Anak Muda Indonesia Tampil di World Economic Forum Davos
A
A
A
DAVOS - Selain petinggi negara, politisi, dan pemimpin bisnis, Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, juga memberikan panggung untuk anak-anak muda, termasuk dari Indonesia.
Kehadiran sosok-sosok muda itu pun mengikis anggapan bahwa WEF hanyalah event untuk kalangan berduit. Maklum, penyelenggaraan event tahunan yang kali ini dihelat pada 22–25 Januari itu selalu digelar di resor mewah di Davos. Status event berkelas pada ajang yang diinisiasi oleh Klaus Schwab itu juga terlihat dari fasilitas yang digunakan oleh para tamu undangan.
Menurut The Guardian, tidak kurang dari 1.500 unit pesawat jet pribadi terbang ke Davos untuk membawa delegasi WEF. Angka tersebut naik 11% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Namun terlepas dari itu semua, ada kebanggaan tersendiri karena delegasi Indonesia mampu menarik perhatian melalui Indonesia Pavilion di acara tersebut. Selain itu yang juga membanggakan adalah ditunjuknya pendiri Queenrides.com, Iim Fahima Jachja, sebagai satu dari sembilan anak muda yang masuk Young World Changer 2019 versi WEF.
“Bertentangan dengan dugaan bahwa Davos identik dengan elite global, sebenarnya pertemuan ini juga dihadiri beragam kelompok, mulai dari juara demokrasi hingga pendidik. Mereka akan berbagi ide dan mencari cara untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” ungkap WEF seperti dikutip dari situs resmi mereka, weforum.org,kemarin.
Pada hari pertama, Iim bertemu dan berbincang dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, pendiri WEF Profesor Klaus Schwab yang juga seorang ekonom ternama Jerman, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Dia juga berkesempatan bertemu dengan banyak ahli dan mendengarkan hasil riset mereka.
Meski bergelut di bidang jasa keselamatan berkendara, Iim tetap menggantungkan cita-cita luhur. Dia berharap dunia akan terbebas dari diskriminasi dan ketidakadilan ekonomi. Saat ini kelompok tertentu di beberapa negara masih dipandang sebelah mata, baik itu kelompok disabilitas, perempuan, ataupun anak-anak kecil.
“Dunia yang lebih baik itu adalah dunia yang bersahabat dengan orang-orang lemah dan terpinggirkan. Semua orang harus mendapatkan kesempatan yang sama,” ujar Iim. Melalui Queensrides, Iim juga berjuang memperdayakan perempuan agar dapat berkendara secara aman mengingat angka kecelakaan sangat tinggi.
WEF juga melontarkan pujian kepada Iim yang berhasil membantu pengendara perempuan di seluruh kawasan Indonesia secara baik. Queenrides didirikan pada 2016 dan menjadi institusi nasional yang memberikan perhatian khusus pada pengendara perempuan. Maklum, industri automotif adalah industri yang maskulin.
Sesuai dengan tema tahun ini, pertemuan tahunan WEF fokus pada revolusi industri 4.0. Menurut Iim, dengan tingginya tren kendaraan otonom dan tanpa sopir, para tamu undangan WEF berdiskusi dan bersemangat membahas berbagai aspek yang masih perlu dipenuhi dan dibenahi sebelum teknologi itu dapat diterapkan.
“Saya sendiri akan menyampaikan kondisi infrastruktur di negara berkembang yang belum tertata rapi,” kata Iim sesaat sebelum tampil di WEF. Selain Iim, pemimpin muda dunia lainnya yang masuk Young World Changer 2019 adalah Daniella Ballou-Aares (AS), Ernest Darkoh (Afrika Selatan), Mohammed Hassan Mohamud (Kenya), Toby Norman (Inggris), Kennedy Odede (Kenya), Debbie Aung Din Taylor (Myanmar), Hicham Sabir (AS), dan Alexandra Winkler Osorio (Venezuela).
