China Akan Hukum Ilmuwan Pengedit Gen Bayi Kembar
A
A
A
BEIJING - Investigator China telah menentukan bahwa ilmuwan di balik kelahiran dua bayi kembar gennya telah diedit dengan harapan membuat mereka kebal terhadap virus AIDS bertindak sendiri. Ilmuwan itu akan dihukum atas pelanggaran yang dia lakukan.
Para penyelidik di provinsi Guangdong menetapkan bahwa Dr He Jiankui mengorganisir dan menangani dana untuk eksperimen tanpa bantuan dari luar. Namun, kegiatannya dinyatakan melanggar pedoman nasional.
Media pemerintah, Xinhua, melaporkan ada tiga eksperimen yang dilakukan He. Pertama, menghasilkan kelahiran bayi kembar Lulu dan Nana. Eksperimen kedua menghasilkan embrio yang belum lahir. Sedangkan eksperimen ketiga terhadap lima calon embrio tidak menghasilkan fertilisasi.
Hasil eksperimen He tetap di bawah pengawasan medis dengan kunjungan rutin dipantau oleh departemen kesehatan pemerintah. Laporan media pemerintah itu tidak merinci hukum mana yang dilanggar He.
"Perilaku ini secara serius melanggar etika dan integritas penelitian ilmiah, merupakan pelanggaran serius terhadap peraturan nasional yang relevan dan menciptakan pengaruh buruk di dalam dan luar negeri," tulis Xinhua, yang dikutip Selasa (22/1/2019) malam.
He dilaporkan pernah menghadiri pertemuan elite di Berkeley, California, pada 2017 di mana para ilmuwan dan ahli etika membahas teknologi yang telah mengguncang bidang tersebut ke intinya, yakni alat yang muncul untuk "mengedit" gen atau string DNA yang membentuk cetak biru kehidupan.
He mengadopsi alat yang disebut CRISPR tersebut, dan tahun lalu mengguncang sebuah konferensi internasional dengan klaim bahwa dia telah membantu "menciptakan" bayi pertama di dunia dengan gen yang diedit.
Otoritas China telah menghentikan eksperimen He setelah klaim kontoversial itu muncul.
Pengeditan gen untuk keperluan reproduksi secara efektif dilarang di Amerika Serikat (AS) dan sebagian besar di Eropa. Di China, pedoman menteri melarang penelitian embrio yang melanggar prinsip etika atau moral.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada tahun lalu agensinya mengumpulkan para ahli untuk mempertimbangkan dampak kesehatan dari pengeditan gen.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pengeditan gen tidak bisa hanya dilakukan tanpa pedoman yang jelas. "Para ahli harus mulai dari clean sheet dan memeriksa semuanya," katanya.
"Kami memiliki bagian besar dari populasi kami yang mengatakan, 'Jangan menyentuh'," kata Tedros kepada wartawan. “Kita harus sangat, sangat hati-hati, dan kelompok kerja akan melakukan itu," ujarnya.
Para penyelidik di provinsi Guangdong menetapkan bahwa Dr He Jiankui mengorganisir dan menangani dana untuk eksperimen tanpa bantuan dari luar. Namun, kegiatannya dinyatakan melanggar pedoman nasional.
Media pemerintah, Xinhua, melaporkan ada tiga eksperimen yang dilakukan He. Pertama, menghasilkan kelahiran bayi kembar Lulu dan Nana. Eksperimen kedua menghasilkan embrio yang belum lahir. Sedangkan eksperimen ketiga terhadap lima calon embrio tidak menghasilkan fertilisasi.
Hasil eksperimen He tetap di bawah pengawasan medis dengan kunjungan rutin dipantau oleh departemen kesehatan pemerintah. Laporan media pemerintah itu tidak merinci hukum mana yang dilanggar He.
"Perilaku ini secara serius melanggar etika dan integritas penelitian ilmiah, merupakan pelanggaran serius terhadap peraturan nasional yang relevan dan menciptakan pengaruh buruk di dalam dan luar negeri," tulis Xinhua, yang dikutip Selasa (22/1/2019) malam.
He dilaporkan pernah menghadiri pertemuan elite di Berkeley, California, pada 2017 di mana para ilmuwan dan ahli etika membahas teknologi yang telah mengguncang bidang tersebut ke intinya, yakni alat yang muncul untuk "mengedit" gen atau string DNA yang membentuk cetak biru kehidupan.
He mengadopsi alat yang disebut CRISPR tersebut, dan tahun lalu mengguncang sebuah konferensi internasional dengan klaim bahwa dia telah membantu "menciptakan" bayi pertama di dunia dengan gen yang diedit.
Otoritas China telah menghentikan eksperimen He setelah klaim kontoversial itu muncul.
Pengeditan gen untuk keperluan reproduksi secara efektif dilarang di Amerika Serikat (AS) dan sebagian besar di Eropa. Di China, pedoman menteri melarang penelitian embrio yang melanggar prinsip etika atau moral.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada tahun lalu agensinya mengumpulkan para ahli untuk mempertimbangkan dampak kesehatan dari pengeditan gen.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pengeditan gen tidak bisa hanya dilakukan tanpa pedoman yang jelas. "Para ahli harus mulai dari clean sheet dan memeriksa semuanya," katanya.
"Kami memiliki bagian besar dari populasi kami yang mengatakan, 'Jangan menyentuh'," kata Tedros kepada wartawan. “Kita harus sangat, sangat hati-hati, dan kelompok kerja akan melakukan itu," ujarnya.
(mas)