Investigator Klaim Malaysia Airlines MH370 Dibajak 2 Penumpang

Kamis, 24 Januari 2019 - 01:57 WIB
Investigator Klaim Malaysia...
Investigator Klaim Malaysia Airlines MH370 Dibajak 2 Penumpang
A A A
SYDNEY - Para investigator Australia mengklaim pesawat Malaysia Airlines MH370 hilang misterius 8 Maret 2014 karena dibajak dua penumpang ilegal asal Iran. Para penyelidik juga menyalahkan pihak maskapai yang tidak berbuat banyak dan memberikan informasi yang menyesatkan.

Pesawat MH370 pada saat itu sedang melakukan perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing dengan membawa 239 orang di dalamnya.

Pesawat tipe Boeing 777 terakhir berkomunikasi dengan pengontrol lalu lintas udara pada pukul 1.19 pagi sebelum transponder pesawat dimatikan. Beberapa menit kemudian, pesawat itu benar-benar menghilang dari layar radar sipil.

Analisis data radar dan satelit menunjukkan pesawat MH370 tiba-tiba berubah arah dan terbang kembali melintasi Malaysia sebelum berbelok ke selatan Penang dan kemudian menuju Samudra Hindia bagian selatan.

Larry Vance, seorang investigator dan pakar penerbangan terkemuka mengklaim insiden itu bukan karena kesalahan.

Pada 2014, polisi di Malaysia menemukan dua penumpang pria bepergian menggunakan pesawat itu menggunakan paspor curian.

Lance mengungkapkan selama penyelidikan oleh tim investigasi terkemuka Australia, Four Corners, bahwa dia percaya kedua warga negara Iran ini telah membajak pesawat tersebut. Penungkapan itu muncul dalam video dokumenter berjudul; "MH370: Lost"

Satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk bagaimana transponder dimatikan adalah bahwa seseorang melakukannya dengan sengaja.

"Ini mudah dilakukan, yang perlu Anda lakukan adalah memutar sakelar," katanya.

David Learmount, pakar penerbangan lain yang mempelajari pesawat yang hilang itu, mengklaim sistem komunikasi kedua—Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) juga dimatikan.

"ACARS adalah tautan data antara pesawat dan darat," ujarnya. "Untuk menonaktifkannya sepenuhnya, Anda harus turun ke bagian bawah pesawat dan benar-benar mencabut stekernya.'

Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, terorisme menimbulkan "risiko serius" di Malaysia.

Ada beberapa kelompok militan yang aktif termasuk ISIS dan Abu Sayaff dan negara itu telah dalam kondisi "siaga tinggi" sejak 2014.

Teroris diketahui menargetkan sistem komunikasi pesawat, termasuk para pembajak pesawat dalam serangan 11 september 2001 atau 9/11, yang juga mematikan transponder.

Namun pada tahun 2014, pakar keselamatan penerbangan John Cox tidak percaya pesawat MH370 dibajak.

Pada tahun 2014, Cox mengatakan; "Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab untuk itu, tidak ada permintaan yang dibuat setelahnya dan tidak ada orang yang mengungkapkan bahwa mereka telah mengambilnya."

Investigasi terhadap dua penumpang ilegal itu mendapati mereka tidak memiliki hubungan dengan kelompok teroris mana pun.

Tim Four Corners menunjuk perbedaan antara analisis data satelit dan radar. Analisis data radar mengungkapkan bahwa MH370 tiba-tiba berubah arah, saat terbang kembali melintasi Malaysia dan menuju ke arah Samudra Hindia bagian selatan.

Tetapi, 40 menit setelah pesawat check in untuk yang terakhir kalinya pada pukul 01.19 pagi pada tanggal 8 Maret 2014, seorang staf Malaysia Airlines mengatakan kepada pengontrol lalu lintas udara bahwa Boeing berada di wilayah udara Kamboja.

Maskapai mengonfirmasi bahwa MH370 berada di wilayah udara Kamboja 13 menit kemudian, pukul 02.15 pagi, dan lagi pukul 02.35 pagi sembari memberikan koordinat.

“Malaysia Airlines tidak hanya merilis informasi yang menyesatkan, tetapi mereka juga melakukannya bahkan sebelum mencoba menghubungi MH370. Mereka tidak melakukan upaya pertama sampai pukul 02.39 pagi," kata tim investigasi tersebut yang dilansir Daily Express, Rabu (23/1/2019)

Maskapai juga menyampaikan koreksi bahwa pesawat yang hilang diasumsikan berada di wilayah udara Kamboja hingga pukul 03.30 pagi. Baru saat itulah pencarian dimulai.

“Pusat Operasi Malaysia Airlines memberi tahu Pusat Kontrol Lalu Lintas Udara Kuala Lumpur bahwa informasi pelacak penerbangan didasarkan pada proyeksi penerbangan dan tidak dapat diandalkan untuk penentuan posisi pesawat. Dua jam kemudian berlalu sampai Kuala Lumpur mengaktifkan Pencarian dan Penyelamatan Udara," klaim tim Four Corners.

Pencarian bawah laut yang meluas tidak membuahkan hasil, meskipun potongan puing Boeing yang hancur telah ditemukan di lepas pantai Madagaskar dan Australia.

Setelah empat tahun upaya yang gagal untuk menemukan pesawat itu, pemerintah Malaysia membatalkan pencariannya pada Mei 2018, mengakui bahwa mereka tidak tahu apa yang terjadi pada pesawat itu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1520 seconds (0.1#10.140)