Sosok Menteri Utama Skotlandia, Tajam namun Lembut
A
A
A
Menteri Utama Skotlandia Nicola Sturgeon dikenal sebagai sosok “berbahaya” dalam dunia perpolitikan Britania Raya (United Kingdom). Dia disebut sebagai politikus yang berani dan tajam serta tidak takut pada apa pun yang dilontarkannya.
Dikutip Telegraph, pada masa awal menduduki jabatan politik, dia memiliki reputasi sebagai politikus yang terlalu serius dan berlidah tajam. Bahkan, saat itu dia mendapat julukan nippy sweetie, istilah orang Skotlandia untuk menyebut orang, khususnya perempuan, yang lidahnya tajam alias omongannya nyelekit.
Belakangan, Nicola membela diri atas julukan itu. Dikutip Scotsman, dia menjelaskan bahwa keputusannya berlidah tajam dan galak saat itu demi menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja maskulin yang mayoritas diisi laki-laki. Namun, kemudian Nicola menyadari kekeliruannya itu.
“Kalau laki-laki bersikap seperti itu, orang akan menganggapnya sebagai pemimpin yang kuat. Namun jika perempuan yang melakukannya, dia akan dianggap bossy dengan suara melengking yang sangat mengganggu,” ungkapnya.
Nicola pun lantas mengubah strateginya. Kini dia tampil lebih tenang dan lembut, meski keberanian dan ketajamannya berpikir tetap terlihat jelas. Perpaduan sifat maskulin dan keibuan yang ada dalam dirinya inilah yang tampaknya membuat karier politik perempuan berusia 48 tahun ini bisa menjulang.
Sejak 2014, dia tidak hanya menjadi Menteri Utama Skotlandia, tapi sekaligus memegang jabatan sebagai Ketua Scottish National Party (SNP), partai berideologi nasionalis dan sosial demokrat. Nicola menjadi perempuan pertama yang berhasil menyandingkan jabatan itu di tangannya.
Perempuan kelahiran Irvine, Skotlandia, pada 19 Juli 1970 ini memang sangat piawai dalam berbicara. Saat terlibat dalam kampanye pemilihan umum 2015 mewakili partainya, dia menjadi bintang dari acara-acara debat melawan para pemimpin partai lainnya. Popularitasnya pun makin melambung di Skotlandia.
Bahkan, ketika dia melakukan tur helikopter sebagai bagian dari kampanye, sempat terjadi adegan emosional dengan wanita yang membawa anak perempuan yang bersikukuh ingin ber-swafoto dengan Nicola.
Masuk Partai Usia 16 Tahun
Cikal bakal kekritisan Nicola sudah terlihat saat remaja. Dia sudah menjadi anggota SNP sejak berusia 16 tahun. Alasannya memilih SNP saat itu karena partai tersebut dianggapnya sebagai “partai pinggiran” di Skotlandia.
Salah satu gurunya menilai bahwa Nicola seperti anak muda kelas pekerja lainnya yang tertarik dengan politik. Tadinya sang guru berpikir bahwa Nicola akan bergabung dengan partai buruh, tetapi ternyata dia memilih partai nasionalis.
Nicola memang lahir dari keluarga sederhana. Dikutip The Sun, dia sebagai putri ketiga dari ayahnya, Robin, yang bekerja sebagai tukang listrik dan ibunya, Joan, yang menjadi perawat gigi sekaligus anggota Dewan SNP di Kota Ayrshire.
Ketertarikan pertamanya dalam dunia politik muncul ketika dia mendengar orang tuanya yang mendukung SNP mendiskusikan referendum 1979. Dia juga menyebut Margareth Tatcher sebagai inspiratornya untuk terjun ke bidang ini.
Dikutip The Guardian, dia belajar di sekolah negeri, kemudian masuk Universitas Glasgow Jurusan Hukum. Setelah lulus, dia bekerja sebagai pengacara di pusat hukum di salah satu perkebunan besar di Glasgow, membantu orang yang menghadapi penggusuran atau masalah dengan pembayaran kesejahteraan.
Setelah itu, dia memasuki Parlemen Skotlandia pada 1999 mewakili Glasgow. Lima tahun kemudian, Nicola menjadi Wakil Ketua Partai SNP. Lalu pada 2007, dia menjadi Wakil Menteri Utama hingga akhirnya menjadi Menteri Utama pada 2014.
