DK Sayangkan Keputusan Somalia Usir Utusan Khusus PBB
A
A
A
NEW YORK - Dewan Keamanan (DK) menyayangkan keputusan Somalia untuk mengusir Utusan Khusus PBB di sana. DK PBB mengatakan, mereka mengharapkan kerja sama penuh antara Somalia dan PBB.
Dalam sebuah pernyataan, DK PBB menuturkan, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres telah menyampaikan penyesalannya, menyusul keputusan pemerintah Somalia untuk mengusir Nicholas Haysom. Somalia mengusir Haysom atas tudingan mencampuri urusan dalam negeri mereka.
"Anggota DK menggarisbawahi bahwa 2019 akan menjadi tahun yang kritis bagi Somalia, dan meminta para pemimpinnya untuk bekerja sama untuk memajukan reformasi politik dan keamanan," kata DK PBB, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (7/1).
Meskipun menyesali keputusan Somalia, DK PBB mengatakan masih mendukung upaya masyarakat internasional untuk perdamaian di Somalia, tetapi mengharapkan kerja sama penuh antara Somalia dan PBB.
"Untuk kepentingan menempatkan rakyat Somalia, dan pekerjaan misi PBB di Somalia, ia akan menunjuk seorang Wakil Khusus dan kepala misi baru, pada waktunya," tutup DK PBB, dengan mengutip pernyataan Guterres.
Sebelumnya, pekan lalu Kementerian Luar Negeri Somalia mengatakan, Haysom, tidak diharuskan dan tidak dapat bekerja di Somalia dan yang secara efektif menyatakan persona non grata terhadap Hasyom.
Langkah Somalia itu dilakukan setelah Haysom mengirim surat bertanggal 30 Desember ke Menteri Keamanan Dalam Negeri yang menyatakan keprihatinan atas dugaan keterlibatan pasukan keamanan Somalia yang didukung PBB dalam penangkapan Mukhtar Robow pada 13 Desember, yang menewaskan 15 warga sipil dan penangkapan sekitar 300 orang yang terlibat dalam demonstrasi pada 13, 14, dan 15 Desember.
Dalam surat itu, Haysom meminta penjelasan mengenai dasar hukum penangkapan Robow. Dia juga bertanya tindakan apa yang telah diambil untuk menyelidiki kematian dalam demonstrasi di Baidoa setelah penangkapan Robow. Dia mengatakan bahwa PBB memahami bahwa sebagian besar dari mereka yang ditahan adalah anak-anak.
Robow, orang yang disebut dalam surat itu, adalah seorang mantan militan Shabaab yang tengah berupaya untuk menjadi pemimpin regional di negara itu dalam pemilu yang dibatalkan pada bulan lalu.
Dalam sebuah pernyataan, DK PBB menuturkan, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres telah menyampaikan penyesalannya, menyusul keputusan pemerintah Somalia untuk mengusir Nicholas Haysom. Somalia mengusir Haysom atas tudingan mencampuri urusan dalam negeri mereka.
"Anggota DK menggarisbawahi bahwa 2019 akan menjadi tahun yang kritis bagi Somalia, dan meminta para pemimpinnya untuk bekerja sama untuk memajukan reformasi politik dan keamanan," kata DK PBB, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (7/1).
Meskipun menyesali keputusan Somalia, DK PBB mengatakan masih mendukung upaya masyarakat internasional untuk perdamaian di Somalia, tetapi mengharapkan kerja sama penuh antara Somalia dan PBB.
"Untuk kepentingan menempatkan rakyat Somalia, dan pekerjaan misi PBB di Somalia, ia akan menunjuk seorang Wakil Khusus dan kepala misi baru, pada waktunya," tutup DK PBB, dengan mengutip pernyataan Guterres.
Sebelumnya, pekan lalu Kementerian Luar Negeri Somalia mengatakan, Haysom, tidak diharuskan dan tidak dapat bekerja di Somalia dan yang secara efektif menyatakan persona non grata terhadap Hasyom.
Langkah Somalia itu dilakukan setelah Haysom mengirim surat bertanggal 30 Desember ke Menteri Keamanan Dalam Negeri yang menyatakan keprihatinan atas dugaan keterlibatan pasukan keamanan Somalia yang didukung PBB dalam penangkapan Mukhtar Robow pada 13 Desember, yang menewaskan 15 warga sipil dan penangkapan sekitar 300 orang yang terlibat dalam demonstrasi pada 13, 14, dan 15 Desember.
Dalam surat itu, Haysom meminta penjelasan mengenai dasar hukum penangkapan Robow. Dia juga bertanya tindakan apa yang telah diambil untuk menyelidiki kematian dalam demonstrasi di Baidoa setelah penangkapan Robow. Dia mengatakan bahwa PBB memahami bahwa sebagian besar dari mereka yang ditahan adalah anak-anak.
Robow, orang yang disebut dalam surat itu, adalah seorang mantan militan Shabaab yang tengah berupaya untuk menjadi pemimpin regional di negara itu dalam pemilu yang dibatalkan pada bulan lalu.
(esn)