Bom Meledak Dekat Piramida Giza Mesir, 3 Turis Vietnam Tewas
A
A
A
KAIRO - Tiga turis Vietnam dan seorang pemandu asal Mesir tewas dan sedikitnya 10 lainnya terluka ketika ledakan bom pinggir jalan menghantam bus wisata pada Jumat (28/12/2018). Insiden itu terjadi kurang dari 4 kilometer dari piramida Giza Mesir yang terkenal di dunia.
Setidaknya sembilan turis Vietnam terluka, demikian juga pengemudi Mesir itu, menurut pernyataan resmi.
Seorang saksi Lan Le (41) mengatakan para turis sedang menuju ke pertunjukan musik dan cahaya di piramida, yang telah mereka kunjungi sebelumnya pada hari itu. Le kebetulan juga naik bus yang nahas itu tetapi tidak terluka.
“Kami pergi ke pertunjukan musik dan cahaya dan kemudian tiba-tiba kami mendengar bom. Itu mengerikan, orang-orang menjerit,” katanya seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (29/12/2018).
"Aku tidak ingat apa pun setelahnya," imbuh Le yang berbicara di rumah sakit Al Haram, di mana korban luka dibawa untuk mendapatkan perawatan.
Kementerian dalam negeri Mesir mengatakan bus itu hantam oleh ledakan dari bom rakitan yang disembunyikan di dekat dinding sekitar pukul 18.15 waktu setempat.
Sekitar dua jam kemudian kendaraan itu berada di belakang penjagaan polisi dengan salah satu sisinya rusak parah dan jendela-jendela pecah.
Lusinan polisi, militer, dan petugas pemadam kebakaran berada di lokasi itu, di sebuah jalan sempit di dekat jalan lingkar, tempat lalu lintas bergerak normal.
Tak lama kemudian, para pekerja membawa sebuah truk pick-up untuk menarik bus pergi.
Seorang penyelidik di tempat kejadian mengatakan alat itu kemungkinan ditanam di dekat dinding.
Kementerian dalam negeri mengkonfirmasi kematian dua turis, dan kantor kejaksaan negara bagian kemudian mengatakan turis ketiga telah meninggal. Total ada 14 turis Vietnam tengah bepergian dengan bus, katanya.
Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly mengatakan kepada TV lokal dari rumah sakit al Haram bahwa pemandu wisata itu meninggal karena luka-lukanya.
"Bus menyimpang dari rute yang diamankan oleh pasukan keamanan," kata Madbouly kepada saluran Extra News, sebuah pernyataan juga dibuat oleh pemilik perusahaan yang mengatur tur bus.
"Kami telah melakukan kontak dengan kedutaan Vietnam untuk mengetahui dampak dari insiden tersebut, dan yang penting sekarang adalah merawat yang terluka," kata perdana menteri.
Sopir bus itu kemudian memberi tahu media setempat bahwa dia tidak menyimpang dari rute.
Serangan bom itu adalah yang pertama terhadap wisatawan asing di Mesir selama lebih dari setahun dan terjadi ketika sektor pariwisata, sumber penting pendapatan mata uang asing, pulih dari penurunan tajam dalam jumlah pengunjung sejak pemberontakan 2011.
Hingga saat ini tidak kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok ekstrimis Islam, termasuk gerilyawan yang memiliki hubungan dengan Negara Islam, sangat aktif di Mesir dan telah menargetkan pengunjung asing di masa lalu.
Tentara dan polisi Mesir melancarkan kampanye besar-besaran terhadap kelompok-kelompok militan pada bulan Februari, menargetkan Semenanjung Sinai serta daerah selatan dan perbatasan dengan Libya.
Pemerintah mengatakan memerangi militan Islam adalah prioritas karena berupaya mengembalikan stabilitas setelah tahun-tahun kekacauan yang terjadi setelah protes "Arab Spring" tahun 2011.
Peristiwa-peristiwa itu dan pemboman sebuah pesawat Rusia tak lama setelah lepas landas dari Sharm el Sheikh pada 2015 menyebabkan jumlah wisatawan anjlok.