Menurut majalah Forbes, berkat kerja kerasnya, Nicola didapuk sebagai perempuan terkuat di dunia dan duduk di posisi ke-50 pada 2016 dan posisi ke-2 di Inggris. Pada 2015, Woman’s Hour dari BBC Radio 4 menilainya sebagai perempuan paling kuat dan berpengaruh di Inggris.
Dikutip Telegraph, pada masa awal menduduki jabatan politik, dia memiliki reputasi sebagai politikus yang terlalu serius dan berlidah tajam. Bahkan, saat itu dia mendapat julukan nippy sweetie, istilah orang Skotlandia untuk menyebut orang, khususnya perempuan, yang lidahnya tajam alias omongannya nyelekit.
Belakangan, Nicola membela diri atas julukan itu. Dikutip Scotsman, dia menjelaskan bahwa keputusannya berlidah tajam dan galak saat itu demi menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja maskulin yang mayoritas diisi laki-laki. Namun, kemudian Nicola menyadari kekeliruannya itu.
“Kalau laki-laki bersikap seperti itu, orang akan menganggapnya sebagai pemimpin yang kuat. Namun jika perempuan yang melakukannya, dia akan dianggap bossy dengan suara melengking yang sangat mengganggu,” ungkapnya.
Nicola pun lantas mengubah strateginya. Kini dia tampil lebih tenang dan lembut, meski keberanian dan ketajamannya berpikir tetap terlihat jelas. Perpaduan sifat maskulin dan keibuan yang ada dalam dirinya inilah yang tampaknya membuat karier politik perempuan berusia 48 tahun ini bisa menjulang.
Sejak 2014, dia tidak hanya menjadi Menteri Utama Skotlandia, tapi sekaligus memegang jabatan sebagai Ketua Scottish National Party (SNP), partai berideologi nasionalis dan sosial demokrat. Nicola menjadi perempuan pertama yang berhasil menyandingkan jabatan itu di tangannya.
Perempuan kelahiran Irvine, Skotlandia, pada 19 Juli 1970 ini memang sangat piawai dalam berbicara. Saat terlibat dalam kampanye pemilihan umum 2015 mewakili partainya, dia menjadi bintang dari acara-acara debat melawan para pemimpin partai lainnya. Popularitasnya pun makin melambung di Skotlandia.
Bahkan, ketika dia melakukan tur helikopter sebagai bagian dari kampanye, sempat terjadi adegan emosional dengan wanita yang membawa anak perempuan yang bersikukuh ingin ber-swafoto dengan Nicola.
Masuk Partai Usia 16 Tahun
Cikal bakal kekritisan Nicola sudah terlihat saat remaja. Dia sudah menjadi anggota SNP sejak berusia 16 tahun. Alasannya memilih SNP saat itu karena partai tersebut dianggapnya sebagai “partai pinggiran” di Skotlandia.
Salah satu gurunya menilai bahwa Nicola seperti anak muda kelas pekerja lainnya yang tertarik dengan politik. Tadinya sang guru berpikir bahwa Nicola akan bergabung dengan partai buruh, tetapi ternyata dia memilih partai nasionalis.
Nicola memang lahir dari keluarga sederhana. Dikutip The Sun, dia sebagai putri ketiga dari ayahnya, Robin, yang bekerja sebagai tukang listrik dan ibunya, Joan, yang menjadi perawat gigi sekaligus anggota Dewan SNP di Kota Ayrshire.
Ketertarikan pertamanya dalam dunia politik muncul ketika dia mendengar orang tuanya yang mendukung SNP mendiskusikan referendum 1979. Dia juga menyebut Margareth Tatcher sebagai inspiratornya untuk terjun ke bidang ini.
Dikutip The Guardian, dia belajar di sekolah negeri, kemudian masuk Universitas Glasgow Jurusan Hukum. Setelah lulus, dia bekerja sebagai pengacara di pusat hukum di salah satu perkebunan besar di Glasgow, membantu orang yang menghadapi penggusuran atau masalah dengan pembayaran kesejahteraan.
Setelah itu, dia memasuki Parlemen Skotlandia pada 1999 mewakili Glasgow. Lima tahun kemudian, Nicola menjadi Wakil Ketua Partai SNP. Lalu pada 2007, dia menjadi Wakil Menteri Utama hingga akhirnya menjadi Menteri Utama pada 2014.
Menurut majalah Forbes, berkat kerja kerasnya, Nicola didapuk sebagai perempuan terkuat di dunia dan duduk di posisi ke-50 pada 2016 dan posisi ke-2 di Inggris. Pada 2015, Woman’s Hour dari BBC Radio 4 menilainya sebagai perempuan paling kuat dan berpengaruh di Inggris.
(don)