Hubungan Bilateral Indonesia-Rusia Masuki Masa Keemasan Kedua

Rabu, 19 Desember 2018 - 14:56 WIB
Hubungan Bilateral Indonesia-Rusia...
Hubungan Bilateral Indonesia-Rusia Masuki Masa Keemasan Kedua
A A A
MOSKOW - Relasi diplomatik antara Indonesia dan Rusia mengalami pasang surut sejak tahun 1950. Namun kini, hubungan itu kian erat dan dekat. Kedua negara menekankan berbagai kerja sama dan kesepakatan di bidang politik, ekonomi, militer, pendidikan, dan budaya yang saling menguntungkan.

KORAN SINDO berkesempatan mendalami isu ini lebih jauh dengan mewawancarai Duta Besar (Dubes) RI untuk Rusia dan Belarus Mohammad Wahid Supriyadi yang sudah berada di Moskow sejak 2016. Berikut petikannya:

Bagi Bapak apa makna 68 tahun hubungan Indonesia-Rusia?


Saya sering menyampaikan bahwa kita sekarang memasuki masa keemasan kedua. Masa keemasan pertama terjadi selama kepemimpinan Presiden Soekarno (1945-1967). Saat itu, hubungan kedua negara sangat akrab. Jika Rusia (dulu Uni Soviet) tidak memberikan dukungan militer, kita belum tentu dapat merebut Irian Jaya dari Belanda.

Presiden Soekarno memandang pemimpin Uni Soviet Nikita Krhushchev sebagai orang yang antipenjajahan. Nikita juga memiliki pandangan positif terhadap Soekarno. Tapi, hubungan itu surut memasuki era kepemimpinan Presiden Soeharto (1967-1998), meski tidak diputus seperti dengan China.

Lalu, bagaimana hubungan Indonesia dan Rusia pada abad ke-21?

Memasuki tahun 2000-an setelah Uni Soviet runtuh dan Presiden Soeharto lengser, hubungan antara Indonesia dan Rusia kembali pulih secara bertahap. Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Mei 2016 menjadi awal dari masa keemasan kedua.

Selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asosiasi Bangsabangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Rusia ke-20 pada 13–15 November lalu di Singapura, Rusia memperlakukan Indonesia begitu istimewa dan luar biasa.

Presiden Vladimir Putin berkeinginan bertemu Presiden Jokowi terlebih dahulu sebelum bertemu para pemimpin negara lain. Saya menyaksikan sendiri kedua negara menyepakati lima nota kesepahaman di berbagai bidang. Presiden Putin juga menyerahkan keris peninggalan Pakubuwono X yang dibawa Belanda dan dimiliki kurator Inggris. Keris itu dibawa Presiden Jokowi kembali ke Tanah Air.

Apa saja upaya yang dilakukan KBRI untuk meningkatkan hubungan baik tersebut?


Kami mencoba memperkenalkan Indonesia lebih jauh kepada warga Rusia melalui pendekatan kebudayaan. Sebab, menurut saya, pendekatan ini paling efektif dan bertahan dalam jangka panjang. Salah satu acara besar tahunan yang kami gelar ialah Festival Indonesia.

Festival Indonesia diselenggarakan sejak tahun 2016. Dalam festival ini tidak hanya diperkenalkan keanekaragaman budaya tradisional yang ada di Indonesia, tapi juga destinasi wisata, potensi bisnis, dan produk- produk unggulan Tanah Air.

Pada tahun depan, kami optimistis jumlah pengunjung dan nilai transaksi yang diteken akan semakin banyak. Saya kira Festival Indonesia bisa menjadi acara tahunan KBRI, jika saya nanti kembali ke Jakarta, karena ini sudah menjadi ikon Indonesia. Hasilnya juga terasa.

Seberapa besar antusiasme warga Rusia menghadiri Festival Indonesia?

Antusiasmenya sangat besar sekali. Pada 2017, jumlah pengunjung Festival Indonesia yang diadakan selama tiga hari mencapai lebih dari 135 ribu orang, lebih banyak 44 ribu orang dibanding setahun sebelumnya. Pada 2016, jumlah pengunjung sekitar 68 ribu orang.

Sepanjang Januari-September total perdagangan antara Indonesia dan Rusia mencapai USD1,74 miliar, turun 15% dibanding periode sebelumnya. Kenapa menurun?

Dalam laporan perdagangan versi Federal Custom Service Rusia memang ada penurunan. Tapi, dalam versi Badan Pusat Statistik (BPS) ada kenaikan. Kenapa menurun? Alasannya karena tahun lalu ekspor terbesar kita adalah mesin berat senilai USD700 juta dolar mengalahkan crude palm oil(CPO) yang hanya USD500 juta.

Mesin bukan produk yang dibutuhkan setiap saat sehingga total perdagangannya menurun. Meski demikian, perdagangan kita untuk produk kopi, teh, rokok, dan furnitur naik. Mudahmudahan pada sisa tahun ini semuanya akan berimbang.

Pada 2017, investasi Rusia mencapai USD7,4 juta. Berapa target investasi yang diharapkan bisa ditarik dari Rusia tahun ini?

Masalahnya adalah investasi ini tidak langsung dari Rusia, tapi kebanyakan berasal dari perusahaan Rusia yang berada di Singapura. Saya tahu investasi di Emirates mencapai miliaran. Tapi yang tercatat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kecil karena sebagian melalui negara ketiga.

Rencananya Presiden Vladimir Putin akan berkunjung ke Indonesia tahun depan. Apa saja isu yang akan dibahas nanti?

Saya kira kunjungan Presiden Putin ke Indonesia merupakan tanda lain hubungan baik antara Indonesia dan Rusia. Kemungkinan isu yang akan dibahas ialah kemitraan strategis. Ini penting karena menjadi sistem hubungan tertinggi di antara dua negara.

Saya kira isu yang selanjutnya akan dibahas kedua Kepala Negara ialah kemudahan visa bagi warga negara indonesia (WNI). Lalu, isu kemungkinan ditekankan ialah peningkatan ekonomi dan perdagangan. Saya yakin Presiden Putin akan membawa pengusaha- pengusaha besar Rusia.

Apa tanggapan Bapak terkait dibukanya penerbangan langsung Rusia-Indonesia oleh PJSC Aeroflot?

Maskapai penerbangan Aeroflot berani melakukan penerbangan langsung karena jumlah pengunjung dari Rusia ke Indonesia kian banyak. Saat ini penerbangan ini hanya ada seminggu tiga kali dan menuju Denpasar. Artinya apa? Potensi bisnis dari dan ke Jakarta masih belum tergarap.

Kami akan mencoba kembali melobi Garuda Indonesia untuk mengambil bagian ini. Sebelumnya, proses ini sudah mencapai 75%, tapi terjadi pembatalan karena beberapa alasan. Penerbangan ini bukan tentang turis semata, tapi juga perdagangan.

Sejauh ini maskapai yang memperoleh keuntungan dari potensi ini ialah maskapai asing, seperti Emirates dan Qatar Airways yang melakukan transit di Dubai dan Doha. Saya bisa saksikan penerbangan ke Moskow dari Indonesia, begitu pun sebaliknya, selalu penuh oleh penumpang.

Produk tropis seperti buahbuahan dan ikan-ikan segar juga dapat diekspor langsung dari Indonesia. Menurut saya, produk tropis Indonesia banyak dan memiliki kualitas yang tak kalah baik dari negara-negara ASEAN lain seperti Vietnam serta diminati warga Rusia.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2472 seconds (0.1#10.140)