Secara keseluruhan, Pertemuan Tahunan WEF 2019 dihadiri lebih dari 3.000 pemimpin dari seluruh penjuru dunia, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel. Jumlah partisipan terbanyak berasal dari Eropa Barat, yakni 1.159 orang. Sebanyak 22% tamu yang hadir berasal dari kalangan perempuan, naik 1% dari tahun lalu.
Pertemuan Tahunan WEF kali ini kembali dimanfaatkan Indonesia tidak hanya untuk mempromosikan investasi dan peluang bisnis, tapi juga melakukan sosialisasi kemajuan inovasi dan startup. Hal itu diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan memperluas lapangan kerja.
“Selain itu arus investasi dan perdagangan di sektor publik dan swasta diharapkan dapat meningkat,” ujar Wakil Tetap RI untuk PBB dan WTO di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib.
Indonesia juga menggelar Indonesia Pavilion yang berisi workshop, ministerial briefing, networking, one on one meeting, dan tech showcase. Di paviliun itu sejumlah perusahaan Indonesia berpartisipasi, di antaranya Astra Internasional, Indofood, Tokopedia, Kalbe, WIR, Gajah Tunggal, Angkasa Pura, Grab, Javara, dan Kapal Api.
Selain itu Indonesia menggelar Indonesia Night untuk memperluas dan mendorong investasi industri 4.0 serta menciptakan branding lokal. “Indonesia Night bukan sekadar promosi postur dan profil Indonesia, melainkan juga momentum untuk mengetengahkan masa depan Indonesia di tataran global. Indonesia Night membuka peluang untuk meningkatkan hubungan antar-pemangku kepentingan. Mereka dapat mengeksplorasi setiap potensi," kata Kleib.
Pertemuan Tahunan WEF merupakan forum ekonomi dunia yang dihadiri para pemangku kepentingan dari berbagai bidang, mulai dari kepala negara atau pemerintahan, menteri, CEO perusahaan besar, ahli atau akademisi ekonomi dunia hingga tokoh civil society dan media. Pertemuan kali ini dihadiri 65 kepala negara.
Kehadiran sosok-sosok muda itu pun mengikis anggapan bahwa WEF hanyalah event untuk kalangan berduit. Maklum, penyelenggaraan event tahunan yang kali ini dihelat pada 22–25 Januari itu selalu digelar di resor mewah di Davos. Status event berkelas pada ajang yang diinisiasi oleh Klaus Schwab itu juga terlihat dari fasilitas yang digunakan oleh para tamu undangan.
Menurut The Guardian, tidak kurang dari 1.500 unit pesawat jet pribadi terbang ke Davos untuk membawa delegasi WEF. Angka tersebut naik 11% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Namun terlepas dari itu semua, ada kebanggaan tersendiri karena delegasi Indonesia mampu menarik perhatian melalui Indonesia Pavilion di acara tersebut. Selain itu yang juga membanggakan adalah ditunjuknya pendiri Queenrides.com, Iim Fahima Jachja, sebagai satu dari sembilan anak muda yang masuk Young World Changer 2019 versi WEF.
“Bertentangan dengan dugaan bahwa Davos identik dengan elite global, sebenarnya pertemuan ini juga dihadiri beragam kelompok, mulai dari juara demokrasi hingga pendidik. Mereka akan berbagi ide dan mencari cara untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” ungkap WEF seperti dikutip dari situs resmi mereka, weforum.org,kemarin.
Pada hari pertama, Iim bertemu dan berbincang dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, pendiri WEF Profesor Klaus Schwab yang juga seorang ekonom ternama Jerman, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Dia juga berkesempatan bertemu dengan banyak ahli dan mendengarkan hasil riset mereka.
Meski bergelut di bidang jasa keselamatan berkendara, Iim tetap menggantungkan cita-cita luhur. Dia berharap dunia akan terbebas dari diskriminasi dan ketidakadilan ekonomi. Saat ini kelompok tertentu di beberapa negara masih dipandang sebelah mata, baik itu kelompok disabilitas, perempuan, ataupun anak-anak kecil.
