Haley Desak Palestina Terima Kesepakatan Damai AS
A
A
A
NEW YORK - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Nikki Haley mendesak Palestina untuk menerima kesepakatan damai yang diprakarsai AS. Haley menyatakan, kesepakatan itu lebih banyak menguntungkan Palestina dibandingkan Israel.
"Sudah saatnya kita menghadapi kebenaran yang keras, kedua belah pihak akan mendapat banyak manfaat dari perjanjian damai, tetapi Palestina akan mendapat manfaat lebih banyak, dan Israel akan mengambil risiko lebih banyak," kata Haley, seperti dilansir VOA pada Rabu (19/12).
"Israel adalah negara yang berkembang, kuat, makmur. Selalu menginginkan perdamaian dengan tetangganya. Telah jelas menunjukkan kesediaannya untuk membuat pengorbanan besar bagi perdamaian, termasuk menyerahkan lahan yang luas, tetapi Israel tidak akan membuat perjanjian damai dengan harga berapa pun, dan itu tidak seharusnya,” ucapnya.
Dia kemudian mengatakan, banyak orang yang keliru menganggap dirinya tidak peduli dengan Palestina. Haley menegaskan dia juga peduli pada nasib Palestina, khususnya terhadap masyarakat Palestina.
Haley menggambarkan orang-orang Palestina sebagai orang yang bangga, dan seperti orang Israel, tidak perlu menerima perjanjian damai dengan harga berapa pun. "Tapi kondisi rakyat Palestina sangat berbeda," ungkapnya.
Wanita yang akan mengakhiri masa baktinya pada akhir bulan ini tersebut mencatat kondisi ekonomi Palestina yang buruk, kurangnya layanan dasar, termasuk perawatan kesehatan dan listrik, dan aturan de facto Hamas atas Jalur Gaza.
"Orang-orang Palestina sangat menderita, sementara kepemimpinan mereka berpegang pada tuntutan berusia 50 tahun yang semakin tidak realistis. Kesepakatan damai akan menawarkan kepada warga Palestina kemungkinan peningkatan besar-besaran dalam kondisi kehidupan mereka dan kontrol yang lebih besar atas masa depan politik mereka," tukasnya.
"Sudah saatnya kita menghadapi kebenaran yang keras, kedua belah pihak akan mendapat banyak manfaat dari perjanjian damai, tetapi Palestina akan mendapat manfaat lebih banyak, dan Israel akan mengambil risiko lebih banyak," kata Haley, seperti dilansir VOA pada Rabu (19/12).
"Israel adalah negara yang berkembang, kuat, makmur. Selalu menginginkan perdamaian dengan tetangganya. Telah jelas menunjukkan kesediaannya untuk membuat pengorbanan besar bagi perdamaian, termasuk menyerahkan lahan yang luas, tetapi Israel tidak akan membuat perjanjian damai dengan harga berapa pun, dan itu tidak seharusnya,” ucapnya.
Dia kemudian mengatakan, banyak orang yang keliru menganggap dirinya tidak peduli dengan Palestina. Haley menegaskan dia juga peduli pada nasib Palestina, khususnya terhadap masyarakat Palestina.
Haley menggambarkan orang-orang Palestina sebagai orang yang bangga, dan seperti orang Israel, tidak perlu menerima perjanjian damai dengan harga berapa pun. "Tapi kondisi rakyat Palestina sangat berbeda," ungkapnya.
Wanita yang akan mengakhiri masa baktinya pada akhir bulan ini tersebut mencatat kondisi ekonomi Palestina yang buruk, kurangnya layanan dasar, termasuk perawatan kesehatan dan listrik, dan aturan de facto Hamas atas Jalur Gaza.
"Orang-orang Palestina sangat menderita, sementara kepemimpinan mereka berpegang pada tuntutan berusia 50 tahun yang semakin tidak realistis. Kesepakatan damai akan menawarkan kepada warga Palestina kemungkinan peningkatan besar-besaran dalam kondisi kehidupan mereka dan kontrol yang lebih besar atas masa depan politik mereka," tukasnya.
(esn)