Serangan mematikan terakhir terhadap wisatawan asing di Mesir adalah pada bulan Juli 2017, ketika dua orang Jerman ditikam hingga mati di resor Laut Merah Hurghada.
Setidaknya sembilan turis Vietnam terluka, demikian juga pengemudi Mesir itu, menurut pernyataan resmi.
Seorang saksi Lan Le (41) mengatakan para turis sedang menuju ke pertunjukan musik dan cahaya di piramida, yang telah mereka kunjungi sebelumnya pada hari itu. Le kebetulan juga naik bus yang nahas itu tetapi tidak terluka.
“Kami pergi ke pertunjukan musik dan cahaya dan kemudian tiba-tiba kami mendengar bom. Itu mengerikan, orang-orang menjerit,” katanya seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (29/12/2018).
"Aku tidak ingat apa pun setelahnya," imbuh Le yang berbicara di rumah sakit Al Haram, di mana korban luka dibawa untuk mendapatkan perawatan.
Kementerian dalam negeri Mesir mengatakan bus itu hantam oleh ledakan dari bom rakitan yang disembunyikan di dekat dinding sekitar pukul 18.15 waktu setempat.
Sekitar dua jam kemudian kendaraan itu berada di belakang penjagaan polisi dengan salah satu sisinya rusak parah dan jendela-jendela pecah.
Lusinan polisi, militer, dan petugas pemadam kebakaran berada di lokasi itu, di sebuah jalan sempit di dekat jalan lingkar, tempat lalu lintas bergerak normal.
Tak lama kemudian, para pekerja membawa sebuah truk pick-up untuk menarik bus pergi.
Seorang penyelidik di tempat kejadian mengatakan alat itu kemungkinan ditanam di dekat dinding.
Kementerian dalam negeri mengkonfirmasi kematian dua turis, dan kantor kejaksaan negara bagian kemudian mengatakan turis ketiga telah meninggal. Total ada 14 turis Vietnam tengah bepergian dengan bus, katanya.
Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly mengatakan kepada TV lokal dari rumah sakit al Haram bahwa pemandu wisata itu meninggal karena luka-lukanya.
"Bus menyimpang dari rute yang diamankan oleh pasukan keamanan," kata Madbouly kepada saluran Extra News, sebuah pernyataan juga dibuat oleh pemilik perusahaan yang mengatur tur bus.
"Kami telah melakukan kontak dengan kedutaan Vietnam untuk mengetahui dampak dari insiden tersebut, dan yang penting sekarang adalah merawat yang terluka," kata perdana menteri.
Sopir bus itu kemudian memberi tahu media setempat bahwa dia tidak menyimpang dari rute.
Serangan bom itu adalah yang pertama terhadap wisatawan asing di Mesir selama lebih dari setahun dan terjadi ketika sektor pariwisata, sumber penting pendapatan mata uang asing, pulih dari penurunan tajam dalam jumlah pengunjung sejak pemberontakan 2011.
Hingga saat ini tidak kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok ekstrimis Islam, termasuk gerilyawan yang memiliki hubungan dengan Negara Islam, sangat aktif di Mesir dan telah menargetkan pengunjung asing di masa lalu.
Tentara dan polisi Mesir melancarkan kampanye besar-besaran terhadap kelompok-kelompok militan pada bulan Februari, menargetkan Semenanjung Sinai serta daerah selatan dan perbatasan dengan Libya.
Pemerintah mengatakan memerangi militan Islam adalah prioritas karena berupaya mengembalikan stabilitas setelah tahun-tahun kekacauan yang terjadi setelah protes "Arab Spring" tahun 2011.
Peristiwa-peristiwa itu dan pemboman sebuah pesawat Rusia tak lama setelah lepas landas dari Sharm el Sheikh pada 2015 menyebabkan jumlah wisatawan anjlok.
Serangan mematikan terakhir terhadap wisatawan asing di Mesir adalah pada bulan Juli 2017, ketika dua orang Jerman ditikam hingga mati di resor Laut Merah Hurghada.
(ian)