang brutal.
Pada 2017, seorang hakim yang selamat dari Auschwitz selama Holocaust mengatakan kamp-kamp penjata Korut sama mengerikannya, atau bahkan lebih buruk, daripada di lihat dan dialaminya di kamp-kamp Nazi. Hakim Thomas Buergenthal membuat pernyataan itu setelah mendengar dari mantan penjaga dan tahanan penjara Korut.
Kim Jong-un juga adalah penguasa negara yang secara teknis masih berperang dengan AS.
Trump sendiri belum memberikan kepastian ketika ditanya apakah dia akan secara resmi menyatakan bahwa perang Korea berakhir sebagai bagian dari negosiasinya dengan Kim Jong-un.
Baca Juga: Ditanya Soal 'Nasib' Perang Korea, Trump Belum Beri Kepastian
Kedua pemimpin berada di Vietnam untuk melanjutkan diskusi yang dimulai di Singapura Juni tahun lalu mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea.
Trump telah menyatakan optimisme bahwa dia dapat meyakinkan Kim Jong-un untuk setuju menyerahkan senjata nuklirnya, tetapi para ahli dan bahkan beberapa sekutunya di Partai Republik di Kongres telah menyatakan keraguannya.
Senator Republik Marco Rubio pada hari Rabu mentwee: "Saya harap #TrumpKimSummit sukses. Saya khawatir itu akan menjadi kegagalan yang berbahaya."
Pada 2017, Trump dan Kim Jong-un saling mengumbar ancaman dan hinaan, memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik. Namun, mereka mengubah nada bicara pada tahun 2018, yang berujung pada pertemuan pertama bersejarah di Singapura yang berlanjut pada pertemuan kedua yang saat ini dihelat di Hanoi, Vietnam.
(ian)