Disanksi AS, Iran Siap Berikan Kejutan kepada Trump
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran , Mohammad Javad Zarif mengatakan, langkah-langkah Teheran untuk meredam dampak sanksi Amerika Serikat (AS) akan membuat Presiden Donald Trump terkejut.
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Swiss Basler Zeitung, Zarif merujuk pada ancaman AS untuk memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol. Ia mengatakan tidak realistis untuk berpikir Washington dapat mengecualikan Iran dari pasar minyak.
Namun, katanya, bahkan jika semua pelanggan minyak mentah Iran memutuskan untuk tunduk pada tekanan AS, Teheran memiliki cara lain yang bisa digunakan.
Diminta untuk mengungkapkan apa artinya itu, Zarif berkata: “Saya tidak akan mengatakan itu. Trump menyukai elemen kejutan, jadi kami akan menghiburnya."
Menanggapi pertanyaan tentang berapa lama Iran akan tetap dalam kesepakatan nuklir 2015 dalam keadaan saat ini, Zarif mengatakan: “Itu tergantung pada kehendak bangsa Iran. Ada minoritas vokal yang menentang kesepakatan itu. Tetapi ketika orang menjadi lebih marah, itu bisa segera menjadi mayoritas."
“Namun, menurut sebuah survei, 51 persen warga mendukung kami untuk tetap dalam perjanjian. Tapi kita tidak bisa mengesampingkan kehendak rakyat,” tambahnya seperti disitir dari Press TV, Minggu (24/2/2019).
Pada bulan Mei 2018, Trump secara sepihak menarik negaranya dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), dan memberlakukan apa yang disebutnya sanksi "terberat" terhadap Republik Islam.
Pada tanggal 31 Januari, Prancis, Jerman, dan Inggris meluncurkan mekanisme pembayaran khusus bernama Instrumen dalam Mendukung Pertukaran Perdagangan (INSTEX) dalam upaya untuk melindungi hubungan bisnis Eropa dengan Teheran dengan menghindari sanksi larangan Amerika.
Special Purpose Vehicle (SPV) pada awalnya dimaksudkan untuk digunakan untuk menjual makanan, obat-obatan dan peralatan medis ke Iran, tetapi dapat diperluas untuk mencakup bidang perdagangan lainnya di masa depan.
“Ketika AS menarik diri dari perjanjian nuklir, negara-negara lain menandatangani serangkaian komitmen, yang mencakup 12 poin. Mekanisme keuangan ini bukan salah satunya; itu hanya prasyarat untuk pelaksanaan janji-janji itu,” terang Zarif.
“Kesepakatan nuklir menyediakan normalisasi hubungan ekonomi (antara Iran dan dunia). Sistem perdagangan barter seperti INSTEX bukanlah normalisasi,” tambahnya.
“Kami siap untuk hidup dengan itu, karena kami tidak ingin meminta terlalu banyak dari para mitra di Eropa. Tetapi INSTEX pertama-tama belum beroperasi, kedua pembangunannya memakan waktu sembilan bulan. Dan ketiga, pasti ada uang di sana,” sambungnya.
“Uang hanya akan ada di sana ketika ada perdagangan, kesepakatan minyak, dan investasi di Iran. Itu yang dibutuhkan," tukasnya.
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Swiss Basler Zeitung, Zarif merujuk pada ancaman AS untuk memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol. Ia mengatakan tidak realistis untuk berpikir Washington dapat mengecualikan Iran dari pasar minyak.
Namun, katanya, bahkan jika semua pelanggan minyak mentah Iran memutuskan untuk tunduk pada tekanan AS, Teheran memiliki cara lain yang bisa digunakan.
Diminta untuk mengungkapkan apa artinya itu, Zarif berkata: “Saya tidak akan mengatakan itu. Trump menyukai elemen kejutan, jadi kami akan menghiburnya."
Menanggapi pertanyaan tentang berapa lama Iran akan tetap dalam kesepakatan nuklir 2015 dalam keadaan saat ini, Zarif mengatakan: “Itu tergantung pada kehendak bangsa Iran. Ada minoritas vokal yang menentang kesepakatan itu. Tetapi ketika orang menjadi lebih marah, itu bisa segera menjadi mayoritas."
“Namun, menurut sebuah survei, 51 persen warga mendukung kami untuk tetap dalam perjanjian. Tapi kita tidak bisa mengesampingkan kehendak rakyat,” tambahnya seperti disitir dari Press TV, Minggu (24/2/2019).
Pada bulan Mei 2018, Trump secara sepihak menarik negaranya dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), dan memberlakukan apa yang disebutnya sanksi "terberat" terhadap Republik Islam.
Pada tanggal 31 Januari, Prancis, Jerman, dan Inggris meluncurkan mekanisme pembayaran khusus bernama Instrumen dalam Mendukung Pertukaran Perdagangan (INSTEX) dalam upaya untuk melindungi hubungan bisnis Eropa dengan Teheran dengan menghindari sanksi larangan Amerika.
Special Purpose Vehicle (SPV) pada awalnya dimaksudkan untuk digunakan untuk menjual makanan, obat-obatan dan peralatan medis ke Iran, tetapi dapat diperluas untuk mencakup bidang perdagangan lainnya di masa depan.
“Ketika AS menarik diri dari perjanjian nuklir, negara-negara lain menandatangani serangkaian komitmen, yang mencakup 12 poin. Mekanisme keuangan ini bukan salah satunya; itu hanya prasyarat untuk pelaksanaan janji-janji itu,” terang Zarif.
“Kesepakatan nuklir menyediakan normalisasi hubungan ekonomi (antara Iran dan dunia). Sistem perdagangan barter seperti INSTEX bukanlah normalisasi,” tambahnya.
“Kami siap untuk hidup dengan itu, karena kami tidak ingin meminta terlalu banyak dari para mitra di Eropa. Tetapi INSTEX pertama-tama belum beroperasi, kedua pembangunannya memakan waktu sembilan bulan. Dan ketiga, pasti ada uang di sana,” sambungnya.
“Uang hanya akan ada di sana ketika ada perdagangan, kesepakatan minyak, dan investasi di Iran. Itu yang dibutuhkan," tukasnya.
(ian)