“Dunia yang lebih baik itu adalah dunia yang bersahabat dengan orang-orang lemah dan terpinggirkan. Semua orang harus mendapatkan kesempatan yang sama,” ujar Iim. Melalui Queensrides, Iim juga berjuang memperdayakan perempuan agar dapat berkendara secara aman mengingat angka kecelakaan sangat tinggi.
WEF juga melontarkan pujian kepada Iim yang berhasil membantu pengendara perempuan di seluruh kawasan Indonesia secara baik. Queenrides didirikan pada 2016 dan menjadi institusi nasional yang memberikan perhatian khusus pada pengendara perempuan. Maklum, industri automotif adalah industri yang maskulin.
Sesuai dengan tema tahun ini, pertemuan tahunan WEF fokus pada revolusi industri 4.0. Menurut Iim, dengan tingginya tren kendaraan otonom dan tanpa sopir, para tamu undangan WEF berdiskusi dan bersemangat membahas berbagai aspek yang masih perlu dipenuhi dan dibenahi sebelum teknologi itu dapat diterapkan.
“Saya sendiri akan menyampaikan kondisi infrastruktur di negara berkembang yang belum tertata rapi,” kata Iim sesaat sebelum tampil di WEF. Selain Iim, pemimpin muda dunia lainnya yang masuk Young World Changer 2019 adalah Daniella Ballou-Aares (AS), Ernest Darkoh (Afrika Selatan), Mohammed Hassan Mohamud (Kenya), Toby Norman (Inggris), Kennedy Odede (Kenya), Debbie Aung Din Taylor (Myanmar), Hicham Sabir (AS), dan Alexandra Winkler Osorio (Venezuela).
Secara keseluruhan, Pertemuan Tahunan WEF 2019 dihadiri lebih dari 3.000 pemimpin dari seluruh penjuru dunia, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel. Jumlah partisipan terbanyak berasal dari Eropa Barat, yakni 1.159 orang. Sebanyak 22% tamu yang hadir berasal dari kalangan perempuan, naik 1% dari tahun lalu.
Pertemuan Tahunan WEF kali ini kembali dimanfaatkan Indonesia tidak hanya untuk mempromosikan investasi dan peluang bisnis, tapi juga melakukan sosialisasi kemajuan inovasi dan startup. Hal itu diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan memperluas lapangan kerja.
“Selain itu arus investasi dan perdagangan di sektor publik dan swasta diharapkan dapat meningkat,” ujar Wakil Tetap RI untuk PBB dan WTO di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib.
Indonesia juga menggelar Indonesia Pavilion yang berisi workshop, ministerial briefing, networking, one on one meeting, dan tech showcase. Di paviliun itu sejumlah perusahaan Indonesia berpartisipasi, di antaranya Astra Internasional, Indofood, Tokopedia, Kalbe, WIR, Gajah Tunggal, Angkasa Pura, Grab, Javara, dan Kapal Api.
Selain itu Indonesia menggelar Indonesia Night untuk memperluas dan mendorong investasi industri 4.0 serta menciptakan branding lokal. “Indonesia Night bukan sekadar promosi postur dan profil Indonesia, melainkan juga momentum untuk mengetengahkan masa depan Indonesia di tataran global. Indonesia Night membuka peluang untuk meningkatkan hubungan antar-pemangku kepentingan. Mereka dapat mengeksplorasi setiap potensi," kata Kleib.
Pertemuan Tahunan WEF merupakan forum ekonomi dunia yang dihadiri para pemangku kepentingan dari berbagai bidang, mulai dari kepala negara atau pemerintahan, menteri, CEO perusahaan besar, ahli atau akademisi ekonomi dunia hingga tokoh civil society dan media. Pertemuan kali ini dihadiri 65 kepala negara.
(don)