Studi Ungkap Orang Beragama Lebih Panjang Umur Dibanding Ateis
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah studi obituari Amerika Serikat (AS) yang baru menemukan bahwa orang-orang dengan afiliasi keagamaan hidup hampir empat tahun lebih lama daripada mereka yang tidak menganut agama apapun.Tambahan empat tahun, ditemukan dalam analisis lebih dari 1.000 berita kematian dari seluruh negeri, dihitung setelah memperhitungkan jenis kelamin dan status perkawinan mereka yang meninggal, dua faktor yang memiliki efek kuat pada umur.Namun, menurut Laura Wallace, salah satu peneliti dalam studi ini menuturkan, afiliasi terhadap agama memiliki efek yang sama dengan gender dan status perkawinan, dalam masalah umur."Afiliasi agama memiliki pengaruh yang hampir sama kuatnya pada umur panjang seperti halnya gender, yang merupakan masalah tahun kehidupan," kata wanita yang saat ini menjadi mahasiswa doktoral bidang psikologi di The Ohio State University itu.Dalam studi yang telah dipublikasikan secara online di jurnal Social Psychological and Personality Science, para peneliti menemukan bahwa bagian dari alasan untuk meningkatkan umur panjang berasal dari fakta bahwa banyak orang yang berafiliasi dengan agama juga menjadi sukarelawan dan termasuk dalam organisasi sosial, yang dalam penelitian sebelumnya dikaitkan dengan hidup lebih lama."Studi ini memberikan bukti persuasif bahwa ada hubungan antara partisipasi agama dan berapa lama seseorang hidup. Selain itu, studi menunjukkan bagaimana efek agama pada umur panjang mungkin sebagian tergantung pada kepribadian dan religiusitas rata-rata dari kota-kota di mana orang tinggal" kata Baldwin Way, peneliti lain dalam studi ini, seperti dilansir weforum pada Rabu (26/12).Way menyebut lebih panjangnya umur seseorang yang memeluk agama, mungkin terkait dengan aturan dan norma banyak agama yang membatasi praktik tidak sehat seperti alkohol dan penggunaan narkoba dan berhubungan seks dengan banyak pasangan."Selain itu, banyak agama mempromosikan praktik pengurangan stres yang dapat meningkatkan kesehatan, seperti rasa terima kasih, doa atau meditasi," katanya.Fakta bahwa para peneliti memiliki data dari banyak kota juga memungkinkan mereka untuk menyelidiki apakah tingkat religiusitas di kota dan "kepribadian" kota dapat mempengaruhi bagaimana afiliasi agama memengaruhi umur panjang.Temuan menunjukkan bahwa elemen kepribadian kunci yang terkait dengan umur panjang di setiap kota adalah pentingnya ditempatkan pada kesesuaian dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Di kota-kota yang sangat religius di mana konformitas penting, orang-orang beragama cenderung hidup lebih lama daripada orang yang tidak beragama.Way kemudian mengatakan ada keterbatasan dalam penelitian ini, termasuk fakta bahwa ia tidak dapat mengendalikan faktor-faktor penting yang berkaitan dengan umur panjang seperti ras dan perilaku kesehatan. Tetapi kekuatan potensial adalah bahwa, tidak seperti penelitian lain, afiliasi keagamaan tidak dilaporkan sendiri, tetapi dilaporkan oleh penulis obituari.
(esn)